11
esensial  adalah  sebuah  proses  aktif,  proses  dimana  kita  memikirkan berbagai  hal  secara  lebih  mendalam  untuk  diri  kita,  mengajukan
berbagai  pertanyaan  untuk  diri  kita,  menemukan  informasi  yang relevan  untuk  diri  kita,  dan  seorang  pemikir  kritis  tidak  begitu  saja
menerima informasi dari orang lain secara pasif.
23
Berpikir  kritis  adalah  berpikir  mendalam  terhadap  suatu permasalahan  dengan  melibatkan  data  yang  ada  untuk  menghasilkan
suatu  kesimpulan  yang  logis.  Seifert    Hoffnung,  menyebutkan beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu:
1.
Basic operations of reasoning , Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, mengeneralisisasi,  menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secar mental.
2.
Domain-spesific knowledge Dalam  menghadapi  suatu  problem,  seseorang  harus  memiliki
pengetahuan tentang topic atau kontennya.
3.
Metacognitive knowledge Pemikiran  kritis  yang  efektif  mengharuskan  seseorang  untuk
memonitor  ketika  ia  mencoba  untuk  benar-benar  memahami  suatu ide,  menyadari  kapan  ia  memerlukan  informasi  baru,  dan  mereka-
reka  bagaimana  ia  dapat  dengan  mudah  mengumpulkan  dan mempelajari informasi tersebut.
4.
Values, beliefs, and dispositions Berpikir  secara  kritis  berarti  melakukan  penilaian  secara  fair  dan
obyektif.
24
b. Indikator berpikir kritis matematis
Menurut  Santock,  untuk  berpikir  secara  kritis,  untuk memecahkan  setiap  permasalahan  atau  untuk  mempelajari  sejumlah
23
Ibid., h. 2.
24
Desmita, Psikologi Perkembangan Anak, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 h. 154.
12
pengetahuan baru, siswa harus mengambil peran aktif di dalam belajar, dalam  artian  siswa  harus  berupaya  mengembangkan  sejumlah  proses
berpikir aktif, diantaranya: 1.  Mendengarkan secara seksama
2.  Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan 3.  Mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka
4.  Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan 5.  Melakukan deduksi penalaran dari umum ke khusus
6.  Membedakan  antara  kesimpulan  yang  valid  dan  yang  tidak  valid secara logika
7.  Belajar  bagaimana  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  klarifikasi seperti
ара intinya?, ара yang anda maksud dengan pertanyaan ini?, dan mengapa?.
25
Sedangkan  Untuk  menilai  tingkat  kemampuan  berpikir  kritis seseorang diperlukan suatu indikator berpikir kritis. Menurut  Watson
dan Glaser untuk menilai kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan  pengukuran  melalui  tes  yang  mencakup  lima  buah  indikator,
yaitu: 1.  Mengenal asumsi
2.  Melakukan inferensi 3.  Deduksi
4.  Interpretasi 5.  Mengevaluasi argumen
26
Menurut Ennis,
indikator kemampuan
berpikir kritis
dikelompokkan dalam lima aspek: 1.  Memberikan penjelasan sederhana
a.  Memfokuskan pertanyaan b.  Menganalisis pertanyaan
25
Ibid., h. 156
26
Amri, op. cit., h. 65.
13
c.  Bertanya  dan  menjawab  pertanyaan  tentang  suatu  penjelasan atau tantangan
2.
Membangun ketrampilan dasar a.  Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.
b.  Mengamati  dan  mempertimbangkan  suatu  laporan  hasil observasi
3.
Menyimpulkan a.  Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
b.  Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi c.  Membuat dan menentukan nilai pertimbangan
4.
Membuat penjelasan lebih lanjut a.  Mendefinisikan istilah dan pertimbangan dalam tiga dimensi
b.  Mengidentifikasi asumsi
5.
Strategi dan taktik a.  Menentukan tindakan
b.  Berinteraksi dengan orang lain.
27
Selain itu, Ennis  menyatakan bahwa terdapat  enam  unsur dasar dalam berpikir kritis, yaitu:
1.  Fokus Focus Langkah  awal  dari  berpikir  kritis  adalah  mengidentifikasi
masalah  dengan  baik.  Permasalahan  yang  menjadi  fokus  bisa terdapat  dalam  kesimpulan  sebuah  argumen.  Indikator  fokus  yang
dimaksudkan  adalah  siswa  mampu  memfokuskan  pertanyaan  atau masalah  dan  menentukan  konsep  yang  digunakan  untuk
menyelesaikan permasalahan. 2.  Alasan Reason
Alasan  yang  diberikan  harus  logis  untuk  disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus. Alasan berasal dari informasi,
teorema,  atau  sifat  yang  diketahui.  Indikator  reason  yang
27
Husnidar,dkk. ,”penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis siswa”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. I, No. I, April 2014, h. 74.
14
dimaksudkan  adalah  siswa  mampu  memberikan  alasan  mengenai jawaban yang dikemukakan.
3.  Kesimpulan Inference Penarikan  kesimpulan  yang  benar  harus  didasarkan  pada
langkah-langkah  dari  alasan  menuju  kesimpulan  yang  masuk  akal atau  logis.  Indikator  inference  yang  dimaksudkan  adalah  siswa
mampu  membuat  kesimpulan  dari  alasan  yang  dikemukakan dengan cara membuat langkah-langkah dalam penyelesaian.
4.  Situasi Situation Situasi yang dimaksud adalah mencocokkan dengan situasi
yang  sebenarnya.  Indikator  situation  yang  dimaksudkan  adalah siswa  mampu  menjawab  soal  sesuai  konteks  permasalahan,  dapat
menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal- soal aplikasi.
5.  Kejelasan Clarity Harus  ada  kejelasan  mengenai  istilah-istilah  yang
digunakan dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat keputusan. Indikator clarity yang dimaksud adalah
siswa mampu memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep.
6.  Tinjauan ulang Overview Indikator  overview  yang  dimaksud  adalah  siswa  mampu
mengecek  apa  yang telah ditemukan,diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari dan disimpulkan.
28
Berdasarkan  indikator  yang  dikemukakan  oleh  beberapa  ahli, peneliti  akan  membatasi  indikator  berpikir  kritis  yang  sesuai  dengan
kemampuan berpikir kritis tingkat sekolah dasar yaitu: 1.  Memfokuskan pertanyaan
2.  Mengidentifikasi asumsi 3.  Menentukan tindakan
28
Ahmadi, loc.cit
15
3. Pendekatan Open Ended
a. Pengertian pendekatan Open Ended
Istilah  pendekataan  secara  harfiah  dalam  kamus  besar  Indonesia diartikan  sebagai  proses,  perbuatan,  cara  mendekati.  Menurut  sanjaya
pendekatan  dapat  diartikan  sebagai  titik  tolak  atau  sudut  pandang  kita terhadap  proses  pembelajaran
29
.  Pendekatan  dapat  diartikan  sebagai  titik tolak  atau  sudut  pandang  kita  terhadap  proses  pembelajaran.  Istilah
pendekatan  merujuk  kepada  pandangan  tentang  terjadinya  suatu  proses yang  sifatnya  masih  sangat  umum.
30
pendekatan  adalah  suatu  cara  yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari  sudut  pandang  bagaimana  proses  pengajaran  atau  materi  pengajaran umum atau khusus dikelola.
31
Dari  pengertian  pendekatan  tersebut,  maka  dapat  disimpulkan bahwa  Pendekatan  adalah  suatu  jalan,  cara,  atau  kebijaksanaan  yang
ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari  sudut  begaimana  proses  pengajaran  atau  materi  pengajaran  itu  untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Pembelajaran
dengan Pendekatan
Open Ended
adalah pembelajaran  yang  dimulai  dengan  memberikan  soal  yang  memiliki
banyak  jawaban  yang  benar  problem  terbuka  atau  incomplete  kepada siswa. Shimada berpendapat bahwa pendekatan  Open Ended adalah salah
satu  pendekatan  dalam  pembelajaran  yang  dapat  dilakukan  dengan  cara mengkombinasikan  antara  pemahaman,  kemampuan  atau  cara  berpikir
siswa  yang  telah  dipelajari  sebelumnya.  Pendekatan  ini  memberikan kesempatan  kepada  siswa  untuk  memperoleh  pengetahuan,  pengalaman
menemukan,  mengenali  dan  dan  memecahkan  masalah  dengan  beberapa
29
Dewi, op. cit., h. 38
30
Wina  sanjaya,  Strategi  Pembelajaran  Berorientasi  Standar  Proses  Pendidikan,. Jakarta: Kencana, 2008 h. 127
31
Gusni  Satriawati,  Pembelajaran  Matematika  dengan  Pendekatan  Open  Ended  pada Pokok Bahasan Dalil Phytagoras Di Kelas II SMP dalam Pendekatan
Ваrи dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Jakarta: IISEP, 2007 hal. 158
16
cara berbeda.
32
Pendekatan Open Ended merupakan salah satu pendekatan yang  membatu  siswa  melakukan  penyelesaian  masalah  secara  kreatif  dan
menghargai keragaman berfikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal.
33
Dalam  pembelajaran  dengan  menggunakan  pendekatan  Open Ended,  dimulai  dengan  pertanyaan  dalam  bentuk  Open  Ended  soal  yang
memiliki banyak jawaban yang diarahkan untuk menggiraing tumbuhnya pemahaman  atas  masalah  yang  diajukan.  Bedger  menyatakan  bahwa
pertanyaan  Open  Ended  bukanlah  bentuk  pertanyaan  dengan  banyak pilihan  tanpa  option.  Juga  bukan  pertanyaan  yang  hanya  memiliki  satu
jawaban  yang  benar.  Namun  lebih  mengarah  pada  pertanyaan  dimana siswa  memiliki  peluang  untuk  berpikir  lebih  leluasa,  komprehensif  tanpa
harus  kehilangan  konteksnya.  Keleluasaan  berpikir  yang  ditawarkan kepada
siswa jelas
membutuhkan kepekaan
guru untuk
menginterpretasikan sekaligus mampu menggunakan banyak kritera dalam merespon jawaban siswa.
Dasar  keterbukaan  dari  pertanyaan  Open  Ended  dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu : Process in open proses terbuka
yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar,  end  products  are  open  hasil  akhir  yang  terbuka  yaitu  tipe  soal
yang  diberikan  mempunyai  jawaban  yang  banyak,  ways  to  developare open  cara  pengembangan  lanjutannya  terbuka  yaitu  ketika  siswa  telah
selesai menyelesaikan masalah awal mereka dapat menyelesaikan masalah barudengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama.
34
Katsuro  mengemukakan  bahwa  ada  tiga  perbedaan  jawaban dalam pendekatan Open Ended, yaitu:
a.
Siswa  mengerti  perbedaan  jawaban-jawaban.  Siswa  mengetahui alasan-alasan  dari  perbedaan  yang  timbul  dalam  jawaban-jawaban
siswa.
32
Ibid., h. 159
33
Ibid., h. 155
34
Ibid., h. 160
17
b.
Siswa mengerti hubungan antara perbedaan jawaban-jawaban.
c.
Siswa  berkembang  pengetahuan  matematikanya  dan  berpikir berdasarkan perbedaan jawaban-jawaban.
Dengan  demikian  untuk  menyelesaikan  pertanyaan  Open  Ended, siswa  dituntut  untuk  mengembangkan  metode  atau  strategi  dalam
memperoleh  jawaban  yang  benar.  Sehingga  siswa  tidak  hanya  diminta untuk menjawab soal dengan benar, tetapi menjelaskan bagaimana proses
menemukan jawaban yang benar.
b. Aspek-Aspek Pendekatan Open Ended
Perlu  digaris  bawahi  bahwa  kegiatan  matematika  dan  kegiatan
siswa bisa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
35
1.
Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan harus terbuka ialah kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan segala
sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
2.
Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir
Kegiatan  matematika  adalah  kegiatan  yang  didalamnya  terjadi proses  pengabstraksian  dalam  pengalaman  nyata  dalam  kegiatan
sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan  matematika  akan  mengundang  proses  manipulasi  dan
manifestasi dalam dunia matematika.
Suatu  pendekatan  Open  Ended  dalam  pembelajaran  harus  dibuat sedapat mungkin sebagai petunjuk dan pelengkap dari problem. Pada
saat  yang  bersamaan  kegiatan  matematika  yang  lebih  berharaga  dan “kaya”  dapat  terselenggara  melalui  problem  tadi.  Dalam
menggunakan problem, kegiatan matematika dapat dipandang sebagai operasi konkrit benda yang dapat ditemukan melalui sifat-sifat inhern.
Analogi  dan  inferensi  terkandung  dalam  situasi  lain  misalnya  dari
jumlah benda yang lebih besar.
35
Suherman, op.cit., h. 125-127
18
3.
Kegiatan siswa dan kegiaan matematika merupakan satu kesatuan Kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara
simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika siswa  terperhatika  guru  melalui  kegiatan-kegiatan  matematika  yang
bemanfaat  untuk menjawab permasalahan  yang  lainnya.  Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan
permasalahan  yang  diberikan,  dengan  sendirinya  akan  mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkatan
berpikir yang lebih tinggi.
c.  Menyusun Rencana Pembelajaran Pendekatan Open Ended
Langkah  penting  lain  yang  harus  dikembangkan  guru  dalam pembelajaran  melalui  pendekatan  Open  Ended  adalah  menyusun  rencana
pembelajaran.  Ada  beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada siswa
36
, yakni : 1  Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan
bernilai?
Masalah  harus  mendorong  siswa  untuk  berfikir  dari  erbagai  sudut pandang.  Selain  itu,  masalah  juga  harus  kaya  dengan  konsep-konsep
matematika  yang  sesuai  dengan  siswa  berkemampuan  rendah  sampai
tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan kemampuannya. 2  Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa?
Pada  saat  menyelesaikan  masalah,  siswa  harus  menggunakan pengetahuan  dan  ketrampilan  yang  dimilikinya.  Jika  soal  tersebut
diprediksi diluar jangakaun siswa, maka guru harus mengubahnya.
3  Apakah  masalah  itu  mengundang  pengembangan  konsep  matematika
lebih lanjut?
Masalah harus terkait dengan konsep-konsep matematika lebih tinggi
sehingga memacu siswa berpikir tingkat tinggi.
36
Ibid., h. 119
19
Sawada  Shimada  dan  Becker  menyarankan  langkah-langkah dalam  menyusun  rencana  pembelajaran  dengan  pendekatan  Open  Ended.
Dalam pendekatan Open Ended, guru memberikan keadaan suatu masalah yang mana penyelesaian atau jawabannya tidak hanya satu cara. Langkah-
langkah  ini  sekaligus  merupakan  kriteria  evaluasi  implementasi  proses belajar  mengajar  dengan  metode  ini.  Adapun  langkah-langkah  tersebut
adalah”
37
1.  Menyusun daftar respon yang diharapkan dari siswa. Siswa  diharapkan  merespon  masalah  yang  diberikan  dengan
berbagai  cara.  Namun,  mengingat  kemampuan  siswa  dalam mengemukakan  gagasan  dan  pikirannya  masih  terbatas,  maka  guru
perlu  menuliskan  daftar  antisipasi  respon  siswa  terhadap  masalah.  Hal ini  diperlukan  sebagai  upaya  mengarahkan  dan  membantu  siswa
memecahkan masalah sesuai dengan cara dan kemampuannya. 2.  Menetapkan tujuan yang hendak dicapai
Guru  harus  benar-benar  memahami  peran  masalah  yang  akan diberikan  kepada  siswa  dalam  keseluruhan  pembelajaran.  Apakah
masalah  yang  akan  diberikan  kepada  siswa  diperlakukan  sebagai pengenalan  konsep  baru  atau  sebagai  rangkuman  dari  kegiatan  belajar
siswa.  Berdasarkan  berberapa  hasil  penelitian  masalah  Open  Ended efektif  digunakan  untuk  pengenalan  konsep  baru  atau  dalam
merangkum kegiatan belajar. 3.  Bila  perlu  menggunakan  alat-alat  bantu  atau  media  untuk  membantu
kelancaran metode penyampaian soal. 4.  Mengkemas soal dalam bentuk semenarik mungkin
Mengingat  pemecahan  masalah  Open  Ended  memerlukan  waktu untuk  berpikir,  maka  konteks  permasalahan  yang  disampaikan  harus
dikenal  baik  oleh  siswa  dan  harus  menarik  perhatian  serta membangkitkan semangat intelektual.
37
Satriawati, op. cit., h.162
20
5.  Mengalokasikan waktu secukupnya. Guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan siswa untuk
memahami  masalah,  mendiskusikan  kemungkinan  pemecahannya,  dan merangkum  apa  yang  telah  dipelajari.  Oleh  karena  itu  guru  dapat
membagi  waktu  dalam  dua  periode.  Periode  pertama,  siswa  bekerja secara  individual  atau  kelompok  dalam  memecahkan  masalah  dan
membuat  rangkuman  dari  hasil  pemecahan  masalah.  Periode  kedua, digunakan  untuk  diskusi  kelas  mengenai  strategi  dan  pemecahan  serta
penyimpulan dari guru.
d.  Keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended
Dalam  pendekatan  Open  Ended  guru  memberikan  permasalahan kepada  siswa  yang  solusinya  atau  jawabannya  tidak  perlu  ditentukan
hanya  satu  jalan  cara.  Oleh  karena  itu  ada  beberapa  keunggulan pendekatan Open Ended antara lain:
1.
Siswa  berpartisipasi  lebih  aktif  dalam  pembelajaran  dan  sering mengekspresikan idenya.
2.
Siswa  memiliki  kesempatan  lebih  banyak  dalam  memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematik secara komprehensif.
3.
Siswa  dengan  kemampuan  matematika  rendah  dapat  merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.
Siswa  secara  instrinsik  termotivasi  untuk  memberika  bukti  atau penjelasan.
5.
Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
38
Selain  keunggulan,  pendekatan  Open  Ended  memiliki  beberapa kelemahan, diantaranya:
1.  Menyiapkan  masalah  matematikayang  bermakna  bukanlah  pekerjaan yang mudah.
38
Ibid., h.162
21
2.  Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit  sehingga  banyak  siswa  yang  mengalami  kesulitan  bagaimana
merespon peemasalahan yang diberikan. 3.  Siswa  yang  memiliki  kemampuan  tinggi  bisa  merasa  ragu  dengan
jawaban mereka. 4.  Memungkinkan  ada  beberapa  siswa  yang  merasa  bahwa  kegiatan
belajar  mereka  tidak  menyenangkan  karena  kesulitan  yang  mereka hadapi.
39
Untuk  mengatasi  kelemahan  tersebut,  guru  harus  memiliki perencanaan  yang  baik  dan  memahami  pemecahan  masalah  dengan
pendekatan Open Ended.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil  penelitian  yang  relevan  sebagai  bahan  penguat  pada  penelitian  ini adalah:
1.  Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Lely  Lailatus  Syarifah  yang  berjudul “Pengaruh Pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kritis
matematik  siswa”  yang  dilakukan  pada  tahun  2012  di  SMPN  3
Tangerang Selatan pada materi himpunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  pendekatan  Open  Ended  dapat  meningkatkan  kemampuan
berpikir  kritis  siswa,  hal  ini  ditunjukkan  dengan  analisis  data menggunakan  uji-t,  data  hasil  perhitungan  perbedaan  rata-rata  kedua
kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,02, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan  5    dan  derajat  kebebasan  dk=  78  adalah  1,66.  Sehingga
hipotesis alternatif H
1
diterima. 2.
Penelitian  yang  dilakukan  Elih  Sholihat  yang  berjudul  “  pendekatan Open  Ended  terhadap  kemampuan  berpikir  kreatif  siswa  dalam  belajar
matematika” yang dilakukan pada tahun 2009 di MTsN Model Babakan Sirna  Leuwisadeng  Bogor  pada  materi  segi  empat.  Hasil  penelitian
menunjukkan  bahwa  pendekatan  Open  Ended  dapat  meningkatkan
39
Suherman, op. cit., h. 121
22
kemampuan  berpikir  kreatif  siswa,  hal  ini  dapat  dilihat  dari  perbedaan nilai  rata-rata  kelas  kontrol  dengan  nilai  rata-rata  kelas  ekperimen,
dimana nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 52,2 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 69,83.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani yang berjudul “ pengaruh metode
Problem  solving  Pemecahan  Masalah  terhadap  ketrampilan  berpikir kritis sis
wa pada konsep listrik dinamis” yang dilakukan pada tahun 2009 di SMA Hang Tuah 1 Jakarta, Kebayoran Lama
– Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest
dan  nilai  rata-rata  posttest,  dimana  nilai  rata-rata  pretest  sebesar  35,97 dan nilai rata-rata posttest sebesar 58,83.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan  kajian  teoritis  dan  hasil  penelitian  yang  relevan  yang  telah dipaparkan  diatas,  maka  pendekatan  Open  Ended  dapat  meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas IV SD I AlSyukro.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian  ini  akan  dilaksanakan  di  SDI  Al-Syukro  berlokasi  di  Gang Maung, Ciputat
– Tangerang Selatan di kelas IV semester 2.
b. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian ini  akan dilaksanakan pada  semester 2 Genap Tahun ajaran 20132014.
B. Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode  yang  digunakan  ialah  penelitian  tindakan  kelas  atau  yang  biasa dikenal  Classroom  Action  Research  CAR.  Menurut  Ebbutt,  penelitian
tindakan  kelas  adalah  kajian  sistematik  dari  upaya  perbaikan  pelaksanaan praktek  pendidikan  oleh  sekelompok  guru  dengan  melakukan  tindakan-
tindakan  dalam  pembelajaran,  berdasarkan  refleksimereka  mengenai  hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
40
Model  PTK  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  model  Kurt Lewin, model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian  tindakan  yang  lain,  khususnya  PTK.  Dikatakan  demikian  karena dialah  yang  pertama  kali  memperkenalkan  Action  Research  atau  penelitian
tindakan.  Konsep  pokok  penelitian  tindakan  model  Kurt  Lewin  terdiri  dari empat  komponen,  yaitu  perencanaan  planning,  tindakan  acting,
pengamatan observing dan refleksi reflecting.
41
Hubungan  keempat  komponen  tersebut  dipandang  sebagai  siklus  yang digambar sebagai berikut:
40
Rochiati  Wiratmadja,  Metode  Penelitian  Tindakan  Kelas,  Bandung  :  Remaja Rosdakarya, 2009, h. 12
41
Djunaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 64.
23
24
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin
Model  ini  terdiri  dari  beberapa  siklus,  dimana  setiap  siklus  terdapat empat komponen yaitu:
a.  Perencanaan 1.  Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa
2.  Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi matematika 3.  Data  yang  telah  diidentifikasi,  dianalisis  berdasarkan  hasil
wawancara dan disimpulkan 4.  Merencanakan  tindakan  yang  lebih  tepat  berdasarkan  asal
penyebab  masalah-  masalah  itu  dengan  menyiapkan  RPP Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  dan  instrument  penelitian
berupa  pedoman  wawancara,  pedoman  observasi  terhadap  guru dan siswa, catatan lapangan yang disusun bersama kolaborator.
b.  Pelaksanaan Kegiatan  yang  dilakukan  pada  tahap  ini  adalah  melakukan
ара yang  telah  direncanakan  pada  tahap  perencanaan  yaitu  menggunakan
pendekatan  Open  Ended.  Dimana  peneliti  bertindak  sebagai  pelaku tindakan, dan guru bidang studi sebagai observer.
25
c.  Observasi Pada  tahap  ini  peneliti  dibantu  oleh  observer  mengamati  aktivitas
mengajar  dan  aktivitas  belajar  siswa  terhadap  pembelajaran  dengan menggunakan  lembar  observasi.  Selain  itu,  obsevasi  berupa  kegiatan
mengamati,  mencatat  dan  mendokumentasikan  segalaaktivitas  siswa selama proses pembelajaran berdasarkan lembr observasi.
d.  Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan.  Hasil  yang  diperoleh  dari  pengamatan  dikumpulkan  dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan  yang  dilakukan  mencapai  tujuan  yang  diharapkan  atau  masih perlu adanya perbaikan.
Adapun  alur  desain  penelitian  tindakan  kelas  yang  dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:
42
Gambar 3.2: alur penelitian tindakan kelas
42
Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 h. 16 Kemampuan berpikir
kritis siswa rendah Perencanaan
siklus I Pelaksanaan
siklus I yaitu melaksanakan
pembelajaran Pengamatan
siklus I Refleksi siklus I
Kemampuan berpikir kritis siswa masih
rendah Perencanaan
siklus II Pelaksanaan
siklus II yaitu melaksanakan
pembelajaran Pengamatan
siklus II Refleksi siklus II
Kemampuan berpikir kritis siswa mencapai
keberhasilan Jika belum mencapai
keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya