Teknik Pengumpulan Data METODOLOGI PENELITIAN
Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan dalam hal
ibadah dan cabang dari agama furu’iyah. Kondisi ini terus meruncing, hingga umat
Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan kaum tua dan kaum muda
. Perbedaan paham di bidang agama ini semakin hari semakin tajam dan sampai pada tingkat meresahkan.
Dengan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara khususnya kota Medan, para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah
Tapanuli Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah belah itu. Upaya untuk mempersatukan umat Islam terus dilakukan dan akhirnya
terbentuklah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang artinya Perkumpulan yang menghubungkan. Maksudnya adalah menghubungkan manusia dengan Allah Swt.
dan menghubungkan manusia dengan manusia sesama umat Islam. Inilah yang melatarbelakangi berdirinya ormas Al- Washliyah yang berdiri pada
30 November 1930 yang bertujuan untuk menyatukan kembali pemahaman dan pemikiran bangsa Indonesia agak tidak mudah dirasuki oleh pemahaman dari para
penjajah yang ingin menguasai Indonesia. Setelah resmi didirikan, maka ditetapkan pengurus Al
– Washliyah yang berkedudukan di Medan, dengan susunan sebagai berikut: Ismail Banda Ketua I,
A. Rahman Sjihab Ketua II, M.Arsjad Thalib Lubis Penulis I, Adnan Nur Penul
is II, H.M. Ya’qub Bendahara, dan H. Syamsuddin, H. Jusuf Ahmad Lubis,
H. A. Malik, A. Aziz Effendy Pembantu – pembantu, serta Sjech H. Muhammad
Junus Penasehat.
7
Dalam perjalanan berikutnya, berdasarkan Keputusan Kongres Muktamar Al –
Washliyah ke X tanggal 10 Maret sd 14 Maret 1956 di Jakarta, disepakati bahwa kedudukan Pengurus Besar PB Al
– Washliyah dipindahka ke pusat pemerintahan dalam hal ini Jakarta.
8
Hal ini dimaksudkan agar lebih dekat dengan kekuasaan pemerintahan dan memudahkan koordinasi dengan pengurus di tingkat wilayah
seluruh Indonesia.
9
Menarik untuk dicatat bahwa berdirinya Al – Washliyah tidak tergantung pada
seorang tokoh sentral kharismatik sebagaimana halnya Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah, Hasyim Asy’ari dengan NU atau denga Ahmad Soorkati dengan
Al – Irsyad. Pendirian dan pertumbuhan awal Al – Washliyah lebih merupakan hasil
upaya bersama beberapa orang dengan peran dan keistimewaannya masing-masing. Syekh Muhammad Yunus adaah tokoh yang biasanya dianggap sebagai pendiri Al-
Washliyah. Abdurrahman Syihab adalah tokoh lain yang mempunyai kemampuan tinggi dalam rekruitmen anggota; Arsyad Thalib Lubis adalah ulama Al-Washliyah
dengan ilmu dan pengetahuan agama Islam yang sangat mendalam; sementara Udin Syamsuddin adalah administrator dan ahli menejemennya.
10
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, Cet.. I, h. 324.
8
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1996, h. 195.
9
Samsul Nizar, op.cit., h. 325.
10
Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, op.cit., h. 142.