memberikan dasar tercapainya upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai program dan kebijaksanaan tidak terbatas pada penduduk miskin
tetapi program-program tersebut cukup berperan dalam mengatasi kemiskinan.
b. Kebijaksanaan yang langsung diarahkan pada peningkatan akses
terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan
pendidikan, peningkatan produktifitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpendapatan rendah.
c. Kebijaksanaan khusus, keseluruhan rencana dan kegiatannya tertuju pada
kelompok masyarakat miskin dan diberi nama yang mencerminkan kegiatan tersebut. Program khusus ini berupaya untuk memberdayakan masyarakat
miskin agar mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan. Keberhasilan suatu program dipengaruhi oleh tersedianya dana, daya dan
sarana, intensitas dan kualitas berbagai kegiatan pelaksanaannya, kualitas hasil langsung dari kegiatan tersebut dan efek serta dampak
yang diperoleh.
4. Garis Kemiskinan
a. Menurut Badan Pusat Statistik BPS
Kriteria kemiskinan BPS diperoleh dengan cara menghitung jumlah penduduk miskin di Indonesia berdasarkan pengeluaran yang mampu
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kecukupan konsumsi makanan sebanyak 2100 kk perkapita per hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum untuk
perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi.
Batas garis kemiskinan perkotaan yang lebih tinggi daripada batas garis kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh adanya perbedaan
kebutuhan minimum antara perkotaan dan pedesaan. Garis Kemiskinan untuk Kabupaten Asahan dapat dilihat pada table bawah ini.
Tabel 2.4. Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan 2007-2010
Tahun Rpkapitabln
2007 161.480
2008 174.787
2009 202.180
2010 224.417
Sumber : wwwAsahankab.bps.go.id b.
Menurut Sayogyo tahun 1971 Batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun
dikonversi dengan nilai tukar beras. Sayogyo dalam Suseno 1990:126- 127 telah menghitung bahwa seseorang dikelompokkan kedalam
golongan : 1
Miskin, apabila tingkat pendapatannya lebih kecil dari 320 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 480 kg
Universitas Sumatera Utara
untuk perkotaan. 2
Miskin sekali, apabila tingkat pendapatannya lebih kecil dari 240 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 360
kg untuk perkotaan. 3
Melarat, apabila seseorang mempunyai pengeluaran 180 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 270 kg nilai
tukar beras untuk perkotaan. Dalam ilmu-ilmu sosial pemahaman mengenai pengertian kemiskinan
dilakukan dengan menggunakan tolok ukur. Dengan adanya tolok ukur ini mereka yang tergolong sebagai orang miskin atau yang berada dalam taraf
kehidupan miskin dapat diketahui untuk dijadikan sebagai kelompok sasaran yang perlu diperangi kemiskinannya.
M.P Todaro 2000: 200-206 mengemukakan dua anggapan dasar yang kiranya cukup relevan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di
atas mengenai kemiskinan, yaitu : a.
Kemiskinan identik dengan penduduk miskin yang tinggal di daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian
dan kegiatan lain yang erat hubungannya dengan sektor ekonomi tradisional. b.
Kaum wanita dan anak-anak merupakan kaum yang paling menderita, yang disebabkan oleh rendahnya kapasitas mereka dalam
mencetak pendapatan sendiri, terbatasnya kesempatan menikmati pendidikan dan pekerjaan yang layak di sektor formal.
Universitas Sumatera Utara
Dari anggapan dasar tersebut dapat kita ambil konsep-konsep dasar yang perlu dibangun, yaitu :
a. Pembangunan hendaknya lebih diarahkan pada daerah-daerah pedesaan
yang identik dengan penduduk miskin, dengan meningkatkan potensi yang dimiliki daerah pedesaan yang bersangkutan.
b. Kaum wanita dan anak-anak harus diberi kesempatan berusaha secara
mandiri agar dapat berperan serta secara aktif dalam proses pembangunan. Konsep-konsep yang diuraikan di atas sangat diterima dan popular di negara
sedang berkembang terutama di Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya
negara yang melaksanakan
program dengan pengembangan konsep serupa, disesuaikan dengan kondisi negara yang
bersangkutan. Begitu juga di Indonesia, PNPM Mandiri merupakan pengembangan dari konsep yang telah di uraikan di atas.
2.3. Pemberdayaan.