Kontrol Simpatis pada Tekanan Darah Pusat Kontrol Kardiovaskular Hipertensi

- Olahraga Olahraga aerobik, seperti bersepeda, jogging, dan berjalan kaki yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. 23 - Merokok dan konsumsi alkohol Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap. Nikotin bersifat radikal bebas yang dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah agregasi trombosit akibat kerusakan endotel pembuluh darah. Sebagai radikal bebas nikotin juga berperan terhadap pembentukan aterosklerosis. Konsumsi alkohol merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah melalui rangsang simpatis. 20,24 2.5.4 Patofisiologi Hipertensi Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung cardiac outputCO dan dukungan dari arteri peripheral resistancePR. 17,25 Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan atau ketahanan perifer. 2.5.5 Klasifikasi hipertensi Berikut klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC -VII 22 : Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Tekanan Darah SDPDBP Kategori 12080 Normal 120-13980-89 Prehipertensi ≥14090 Hipertensi 140-15990-99 Hipertensi derajat 1 ≥160100 Hipertensi derajat 2

2.6 Konsep Tidur

2.6.1 Pengertian Tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh dapat berfungsi secara optimal. 26 Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur sama dengan aktifitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu individu digunakan untuk tidur, karena tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan, mampu menyimpan memori saat tidur dan konsenterasi untuk melakukan aktifitas . 17,27 2.6.2 Fisiologi Tidur Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada medula batang otak, yaitu Reticular Activating System RAS . RAS di bagian atas batang otak memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. 17,27 2.6.3 Irama Sirkardian Diurnal dan Kelenjar Pineal Kelenjar pineal berfungsi mengeluarkan hormone melatonin yang akan membantu menjaga irama sirkardian sesuai siklus teran gelap. Jam biologis utama akan diatur oleh nucleus supramatikus SCN yang akan membentuk siklus dan menyeimbangkan antara sinyal eksternal dan internal tubuh manusia. Tidak relevan jam internal dan lingkungan luar akan mengakibatkan ‘jet lag’ ketika iramanya tidak sama. 17,18 Makhluk hidup memiliki bioritme jam biologis yang berbeda. Bioritme pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik. Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. 28 Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah. 29 Irama sirkadian didahului oleh sekresi melatonin, episode ini adalah hasil kerja susunan saraf pusat yang mengatur jumlah dan banyaknya sekresi episodik dari CRF dan ACTH. Sekresi kortisol pada petang hari rendah dan terus menurun selama beberapa jam pertamawaktu tidur, di mana pada waktu itu kadar kortisol plasma dapat tidak terdeteksi. Selama jam ketiga dan kelima waktu tidur, terjadi peningkatan sekresi kortisol, tetapi waktu sekresi maksimal dimulai pada masa tidur jam keenam sampai jam kedelapan dan kemudian mulai menurun setelah bangun tidur. Sekitar setengah dari keluaran kortisol harian disekresikan pada saat ini. 17,27 2.6.4 Hormon Kortisol Hormon ini dihasilkan oleh zona fasikulata dan retikularis korteks adrenal, sekresinya dirangsang oleh hormon adenokortikotropik ACTH yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Sel sasarannya adalah hampir sebagian besar sel. 17 Sekresinya meningkat pada malam hari, mencapai puncak pada pagi sebelum terjaga, lalu akan turun sepanjang hari dengan titik terendah menjelang tidur malam. 17 Hormon kortisol atau glukokortikoid memiliki efek metabolik dan mempunyai peran kunci dalam adaptasi stress. Kortisol memiliki efek permisif yaitu harus ada dalam jumlah memadai agar katekolamin menimbulkan vasokontriksi. 18 2.6.5 Efek Kortisol terhadap Fungsi Kardiovaskular Glukokortikoid dapat meningkatkan curah jantung, dan juga meningkatkan tonus vaskular, dengan meningkatkan efek vasokonstriktor- vasokonstriktor lain misalnya: katekolaminyang terdiri dari epinefrin dan norepinefrin yang bekerja sebagai merangsang simpatis tubuh yang mengontrol hamper sebagian besar pembuluh darah di tubuh kita, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. 13,27 Glukokortikoid juga mengatur ekspresi reseptor adrenergik. Glukokortikoid yang berlebihan sendiri dapat menyebabkan hipertensi yang berasal dari efek mineralokortikoidnya yaitu aldosteron dan juga dapat mempengaruhi aktivasi renin oleh reseptor alfa I yang akan mengaktivasi sistem renin angiostensin aldosteron. 17,29 2.6.6 Kualitas Tidur Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen, yaitu : 30 1. Subjektif kualitas tidur: yaitu penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan terhadap penilaian kualitas tidur. 2. Latensi Tidur: berapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang jatuh tertidur, berhubungan dengan gelombang tidur seseorang. Dikenal ada 2 gelombang tidur manusia yaitu : Tidur gelombang lambat dan tidur paradoksial. 3. Efisiensi tidur: akan didapatkan melalui presentase kebutuhan tidur manusia, dengan menilai jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang sehingga dapat disimpulkan apakah sudah tercukupi atau efisiensi tidurnya. 4. Penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur yang dialaminya, karena penggunaan obat tidur diindikasikan apabila orang tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk membantu tidur. 5. Gangguan tidur: seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan, sering terbangun untuk ke kamar mandi dan mimpi buruk, dapat mempengaruhi proses tidur manusia. 6. Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan sehari-hari diakibatkan oleh perasaan mengantuk. 7. Durasi tidur: dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Secara keseluruhan kualitas tidur dinilai melalui kuantitas dan proses selama tidur. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan dampak bagi kesehatan baik kesehatan jangka panjang maupun jangka pendek. Gangguan tidur bisa ditegakkan apabila itu sudah terjadi selama 2 minggu atau lebih. 25

Dokumen yang terkait

Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur pada Penderita Hipertensi

0 33 70

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT STRES DAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH TERHADAP KUALITAS TIDUR PENDERITA HIPERTENSI LANSIA Hubungan Tingkat Stres Dan Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Kualitas Tidur Penderita Hipertensi Lansia Di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN LAMA KERJA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Lama Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Lama Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN LAMA KERJA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Lama Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

Hubungan Kualitas Tidur Terhadap Kontrol Tekanan Darah Pasien Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUD Dr. Moewardi.

0 0 12

Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian

1 3 117

209 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP KEJADIAN KRAM PADA ATLET FUTSAL

0 1 10