Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Aceh Tenggara Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tenggara

gunakan dengan tepat serta memperhatikan sifat atau karakteristik Sumber Daya Alam Sungai Alas itu sendiri, dimana fungsi pelestarian lingkungan hidup perlu di jaga yang merupakan cakupan dari sumber alam, menjaga ketersediaan air baku yang memerlukan pengaturan untuk mengelola dan melindunginya, serta pemeliharaanya secara berkesinambungan.

IV.2.5. Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Aceh Tenggara

Peran Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Acaeh Tenggara untuk Sungai Alas sendiri diantaranya adalah melakukan pembuatan bronjongan dimana terdapat daftar kegiatan prioritas pembangunan tahun 2009, Dinas Bina Marga dan Cipta Karya peningkatan jalan dan jembatan serta melakukan pemeliharaan priodik terhadap jalan dan jembatan untuk memperlancar distribusi produksi perkebunan, pertanian, dan perikanan darat bagi masyarakat pengguna. Bronjongan, jalan dan jembatan merupakan infrastruktur yang sangat penting fungsinya demi berjalannya seluruh aktifitas warga. Pembangunan ini memberi kemungkinan kepada kelangsungan hidup masyarakat agar lebih sejahtera dengan jalan meningkatkan dan melestarikan fungsi dan kemampuan yang mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung; memanfaatkan sumber alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaan mampu menghasilkannya secara lestari; memberi kesempatan kepada berbagai sektor dan kegiatan untuk berkembang bersama-sama baik di daerah dan kurun waktu yang sama maupun di daerah dan kurun waktu yang berbeda secara sambung menyambung; memperoleh dukungan masyarakat luas yang berperan serta secara aktif; dan menggunakan Universitas Sumatera Utara prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung perikehidupan yang beranekaragam, baik masa kini maupun masa yang akan datang.

IV.2.6. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tenggara

Hutan Leuser yang masuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser yang juga berada pada Kabupaten Aceh Tenggara sudah sangat dikenal bahkan sampai ke penjuru dunia, sumber daya alam ini merupakan suatu anugerah Allah Yang Maha Kuasa atas sumber daya hutan tersebut. Kekayaan yang terkandung dalam hutan Leuser sedikit banyak bisa dirasakan manfaatnya oleh masyrakat sekitar dan apabila dikelola dengan baik lestari berdasarkan fungsi-fungsinya termasuk juga keseimbangan hutan dan Sungai Alas yang mendampinginya, bukan tidak mungkin memberikan kemakmuran manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat Aceh Tenggara. Pengelolaan hutan dan kebun oleh Pemerintah Kabupaten secara teknis dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tenggara dengan didukung keterlibatan berbagai pihak dan instansi terkait, termasuk didalamnya pihak swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan masyrakat sekitar kawasan hutan, dengan demikian diharapkan sumberdaya hutan dan kebun dapat berfungsi secara optimal baik funsi konservasi, fungsi lindung maupun fungsi produksi serta kebun yang produktif demi kemakmuran rakyat. Disini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Agara diberi wewenang untuk mengurus dan Universitas Sumatera Utara mengelola hutan dan kawasan hutan di Aceh Tenggara, dimana terdapat hutan produksi dan hutan lindung. Sedangkan hutan konservasi seperti TNGL itu masih menjadi wewenang pemerintah pusat melalui BTNGL yang mengurus dan mengelolanya. Sebagai gambaran, berdasarkan peta Penyesuaian Arahan Fungsi Hutan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi SK Gubernur Nomor 19 Tahun 1999 tanggal 19 Mei 1999 luas wilayah Aceh Tenggara adalah sekitar 423.129,13 ha. Luas tersebut terbagi menjadi: 1. Areal Penggunaan Lain APL : 47.349,00 ha 11,19 2. Hutan Lindung HL : 95.619,19 ha 22,60 3. Hutan Konservasi HK : 280.160,94 ha 66,21 Dalam menjalankan kebijakan, program-program dan kegiatan yang masih berada pada sektor kehutanan dan perkebunan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Agara memiliki beberapa kendala dan hambatan, diantaranya adalah: 1. Menurunnya kondisi dan kualitas fungsi hutan. 2. Penebangan dan perambahan liar yang masih terus berlansung hingga sekarang. 3. Kerusakan pada Daerah Aliran Sungai DAS 4. Belum optimalnya pelaksanaan system pengelolaan hutan secara berkelanutan. 5. Belum optimalnya penegakkan hukum dibidang kehutanan. Universitas Sumatera Utara 6. Belum optimalnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kehutanan dan perkebunan. 7. Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa- jasa lingkungan. 8. Alokasi anggaran terhadap perlindungan dan pengamanan hutan yang masih rendah. 9. Tapal batas yang sudah tidak jelas lagi di lapangan. 10. Rendahnya tingkat pendapatan masyrakat terutama masyarakat disekitar hutan. 11. Areal penggunaan lain diluar hutan lindung dan konservasi yang sempit, hanya sekitar 47.349,00ha 11,19 dari total luas wilayah Aceh Tenggara. 12. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan hidup. 13. Data base kehutanan dan perkebunan yang belum optimal. Dari kendala itu semua masih ada hal yang perlu diperhatikan, terutama berkaitan dengan Dinas Kehutanan yang langsung mengurusi Hutan Leuser dan bersandingan dengan Sungai Alas. Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air termasuk sungai meliputi: 1. Kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan Universitas Sumatera Utara 2. Penyempitan dan pendangkalan sungai, karena desakan lahan untuk pemukiman maupun perkebunan, dengan membuka lahan dari hutan. 3. Erosi sebagai akibat penggundulan hutan, dan lain sebagainya. Dari itu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tenggara sesungguhnya memiliki rancangan untuk melestarian lingkungan yang sejalan dan sinergi mendukung target pembangunan Aceh Tenggara berupa Hutan Lestari Kebun Berkelanjutan Masyarakat Sejahtera, diantaranya adalah: 1. Terwujudnya kawasan hutan dan lahan yang mantap dengan luasan yang cukup untuk berusaha dengan kepastian hokum yang jelas. 2. Terjaminnya kelestarian hutan dan kebun serta fungsinya sehingga mampu mendukung Daerah Aliran Sungai DAS melalui pembangunan hutan dan kebun bersama masyrakat, baik melalui program rehabilitasi hutan dan lahan ataupun kegiatan lainnya. Selain itu mampu memberikan model pengelolaan hutan lestari sebagai Kabupaten konservasi. 3. Terbangunnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan hutan dan kebun secara lestari dan berkelanjutan. 4. Terwujudnya penegakkan hokum dibidang kehutanan secara adil dan objektif. Universitas Sumatera Utara

IV.3. Peran Masyarakat Ketambe Dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Sungai Alas