Metode Penentuan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

Pangkalan Susu 3 9 0,5 12,5 8 888,89 23 Pematang Jaya - - - - - - - Jumlah 37

107, 5

11,7 156,20 85,2 792,56 285 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara 2013

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode sensus, yaitu semua individu yang ada dalam populasi dicacah diselidiki atau diwawancarai sebagai responden Wirartha, 2006. Adapun banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi, yaitu sebanyak 20 pengrajin gula aren di daerah penelitian.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengrajin gula aren dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi, seperti Dinas Perkebunan Pemprov. Sumut dan kantor Kecamatan Selesai yang terkait di daerah penelitian.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 diuji dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input lahan, bahan baku, modal dan tenaga kerja di daerah penelitian. Untuk hipotesis dianalisis dengan menggunakan perhitungan BEP Break Even Point dan RC Ratio.  Break Even Point BEP adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Universitas Sumatera Utara - BEP Volume Produksi = - BEP Harga Produksi = Kriteria uji : Titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variable lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP Break Even Point Sunarjono, 2000.  RC Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut : a = RC R = Py. Q C = FC + VC a = {Py.Y FC+VC} Dimana : R = Penerimaan Rp C = Biaya Rp Py = Harga output Rp Y = Output Kg FC = Biaya Tetap Rp VC = Biaya Tidak Tetap Rp Kriteria : Jika RC 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan Jika RC = 1, maka usaha impas Jika RC 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan Soekartawi, 1994. Universitas Sumatera Utara

3.5 Definisi dan Batasan Operasional