11 perusahaan dan cara- cara pencapaian tujuan
–tujuan serta pemantaun kinerja yang dihasilkan “.
Untuk keseragaman berdasarkan defenisi –defenisi diatas dapat kita
memahami bahwa Good Corporate Governance GCG pada intinya adalah hal- hal yang berkenaan dengan suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder.
3. Prinsip-prinsip Dasar Good Corporate Governance GCG
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG adalah kaedah, norma atau pedoman perusahaan yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN
yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG yang terdapat dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117M-
MBU2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN : a. Transparency
keterbukaan informasi,
yaitu keterbukaan
dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. b. Accountability akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
c. Responsibility pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku. d. Independency kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
12 tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan
perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Fairness kesetaraan dan kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Sementara itu menurut OECD The organization for Economic and
Development ada empat prinsip Good Corporate Governance GCG yaitu :
kewajaran, pengungkapan informasi secara transparan, akuntabilitas, dan tanggungjawab.
4. Tujuan Good Corporate Governance GCG
Terdapat enam tujuan dari implementasi Good Corporate Governance GCG pada BUMN dalam Pieris dan Jim, 2007 : 144.
a. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. b. Meningkatkan investasi nasional.
c. Turut mensukseskan program privatisasi. d. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara menbangun prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional. e. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
13 f. Mendorong agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung
jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
5 . Good Corporate Governamce GCG Sebagai Kumpulan Nilai
Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian, dimana pengertian satu berbeda dengan yang lainnya. Adanya perbedaan pengertian
tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai tersebut sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia
yang komplek dan sulit ditentukan batasannya. Sebuah nilai dapat kita pahami sebagai “kerangka dasar peseptual yang
relatif menetap, yang membentuk dan mempengaruhi sifat seseorang“ J. Winardi, 2007 :10 dan menurut Rokeach dalam Dananjaja, 1986 : 10 menyatakan nilai
sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, sesuatu yang dijadikan ukuran baku bagi persepsinya mengenai dunia luar. Menurut England dalam Dananjaja, 1986 :
13 nilai adalah kerangka persepsi sesesorang, mirip ideologi atau falsafah hidup seseorang.
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat difahami bahwa nilai itu adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut keyakinan terhadap yang
dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perilaku, perasaan. Dengan demikian untuk melacak sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap
14 kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau
sekelompok orang. Seorang individu bisa saja memiliki nilai
–nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu
–individu lain. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh anggota lainnya disebut
sebagai nilai individual. Sedangkan nilai –nilai yang dianut oleh sebagian besar
anggota masyarakat disebut nilai sosial. Interaksi dari berbagai nilai sosial akan membentuk sebuah konsep baru
yang disebut sistem nilai. Sistem nilai adalah kesepakatan yang dijadikan pedoman dalam bersosialisasi. Sistem nilai tidak hanya berlaku dalam lingkungan
masyarakat secara umum tapi juga dapat berlaku dalam lingkungan atau
perusahaan.
Menurut Pabundu, 2006 : 15 nilai yang dianut seseorang bisa mempengaruhi perilaku atau tingkah lakunya, sebab apa pun yang dilakukannya
dibimbing dan berpedoman pada nilai-nilai yang dianutnya. Dalam organisasi atau perusahaan, nilai yang dianut seorang anggota akan mempengaruhi tingkah
lakunya dalam beriteraksi dengan anggota lain maupun dalam melaksanakan tugas.
Sementara itu, Danandjaja, 1985: 17 mengemukakan bahwa nilai memberi arah pada sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang, serta memberi
pedoman untuk memilih tingkah laku yang diinginkan pada setiap individu. Karenanya nilai berpengaruh pada tingkah laku sebagai dampak dari pembentukan
15 sikap dan keyakinan, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai merupakan faktor
penentu dalam berbagai tingkah laku sosial. Dengan demikian, nilai-nilai mengandung standar normatif dalam perilaku
individu maupun dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan organisasi, nilai sangat penting untuk dipelajari karena nilai menjadi dasar untuk memahami sikap
karena nilai mempengaruhi persepsi seorang. Apabila antara sumber daya manusia dengan perusahaan telah tercapai
keselarasan nilai, maka ini memberikan keuntungan bagi kedua pihak, disatu sisi karyawan akan lebih bersemangat kerja yang berdampak pada peningkatan kinerja
karyawan, sementara dilain sisi dengan meningkatkan kinerja karyawan itu, secara keseluruhan akan membuat performance perusahaan menjadi baik.
6 . Hubungan Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance GCG
dengan Kinerja SDM
Penerapan prinsip
–prinsip Good Corporate Governance GCG akan
berdampak terhadap kinerja SDM, karena Good Corporate Governance GCG sebagai sebuah system nilai memiliki kumpulan core value transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban dan kesetaraan dimana nilai ideal dari apa yang dinilai baik oleh semua pihak dalam mengelola perusahaan
Pabundu, 2010: 23. Hal ini dapat dilakukan melalui transformasi nilai-nilai yang terkandung
didalam prinsip Good Corporate Governance GCG ke dalam kegiatan sehari- hari pekerja dan jajaran manajemen perusahaan. Nilai-nilai tersebut akan
16 mempengaruhi perilaku setiap individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerjanya. Penerapan konsep prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG
dalam perusahaan umumnya masih bersifat abstrak, untuk itu perlu ada norma atau pedoman dalam berprilaku yang bersifat konkrit dan terukur yang mengikat
seluruh anggota sehingga bersedia untuk menerapkan setiap prinsip Good Corporate Governance GCG.
Dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG proses pengambilan keputusan akan langsung baik sehingga akan menghasilkan
keputusan yang optimal, meningkatkan efesiensi yang lebih baik. Menjalankan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance GCG memungkinkan
dihindarinya atau
sekurang-kurangnya dapat
meminimalisasi terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan maupun pihak yang berkepentingan lainnya. Dan nilai perusahaan dimata investor
meningkat akibat meningkatnya kepercayaan mereka terhadap pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi Ristifani, 2009.
B. Budaya organisasi sebagai sistem 1 . Pengertian Budaya Organisasi
Kata budaya culture menurut seseorang sosiolog dan kritikus budaya Inggris, William dalam Kusdi, 2011 : 5 menyatakan bahwa istilah kultur pada
awalnya dipakai untuk menyebut aktivitas membudidayakan tanaman atau hewan. Jadi kultur mengandung arti perawatan atau pemeliharaan.
17 Budaya menggambarkan satu perangkat kesalingtergantungan nilai dan
cara berprilaku yang umum dalam komunitas dan yang cenderung mengabdikan dirinya, bahkan ada yang dalam jangka panjang Kotter dan Heskett, 1997: 157.
Budaya merupakan istilah yang sulit untuk diekspresikan secara berbeda, tetapi setiap orang mengetahui dan merasakannya. Budaya sebagai sebuah
kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan, dan nilai –
nilai yang sama dan hal itu dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi Cartwright dalam Wibowo, 2011: 15. Kini konsep tersebut telah pula mendapat
tempat dalam perkembangan ilmu perilaku organisasi, dan menjadi bahasan yang penting dalam literatur ilmiah di kedua bidang itu dengan memakai istilah budaya
organisasi. Menurut Glinow dan McShane, 2007 dalam Chatab, 2007 : 226 budaya
terdiri atas nilai dan asumsi bersama didalam organisasi. Sementara itu menurut Luthans, 2007 dalam Chatab, 2007 : 226 dan menurut Koentjaraningrat dalam
Chatab, 2007 : 226 menyatakan budaya organisasi dapat terlihat dari wujud: wujud gagasan, wujud kelakuan, dan wujud fisik.
Menurut Wheelen dan Hunger, 1998 dalam Ardana, Mujiati dan Ayu, 2009 : 166 budaya organisasi adalah himpunan dari kepercayaan, harapan dan
nilai yang dianut bersama oleh anggota organisasi dan diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Pada dasarnya budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi. Menurut Robbins, 1996 :289 budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu suatu sistem dari makna bersama.
18 Sistem makna bersama ini merupakan seperangkat karakteristik utama yang
dihargai oleh organisasi tersebut. Karakteristik budaya menurut Robbins 1996 : 289 dikemukakan ada
tujuh karakteristik primer hakikat budaya organisasi. Ketujuh karakter tersebut yaitu:
a. Inovasi dan mengambil risiko. b. Perhatian pada rincian.
c. Orientasi hasil. d. Orientasi manusia.
e. Orientasi tim. f. Agresivitas.
g. Stabilitas. Inovasi dan pengambilan risiko berkaitan dengan sejauh mana para
anggota organisasi karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil risiko. Perhatian ke hal yang rinci berkaitan dengan sejauh mana para anggota
organisasikaryawan diharapkan mau memperlihatkan kecermatan, analisis, dan perhatian kepada rincian. Orientasi hasil mendiskripsikan sejauh mana
manajemen fokus pada hasil bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
Orientasi orang berkenaan sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil kepada orang-orang di dalam organisasi tersebut.
Orientasi tim berkaitan dengan sejauh mana kegiatan kerja organisasi dilaksanakan dalam tim-tim kerja, bukan pada individu individu.
19 Keagresifan menjelaskan sejauh mana orang-orang dalam organisasi
menunjukkan keagresifan dan kompetitif. Stabilitas adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai lawan dari
pertumbuhan atau inovasi. Dari berbagai definisi budaya organisasi yang telah dikemukakan di atas,
dapat ditarik pemahaman bahwa budaya perusahaan adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua anggota perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta
dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, budaya yang dapat dijadikan sebagai pondasi bagi
bangunan Good Corporate Governance GCG tentu saja adalah budaya perusahaan yang baik. Karena budaya perusahaan yang buruk tidak akan bisa
menjadi pondasi Good Corporate Governance GCG. Budaya perusahaan yang baik adalah yang tidak mengabaikan nilai-nilai lokalitas local wisdom.
2. Fungsi Budaya Organisasi