Peluang Dalam Pendidikan Islam

manajemen dan lain sebagainya. Melalui inovasi tersebut, kini pendidikan Islam yang ada di seluruh dunia termasuk di Indonesia amat beragam, baik dari segi jenis, tingkatan, mutu, kelembagaan dan lain sebagainya. Kemajuan ini terjadi karena usaha keras dari ummat Islam melalui para tokoh pendiri dan pengelolanya, serta pemerintah pada setiap negara. Era globalisasi dapat dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan lain sebagainya, yang terjadi antara satu negara dengan negara lainnya, tanpa menghilangkan identitas negara masing-masing. Penyatuan ini terjadi berkat kemajuan teknologi informasi TI yang dapat menghubungkan atau mengkomunikasikan setiap issu yang ada pada suatu negara dengan negara lain. Bagi ummat Islam, era globalisasi dalam arti menjalin hubungan, tukar menukar dan transmisi ilmu pengetahuan, budaya dan sebagainya sebagaimana tersebut di atas, sesungguhnya bukanlah hal baru. Globalisasi dalam arti yang demikian, bagi ummat Islam, merupakan hal biasa. Di zaman klasik abad ke-6 sd 13 M. ummat Islam telah membangun hubungan dan komunikasi yang intens dan efektif dengan berbagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada di dunia, seperti India, China, Persia, Romawi, Yunani dan sebagainya. Hasil dari komunikasi ini ummat Islam telah mencapai kejayaan, bukan hanya dalam bidang ilmu agama Islam, melainkan dalam bidang ilmu pengetahuan umum, kebudayaan dan peradaban, yang warisannya masih dapat dijumpai hingga saat ini, seperti di India, Spanyol, Persia, Turki dan sebagainya. Selanjutnya di zaman pertengahan abad ke 13-18 M. ummat Islam telah membangun hubungan dengan Eropa dan Barat. Pada saat itu ummat Islam memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan Eropa dan Barat. Beberapa penulis Barat seperti W.C.Smith, dan Thomas W. Arnold misalnya, mengakui bahwa kemajuan yang dicapai dunia Eropa dan Barat saat ini karena sumbangan dari kemajuan Islam. Mereka telah mengadopsi ilmu pengetahuan dan perabadan Islam tanpa harus menjadi orang Islam. Pada zaman pertengahan itu, ummat Islam hanya mementingkan ilmu agama saja. Sementara ilmu pengetahuan seperti matematika, astronomi, sosiologi, kedokteran dan lainnya tidak dipentingkan, bahkan dibiarkan untuk diambil oleh Erofa dan Barat. Pada zaman ini Eropa dan Barat mulai bangkit mencapai kemajuan, sementara ummat Islam berada dalam keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di zaman modern abad ke-19 sampai dengan sekarang hubungan Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran dari ummat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan, pengkajian dan penelitian. Ummat Islam mulai mempelajari kembali berbagai kemajuan yang dicapai oleh Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa dan Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki ummat Islam. Namun demikian, hubungan Islam dengan Eropa dan Barat dimana sekarang keadaannya sudah jauh berbeda dengan hubungan Islam pada zaman klasik dan pertengahan sebagaimana tersebut di atas. Di zaman klasik dan pertengahan ummat Islam dalam keadaan maju atau hampir menurun, sedangkan keadaan Eropa dan Barat dalam keadaan terbelakang atau mulai bangkit. Keadaan Eropa dan Barat saat ini berada dalam kemajuan, sedangkan keadaan ummat Islam berada dalam ketertinggalan. Tidak hanya itu saja, keadaan dunia saat ini telah dipenuhi oleh berbagai paham ideologi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan ajaran Islam, seperti ideologi capitalisme, materialisme, naturalisme, pragmatisme, liberalisme bahkan ateisme yang secara keseluruhan hanya berpusat pada kemauan manusia anthropocentris. Hal ini berbeda dengan karakteristik keseimbangan ajaran Islam yang memadukan antara berpusat pada manusia anthropo-centris dan berpusat pada Tuhan theo-centris.

2. Tantangan Dalam Pendidikan Islam

Dunia pendidikan Indonesia dewasa ini memperlihatkan fenomena yang kurang membanggakan. Sering terjadi tawuran di kalangan pelajar, perbuatan asusila yang dilakukan kaum terpelajar dan cendikiawan itu pada gilirannya meningkatkan pada penilaian yang kurang baik terhadap pendidikan. Fenomena demikian, memang agaknya tidak terlepas dari sekat-sekat sosial- masyarakat. Hubungan antara dunia pendidikan dengan masyarakat erat sekali, dan karenanya saling mempengaruhi. Lembaga-lembaga pendidikan yang te ridentifikasikan dengan “sekolah”, dalam dalam proses perkembangannya tidak terlepas dari “mesin” sosial. “Mesin” sosial menggerakkan segala dimensi kemanusiaa. Adapun fenomena yang menjadi tantangan dalam pendidikan Islam yang pada saat ini sedang berkembang, yaitu: 25 1. Krisis nilai, berkaitan dengan sikap menilai suatu perbuatan tentang baik dan buruk, etis dan tidak etis, benar dan salah dan hal lain yang menyangkut etika individu dan sosial. 2. Krisis konsep tetang kesepakatan arti hidup yang baik. Masyarakat mengalami pergerseran pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik dalam bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan, dan implikasinya terhadap kehidupan individual. 3. Adanya kesenjangan kredeibilitas. Dalam masyarakat saat ini sangat dirasakan adanya erosi kepercayaan, baik di kalangan pemegang kekuasaan, ekonomi maupun penanggung jawab sosial. 4. Beban institusi sekolah terlalu besar melebihi kemampuannya. Sekolah, di satu pihak, dituntut untuk memikul beban tanggung jawab moral dan sosial-kultural-yang tidak menjadi program institusionalnya-, di lain pihak ia dikekang oleh sistem dan aturan birokrasi yang memperdebat dan mengekang dinamka sekolah. 5. Kurangnya relevansi program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan. 25 Suwendi, Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 177-179 Cet. I. 6. Kurangnya idealisme dan citra remaja tentang peranannya di masa depan. 7. Makin besarnya kesenjangan si miskin dan si kaya. Sekolah memerlukan dukungan masyarakat secara berimbang, tidak hanya oleh kaum kaya, tetapi juga kaum miskin. Dari peryataan di atas, kiranya dapat mengambil langkah yang harus dilakukan dalam menangani permasalah yang menjadi tantangan dalam pendidikan Islam, yaitu: 26 a Mengadakan rumusan ulang terhadap arah “kiblat” pendidikan agama. Arah “kiblat” yang dimaksud adalah acuan orientasi pengembangan kependidikan untuk diberlakukan secara nasional. b Merevitalisasi pendidikan agama di Indonesia. Revitalisasi ini pada dasarnya mengaksentuasikan pada pentingnya pendidikan agama sehingga pendidikan agama menjadi keniscayaan. Sebagai kerangka besar perwujudan revitalisasi ini dapat dilakukan beberapa cara, yaitu, a mendorong pendidikan agama untuk diajarkan oleh seluruh komponen masyarakat. b nilai pendidikan agama tidak terpisah dari materi pendidikan lainnya. c menciptakan suasana pendidikan agama. c Mendirikan lembaga pendidikan tinggi universitas Islam Internasional. Lemabaga pendidikan yang dimaksud adalah lembaga pendidikan keislaman yang mampu memiliki akses secara internasional. 26 Ibid., h. 180-181. d Mengembangkan buku-buku dars yang memiliki kesamaan visi dan misi. Artinya, buku – buku pelajaran keagamaan yang digunakan oleh seluruh siswa Indonesia mengacu pada “platform” yang sama.

D. Posisi Pendidikan Islam Dalam Kancah Pendidikan Nasional

Posisi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional secara normatif dapat dilihat dari perkembangan kebijakan negara terhadap pendidikan Islam, baik itu pendidikan di madrasah dan pondok pesantren, maupun pendidikan agama sebagai bagian kurikulum di sekolah umum. Secara normatif dapat dilihat terjadi pergeseran posisi dan pengakuan terhadap pendidikan Islam yang terus berlangsungsampai saat ini, yaitu dari posisi marjinal dan “kelas dua” pada masa pemerintahan kolonial sampai mendapatkan pengakuan eksistensi yang sama denga sekolah umum. Persamaan kedudukan madrasah yang diakui pemerintah dalam pelaksanaan wajib belajar dengan sekolah umum negeri memperlihatkan bahwa lembaga pendidikan dipandang dapat memenuhi kewajiban pelaksanaan wajib belajar bagi masyarakat. 27 Secara faktual, dilihat dari kontribusi pendidikan Islam dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa, posisi lembaga pendidikan Islam pada dasarnya diakui sama dengan pendidikan lain. Pendidikan Islam juga menjalankan misi pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Lembaga 27 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaa, Jakarta, Rajawali Pers: 2009, h.189 Cet. I pendidikan Islam yang sampai ke pelosok – pelosok memberikan manfaat yang sangat berarti kepada masyarakat yang tidak mampu menjangkau pendidikan formal di sekolah umum. Karena itulah, banyak lembaga pendidikan Islam yang tidak mementingkan pengakuan, karena keyakinan para pengelolanya bahwa pendidikan yang telah mereka selenggarakan telah ikut berperan dalam menjalankan hidupnya terutama bekal pengetahuan agama. 28 Berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam, mengingat pendidikan Islam lebih mengutamakan pengetahuan keislaman dan lemah dalam pengetahuan umum terutama diarahkan pada penguasaan sains dan teknologi, maka ada segmen masyarakat yang memandang bahwa lembaga pendidikan Islam belum mampu mengahasilkan lulusan dengan kualitas yang sama dengan sekolah umum. Hal ini di perkuat oleh fakta bahwa meskipun kurikulum madrasah telah disamakan dengan kurikulum di sekolah umum ternyata sedikit sekali dari lulusan madrasah lanjutan yang lolos dalam seleksi penjaringan calon mahasiswa di perguruan tinggi negeri, terutama perguruan tinggi yang berkualitas. 29 Di sisi lain, upaya normatif dalam bentuk ketentuan perundangan yang memberikan posisi yang sama antara lembaga pendidikan Islam dengan sekolah umum dengan keharusan menyelenggarakan kurikulum nasional, di dalam kenyataannya belum mampu memberikan dorongan yang cukup kuat 28 Ibid. 29 Ibid, h.190. untuk mengangkat kualitas lulusan madrasah agar sama dengan kualitas lulusan sekolah umum sehingga mampu bersaing dalam memperebutkan berbagai kesempatan dan resources di bidang sosial dan ekonomi seperi lapangan pekerjaan di berbagai sektor formal modern. Sekolah unggulan Islam yang banyak bermunculan di Indonesia pada kahir abad ke – 20 dipandang sebagai jawaban untuk memenuhi keperluan masyarakat muslim, yaitu basis keagamaan yang kuat yang di imbangi dengan penguasaan sais dan teknologi. 30 Dari pemaparan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa posisi pendidikan Islam dalam kancah pendidikan nasional adalah, “sama atau setara” dengan pendidikan umum lainnya, namun beberapa lembaga saja yang tidak begitu di akui, dikarenakan belum mampu menunjukkan kontribusi mereka terhadap bangsa, salah satunya mengenai penyeimbangan anatara mata pelajaran agama dengan plejaran umum, sehingga banyak pelajar yang masi kurang dalam hal tersebut, bahkan membuat mereka jauh tertinggal dengan lembaga pendidikan lainnya. Maka dari itu pada dasarnya pendidikan Islam juga memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan yang berkeinginan mencerdaskan kehidupan bangsa, namun seiring berjalannya zaman, dengan pendidikan yang lebih mementingkan untuk bidang sains dan teknologi, dalam hal ini membuat lembaga pendidikan Islam tertinggal bahkan mulai dilupakan, padahal yang sebenarnya lembaga pendidikan Islam sudah memiliki posisi yang setara dengan pendidikan umum yang lain. 30 Ibid, h. 190 – 191. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dari bulan Desember 2014 sampai bulan Maret 2015.

B. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguaan tertentu. 1 Untuk mempermudah dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Library Research, yaitu dengan cara membaca, memahami dan menelaah tentang buku-buku atau dokumen –dokumen yang berkaitan, untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Adapun pengertian dari penelitian kepustakaan library research adalah berupa analisis deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berkenaan dengan skripsi yang terkait dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan tema skripsi. 2. Mempelajari ini buku yang berkaitan dengan obyek penelitian skripsi. 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, 2008, h. 3.