Posisi Pendidikan Islam Dalam Kancah Pendidikan Nasional

Aktivitas dalam analisis data yaitu: data reduction, data display, dan conclusion drawing verification. 4 a. Data Reduction Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. b. Data Display Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagian, hubungan antar katagori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles da Huberman mengemukakan yang dikutip oleh Sugiono menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the pas has been narrative tex ”. Yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. c. Conclusion Drawing Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 4 Sugiono, op.cit., h. 337-345 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Ormas Al – Washliyah

Berdirinya Al –Washliyah dilatarbelakangi oleh kesadaran beberapa pelajar dan guru yang tergabung dalam perguruan Maktab Islamiyah Tapanuli MIT untuk bersatu dalam menyalurkan ide dan pendapat. 1 Pada tahun 1918, masyarakat Mandailing yang menetap di Medan berinisiatif mendirikan sebuah istitusi pendidikan agama Islam, bernama Maktab Islamiyah Tapanuli MIT. Mereka ini adalah pendatang dari daerah Tapanuli Selatan yang berbatasan langsung dengan tanah Minangkabau. Di samping dikenal sebagai komunitas yang kuat beragama Islam, suku Mandailing juga relatif berpendidikan lebih baik dari kelompok suku lainnya. Maktab tersebut signifikan daam dua hal ; pertama, ia adalah lembaga pendidikan Islam formal pertama di Medan; dan kedua, berdirinya Al – Washliyah adalah merupakan gagasan dari para alumni Maktab Tersebut. 2 Kegiatan pendidikan di MIT kelihatannya mencoba menggabungkan sistem tradisional dan modern. Dari segi isi, apa yang diajarkan di MIT tidak jauh berbeda dari pesantren – pesantren tradisional, 3 namun pengajaraannya sudah dilakukan 1 Chalidjah Hasan, Kajian Perandingan Pendidikan, Surabaya : Al – Ikhlas, 1995, h. 217. 2 Hasan Asari, Modernisasi Islam: Tokoh Gagasan dan Gerakan, Bandung: Citapustaka Media, 2002, h. 234. 3 Samsul Nizar dan Muammadd Syaifudin, Isu –Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, Cet.. I, h. 139. secara klasikal dengan menggunakan media – media modern seperti bangku, papan tulis dan sebagainya. Sepuluh tahun setelah berdirinya 1928, para alumi dan murid senior MIT mendirikan ‘Debating Club’sebagai wadah untuk mendiskusikan pelajaran maupun persoalan – persoalan sosial keagamaan yang sedang berkembang di tengah masyarakat. Pendirian ‘Debating Club’ ini berkaitan dengan meluasnya diskusi – diskusi mengenai nasionalisme dan berbagai faham keagamaan yang terutama didorong oleh kaum pembaharu. 4 Heterogenitas penduduk daerah ini, maupun Medan sendiri sebagai kota terbesar, jelas merupakan lahan subur bagi tumbuhnya diskusi – diskusi, bahkan konflik, antar berbagai segmen masyarakat yang meresponi perkembangan sesuai dengan kecendrungannya masing – masing. Debating Club nampaknya cukup berhasil dalam program – programnya dan dipandang sangat bermanfaat, sehingga ada keinginan di kalagan eksponennya untuk mencari kemungkinan peran yang lebih signifikan dalam perkembangan dan perobahan yang terus terjadi. Untuk tujuan ini, para anggota Debating Club merasakan perlunya wadah organisasi yang lebih besar dari sekedar kelompok diskusi. Lalu upaya kearah ini mulai dirintis, sehingga sebuah organisasi terwujud dan secara resmi berdiri pada 30 November 1930 bertepatan dengan 9 Rajab 1349 4 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah:Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986, h. 78-79. H yang di beri nama Al – Washliyah, yang bermakna organisasi yang ingi menghubungkan dan mempertalikan. 5 Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30 November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera Utara. Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda Nederlandsh Indie. Sehingga para pendiri Al Washliyah ketika itu turut pula berperang melawan penjajah Belanda. Tidak sedikit para tokoh Al Washliyah yang ditangkap Belanda dan dijebloskan ke penjara. 6 Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al Washliyah ketika itu adalah untuk mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan. Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu strategi Belanda untuk terus berkuasa di bumi Indonesia. Oleh karena itu, Organisasi Al Washliyah turut pula meraih kemerdekaan Indonesia dengan menggalang persatuan umat di Indonesia. Penjajah Belanda yang menguasai bumi Indonesia terus berupaya agar bangsa Indonesia tidak bersatu, sehingga mereka terus mengadu domba rakyat. Segala cara dilakukan penjajah agar rakyat berpecah belah. Karena bila rakyat Indonesia bersatu maka dikhawatirkan bisa melawan pejajah Belanda. 5 Samsul Nizar dan Muhammad Syaifudin, op.cit., h. 141 6 Majlis Pendidikan Al-Washliyah, Sejarah Al-Washliyah 2010, http:kabarwashliyah.comsejarah