Sejarah Berdirinya Ormas Al – Washliyah

Visi dan misi di atas merupakan visi dan misi dari ormas Al-Washliyah yang hingga kini tidak pernah berubah sedikitpun hingga visi dan misi inilah yang membuat Ormas Al-Washliyah selalu dinantikan bentuk dari kegiatan serta kontribusinya terhadap masyarakat.

C. Karakteristik Ormas Al – Washliyah

Ormas Alwashliyah merupakan ormas yang berdiri di kota Medan Privinsi Sumatra Utara pada tanggal 30 september 1930. Ormas Alwashliyah berdiri atas saran dan kebijakan para pemuda beserta guru-guru dari Maktab Islamiyah Tapanuli yang berkeinginan untuk membangun suatu gerakan Islam dalam bentuk organisasi agar kiprah mereka dilihat dan di setujui oleh semua golongan baik itu gologan muda ataupun golongan tua. Ormas Alwashliyah mengambil nama dari Al- Qur’an yang bertujuan ingin menghubungkan dan mempertalikan. Dalam hal ini berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama manusia, antar suku, antar bangsa dan lainnya. 12 12 Samsul Nizar dan M. Syaifudin, Op. Cit., h. 141 Ormas Alwashliyah yang dibentuk di kota Medan memiliki karakter yang berbeda dengan ormas lainnya. Dalam hal ini yang membedakan karakter ormas Alwashliyah dengan ormas lainnya yaitu dalam hal tokoh sentral kharismatik atau tokoh yang diutamakan sebagaimana halnya Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, Hasyim Asy’ari dengan NU, atau Ahmad Sorkati dengan Al- Irsyad. Pendidikan dan pertumbuhan Al-Washliyah lebih merupakan hasil upaya bersama beberapa orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing. Syekh Muhammad Yunus adalah tokoh yang biasanya dianggap sebagai pendiri Al- Washliyah. Abdurrahman Syihab adalah tokoh lain yang mempunyai kemampuan tinggi dalam rekruitmen anggota: Arsyad Talib Lubis adalah ulama Al-Washliyah dengan ilmu dan pengetahuan agama islam yang sangat mendalam: sementara Udin Syamsudin adalah administrator dan ahli manajemennya. 13 Kesemuanya dipersepsi sebagai orang-orang yang berperan penting dalam pendirian dan pengembangan orgnisasi lain. Di kalangan pendukungnya tidak dijumpai kecendrungan untuk menganggap salah satu pemimpinnya sebagai tokoh sentral atas yang lainnya sehingga menumbuhkan kharisma tertentu. Konsekuensinya, kepemimpinan Al-Washliyah mengalami pergantian secara regular. Dan hal ini, menurut Steenbrink, menyebabkan ketidakjelasan posisi Al- Washliyah dalam dikotomi tradisionalis – modernis, sebab meskipun sebagai individu masing-masing mungkin memiliki kecendrungan pemahaman keagamaan tertentu, namun tidak sampai memberi warna terhadap Al-Washliyah sebagai 13 Ibid., h. 142 - 143 organisasi. Meskipun demikian, secara organisatoris, Al-Washliyah merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang beraqidah Islam dan bermadzhab S yafi’i serta beri’tikad ahlus sunnah wal jama’ah. 14 Dibanding organisasi sosial keagamaan lain, semacam Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, atau Syarkat Islam, Al-Washliyah yang didirikan di Medan pada tahun 1930, belum mendapat perhatian yang semestinya dalam kajian sejarah Islam modern di Indonesia. Secara sederhana hal tersebut bisa dilihat dari keterbatasan publikasi tentang organisasi ini, khususnya jika dibandingkan dengan publikasi mengenai organisasi lainnya. Padahal setidaknya dari segi kuantitas, Al-Washliyah cukup signifikan, sehingga oleh Karel A. Steenbrink ditempatkan pada posisi ketika setelah Muhammadiyah dan nahdhatul Ulama. 15

D. Medan Perjuangan Al – Washliyah

Berakhirnya perang Dunia I pada tahun 1918, tidak sedikit membawa perubahan ke seluruh dunia, termasuk dunia Islam yang sebagian besarnya berada dalam keadaan dijajah oleh Eropa. Salah satunya adalah Indonesia, sebagai daerah jajahan Belanda, yang sebagaian besar rakyatnya beragama Islam, semakin gencar mengorbankan gejolak dan menuntut kemerdekaan bangsa dan tanah airnya. Mereka berupaya meneruskan perjuangan yang telah dirintis oleh para pahlawan terdahulu seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, dan lain – lain, 14 H.M. Ridwan Ibrahim Lubis, Kepribadian Anggota dan Pengurus AL-WASHLIYAH, Jakarta: Pusat Pengembangan Sumber Daya dan Dana Al-Washliyah, 1995, hal. 6. 15 Karel A.Steenbrink, “ Kata Pengantar ”, dalam Ch.Idjah Hasanuddin, Al-Washliyah: Api Dalam Sekam, Bandung: Pustaka, 1988, h.vii. sehingga tidak mengherankan kalau pada saat ini bermunculan gerakan-gerakan kemerdekaan yang pertama kali dipelopori oleh umat Islam seperti Sarekat Dagang Islam 1905 yang kemudian berubah nama menjadi Serikat Islam 1906, Budi Utomo 1908, Muhammadiyah 1912, Nahdhatul Ulama 1926, Al- Jam’iyatul Washliyah 1930. 16 Disamping sebagai geraan kemerdekaan, Organisasi-organisasi tersebut juga bergerak di bidang sosial keagamaan dan pendidikan Islam. salah satunya adalah mengantisipasi kebijakan politik pendidikan Hindia Belanda, yaitu upaya untuk menutup peluang pengembangan institusi da sistem pendidikan Islam di Nusantara karena lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren dianggap sebagai “sarang pemberontak”.oleh karena itu, sejumlah organisasi sosial keagamaan, termasuk Al- Jam’iyatul Washliyahselanjutnya disebut Al-Washliyah mulai “mengadopsi” sistem pendidikan Barat dalam bentuk nyata yaitu degan mendirikan madrasah. Lembaga madrasah dipandang menganut sistem pendidikan modern yag mengajarkan materi pelajaran umum di samping materi pelajaran agama. 17 Hal ini telah mengindikasikan bahwa telah terjadi pembaruan pendidikan Islam agar tidak tertinggal dan ditinggalkan oleh kemajuan peradaban dunia yang sangat pesat. Catatan sejarah pembaharuan Islam di Indonesia, Al-Washliyah tidak hanya berhasil berkiprah di bidang sosial keagamaan dan dakwah, tetapi juga di bidang 16 Nukman Sulaiman, dkk. Peringatan Al- Djam’iyatul Washliyah 14 Abad 30 November 1955, Medan: Pengurus Besar Al- Djam’iyatul Washliyah, 1956, h. 34. 17 Jalaluddin, “Pengantar”, dalam M.Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. vii. pendidikan dan pengembangan pendidikan Islam dan penerbitan sebagai upaya ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya umat Islam. 18 Sebagai organisasi masa atau organisasi masyarakat yang lebih dikenal dengan sebutan ORMAS, Al-Washliyah yang memiliki perhatian khusus terhadap pendidikan di Indonesia berusaha mendirikan lembaga pendidikan agar semua masyarakat Indonesia dapat merasakan dunia pendidikan. Dalam hal ini terlihat Al- washliyah memiliki struktur keorgnasisiannya secara khusus yang disebut sebagai Majelis pendidikana MP. Program kerja MP Al-Washliyah bertujuan untuk membantu kinerja-kinerja dalam kepengurusan Al-Washliyah. Al-Washliyah telah banyak mendirikan lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari lembaga pendidikan pertama sebagai hasil kerja Majlis Tarbiyah atau Majlis Pendidikan, baru berdiri pada tahun 1932, di daerah Petisah, Medan. Maktab Djam’iatoel Washliyah, demikian nama lembaga ini sudah ditata dengan sitem klasikal; dan kurikulumnya terlihat adanya orientasi kepada pendidikan modern. Penyebarluasan informasi tentang pembukaan sekolah ini juga sudah menggunakan cara modern yakni dengan membuat selebaran yang berisi tujuan, tingkatan, seleksi masuk, dan materi pengajaran secara garis besar. 19 Dalam upaya memajukan pendidikan, Al-Washliyah bersikap terbuka dan mengambil dari mana saja yang dianggap lebih berpengalaman dan berhasil dalam pengelolaaan pendidikan. Pada tahun 1934, Al-Washliyah mengirim tiga orang 18 Samsul Nizar dan Muhammad Syafudin, op.cit, h. 154, Cet. I. 19 Ibid., h. 154-155. pengurusnya, M. Arsyad Thalib Lubis, Udin Syamsuddin, dan Nukman Sulaeman untuk mengadakan studi banding ke Sekolah Adabiyah, Noormal School dan Diniyah di Sumatera Barat dalam rangka reformasi pengelolaan pendidikan Al- Washliyah sendiri. Meskipun mendapat reaksi negatif dari sebagian anggota, kunjungan tersebut dianggap sangat penting dan hasil-hasilnya kemudian menjadi bahan diskusi dalam konfrensi guru-guru Madrasah Al-Washliyah, masih pada tahun yang sama. Di antara langkah yang diambil setelah konfrensi tersebut adalah: pendirian sekolah-sekolah umum berbasiskan agama, pengajaran bahasa Belanda, penataan kalender pengajaran, pembentukan lembaga Inspektur dan Penilik Pendidikan. Melihat kemajuan penerbitan buku-buku agama Islam di Sumatera Barat, seorang utusan dikirim ke Bukittinggi Khusus untuk membeli buku-buku keperluan sekolah Al-Washliyah. 20 Majelis Pendidikan MP Al-Washliyah sangat berpengaruh dalam menunjukkan kiprah dan peran Ormas Al-Washliyah. Hingga saat ini lembaga-lembaga pendidikan yang sudah didirikan oleh ormas Al-Washliyah telah banyak, mulai dari tingkat Ibtidaiyah hingga ke tingkat Perguruan Tinggi, diantaranya SD Al- Washliyah 45 yang bertempat di Kelurahan Titikuning, hingga UNIVA Universitas Al-Washliyah yang bertempat di jl. Simpang Limun, Medan. Namun disetiap perkembangan Al-Washliyah yang berkembang dengan cepat demi mengikuti tuntutan zaman, dalam hal pendidikan MP Al-Washliyah yang mengurusi lembaga pendidikan Al-Washliyah banyak juga mengalami pasang 20 Hasanuddin, Al-Washliyah, h. 77-78.