11
esensial adalah sebuah proses aktif, proses dimana kita memikirkan berbagai hal secara lebih mendalam untuk diri kita, mengajukan
berbagai pertanyaan untuk diri kita, menemukan informasi yang relevan untuk diri kita, dan seorang pemikir kritis tidak begitu saja
menerima informasi dari orang lain secara pasif.
23
Berpikir kritis adalah berpikir mendalam terhadap suatu permasalahan dengan melibatkan data yang ada untuk menghasilkan
suatu kesimpulan yang logis. Seifert Hoffnung, menyebutkan beberapa komponen pemikiran kritis, yaitu:
1.
Basic operations of reasoning , Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan, mengeneralisisasi, menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secar mental.
2.
Domain-spesific knowledge Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus memiliki
pengetahuan tentang topic atau kontennya.
3.
Metacognitive knowledge Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk
memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru, dan mereka-
reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
4.
Values, beliefs, and dispositions Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan
obyektif.
24
b. Indikator berpikir kritis matematis
Menurut Santock, untuk berpikir secara kritis, untuk memecahkan setiap permasalahan atau untuk mempelajari sejumlah
23
Ibid., h. 2.
24
Desmita, Psikologi Perkembangan Anak, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010 h. 154.
12
pengetahuan baru, siswa harus mengambil peran aktif di dalam belajar, dalam artian siswa harus berupaya mengembangkan sejumlah proses
berpikir aktif, diantaranya: 1. Mendengarkan secara seksama
2. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan 3. Mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka
4. Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan 5. Melakukan deduksi penalaran dari umum ke khusus
6. Membedakan antara kesimpulan yang valid dan yang tidak valid secara logika
7. Belajar bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi seperti
ара intinya?, ара yang anda maksud dengan pertanyaan ini?, dan mengapa?.
25
Sedangkan Untuk menilai tingkat kemampuan berpikir kritis seseorang diperlukan suatu indikator berpikir kritis. Menurut Watson
dan Glaser untuk menilai kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan pengukuran melalui tes yang mencakup lima buah indikator,
yaitu: 1. Mengenal asumsi
2. Melakukan inferensi 3. Deduksi
4. Interpretasi 5. Mengevaluasi argumen
26
Menurut Ennis,
indikator kemampuan
berpikir kritis
dikelompokkan dalam lima aspek: 1. Memberikan penjelasan sederhana
a. Memfokuskan pertanyaan b. Menganalisis pertanyaan
25
Ibid., h. 156
26
Amri, op. cit., h. 65.
13
c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan
2.
Membangun ketrampilan dasar a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.
b. Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi
3.
Menyimpulkan a. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
b. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi c. Membuat dan menentukan nilai pertimbangan
4.
Membuat penjelasan lebih lanjut a. Mendefinisikan istilah dan pertimbangan dalam tiga dimensi
b. Mengidentifikasi asumsi
5.
Strategi dan taktik a. Menentukan tindakan
b. Berinteraksi dengan orang lain.
27
Selain itu, Ennis menyatakan bahwa terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yaitu:
1. Fokus Focus Langkah awal dari berpikir kritis adalah mengidentifikasi
masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi fokus bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen. Indikator fokus yang
dimaksudkan adalah siswa mampu memfokuskan pertanyaan atau masalah dan menentukan konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. 2. Alasan Reason
Alasan yang diberikan harus logis untuk disimpulkan seperti yang tercantum dalam fokus. Alasan berasal dari informasi,
teorema, atau sifat yang diketahui. Indikator reason yang
27
Husnidar,dkk. ,”penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untukMeningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis siswa”, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. I, No. I, April 2014, h. 74.
14
dimaksudkan adalah siswa mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang dikemukakan.
3. Kesimpulan Inference Penarikan kesimpulan yang benar harus didasarkan pada
langkah-langkah dari alasan menuju kesimpulan yang masuk akal atau logis. Indikator inference yang dimaksudkan adalah siswa
mampu membuat kesimpulan dari alasan yang dikemukakan dengan cara membuat langkah-langkah dalam penyelesaian.
4. Situasi Situation Situasi yang dimaksud adalah mencocokkan dengan situasi
yang sebenarnya. Indikator situation yang dimaksudkan adalah siswa mampu menjawab soal sesuai konteks permasalahan, dapat
menggunakan bahasa matematika dan mampu menjawab soal- soal aplikasi.
5. Kejelasan Clarity Harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat keputusan. Indikator clarity yang dimaksud adalah
siswa mampu memberikan kejelasan lebih lanjut baik definisi atau keterkaitan konsep.
6. Tinjauan ulang Overview Indikator overview yang dimaksud adalah siswa mampu
mengecek apa yang telah ditemukan,diputuskan, dipertimbangkan, dipelajari dan disimpulkan.
28
Berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti akan membatasi indikator berpikir kritis yang sesuai dengan
kemampuan berpikir kritis tingkat sekolah dasar yaitu: 1. Memfokuskan pertanyaan
2. Mengidentifikasi asumsi 3. Menentukan tindakan
28
Ahmadi, loc.cit
15
3. Pendekatan Open Ended
a. Pengertian pendekatan Open Ended
Istilah pendekataan secara harfiah dalam kamus besar Indonesia diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mendekati. Menurut sanjaya
pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
29
. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
30
pendekatan adalah suatu cara yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat
dari sudut pandang bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran umum atau khusus dikelola.
31
Dari pengertian pendekatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang
ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut begaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Pembelajaran
dengan Pendekatan
Open Ended
adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan soal yang memiliki
banyak jawaban yang benar problem terbuka atau incomplete kepada siswa. Shimada berpendapat bahwa pendekatan Open Ended adalah salah
satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara pemahaman, kemampuan atau cara berpikir
siswa yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman
menemukan, mengenali dan dan memecahkan masalah dengan beberapa
29
Dewi, op. cit., h. 38
30
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,. Jakarta: Kencana, 2008 h. 127
31
Gusni Satriawati, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open Ended pada Pokok Bahasan Dalil Phytagoras Di Kelas II SMP dalam Pendekatan
Ваrи dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Jakarta: IISEP, 2007 hal. 158
16
cara berbeda.
32
Pendekatan Open Ended merupakan salah satu pendekatan yang membatu siswa melakukan penyelesaian masalah secara kreatif dan
menghargai keragaman berfikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal.
33
Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open Ended, dimulai dengan pertanyaan dalam bentuk Open Ended soal yang
memiliki banyak jawaban yang diarahkan untuk menggiraing tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan. Bedger menyatakan bahwa
pertanyaan Open Ended bukanlah bentuk pertanyaan dengan banyak pilihan tanpa option. Juga bukan pertanyaan yang hanya memiliki satu
jawaban yang benar. Namun lebih mengarah pada pertanyaan dimana siswa memiliki peluang untuk berpikir lebih leluasa, komprehensif tanpa
harus kehilangan konteksnya. Keleluasaan berpikir yang ditawarkan kepada
siswa jelas
membutuhkan kepekaan
guru untuk
menginterpretasikan sekaligus mampu menggunakan banyak kritera dalam merespon jawaban siswa.
Dasar keterbukaan dari pertanyaan Open Ended dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe, yaitu : Process in open proses terbuka
yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar, end products are open hasil akhir yang terbuka yaitu tipe soal
yang diberikan mempunyai jawaban yang banyak, ways to developare open cara pengembangan lanjutannya terbuka yaitu ketika siswa telah
selesai menyelesaikan masalah awal mereka dapat menyelesaikan masalah barudengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama.
34
Katsuro mengemukakan bahwa ada tiga perbedaan jawaban dalam pendekatan Open Ended, yaitu:
a.
Siswa mengerti perbedaan jawaban-jawaban. Siswa mengetahui alasan-alasan dari perbedaan yang timbul dalam jawaban-jawaban
siswa.
32
Ibid., h. 159
33
Ibid., h. 155
34
Ibid., h. 160
17
b.
Siswa mengerti hubungan antara perbedaan jawaban-jawaban.
c.
Siswa berkembang pengetahuan matematikanya dan berpikir berdasarkan perbedaan jawaban-jawaban.
Dengan demikian untuk menyelesaikan pertanyaan Open Ended, siswa dituntut untuk mengembangkan metode atau strategi dalam
memperoleh jawaban yang benar. Sehingga siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal dengan benar, tetapi menjelaskan bagaimana proses
menemukan jawaban yang benar.
b. Aspek-Aspek Pendekatan Open Ended
Perlu digaris bawahi bahwa kegiatan matematika dan kegiatan
siswa bisa disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
35
1.
Kegiatan siswa harus terbuka
Yang dimaksud kegiatan harus terbuka ialah kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan segala
sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka.
2.
Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir
Kegiatan matematika adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dalam pengalaman nyata dalam kegiatan
sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kegiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan
manifestasi dalam dunia matematika.
Suatu pendekatan Open Ended dalam pembelajaran harus dibuat sedapat mungkin sebagai petunjuk dan pelengkap dari problem. Pada
saat yang bersamaan kegiatan matematika yang lebih berharaga dan “kaya” dapat terselenggara melalui problem tadi. Dalam
menggunakan problem, kegiatan matematika dapat dipandang sebagai operasi konkrit benda yang dapat ditemukan melalui sifat-sifat inhern.
Analogi dan inferensi terkandung dalam situasi lain misalnya dari
jumlah benda yang lebih besar.
35
Suherman, op.cit., h. 125-127
18
3.
Kegiatan siswa dan kegiaan matematika merupakan satu kesatuan Kegiatan siswa dan kegiatan matematika dikatakan terbuka secara
simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematika siswa terperhatika guru melalui kegiatan-kegiatan matematika yang
bemanfaat untuk menjawab permasalahan yang lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan, dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematika pada tingkatan
berpikir yang lebih tinggi.
c. Menyusun Rencana Pembelajaran Pendekatan Open Ended
Langkah penting lain yang harus dikembangkan guru dalam pembelajaran melalui pendekatan Open Ended adalah menyusun rencana
pembelajaran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran sebelum problem tersebut disampaikan pada siswa
36
, yakni : 1 Apakah masalah tersebut kaya dengan konsep-konsep matematika dan
bernilai?
Masalah harus mendorong siswa untuk berfikir dari erbagai sudut pandang. Selain itu, masalah juga harus kaya dengan konsep-konsep
matematika yang sesuai dengan siswa berkemampuan rendah sampai
tinggi untuk menggunakan strategi sesuai dengan kemampuannya. 2 Apakah level matematika dari masalah itu cocok dengan siswa?
Pada saat menyelesaikan masalah, siswa harus menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Jika soal tersebut
diprediksi diluar jangakaun siswa, maka guru harus mengubahnya.
3 Apakah masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika
lebih lanjut?
Masalah harus terkait dengan konsep-konsep matematika lebih tinggi
sehingga memacu siswa berpikir tingkat tinggi.
36
Ibid., h. 119
19
Sawada Shimada dan Becker menyarankan langkah-langkah dalam menyusun rencana pembelajaran dengan pendekatan Open Ended.
Dalam pendekatan Open Ended, guru memberikan keadaan suatu masalah yang mana penyelesaian atau jawabannya tidak hanya satu cara. Langkah-
langkah ini sekaligus merupakan kriteria evaluasi implementasi proses belajar mengajar dengan metode ini. Adapun langkah-langkah tersebut
adalah”
37
1. Menyusun daftar respon yang diharapkan dari siswa. Siswa diharapkan merespon masalah yang diberikan dengan
berbagai cara. Namun, mengingat kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan dan pikirannya masih terbatas, maka guru
perlu menuliskan daftar antisipasi respon siswa terhadap masalah. Hal ini diperlukan sebagai upaya mengarahkan dan membantu siswa
memecahkan masalah sesuai dengan cara dan kemampuannya. 2. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai
Guru harus benar-benar memahami peran masalah yang akan diberikan kepada siswa dalam keseluruhan pembelajaran. Apakah
masalah yang akan diberikan kepada siswa diperlakukan sebagai pengenalan konsep baru atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar
siswa. Berdasarkan berberapa hasil penelitian masalah Open Ended efektif digunakan untuk pengenalan konsep baru atau dalam
merangkum kegiatan belajar. 3. Bila perlu menggunakan alat-alat bantu atau media untuk membantu
kelancaran metode penyampaian soal. 4. Mengkemas soal dalam bentuk semenarik mungkin
Mengingat pemecahan masalah Open Ended memerlukan waktu untuk berpikir, maka konteks permasalahan yang disampaikan harus
dikenal baik oleh siswa dan harus menarik perhatian serta membangkitkan semangat intelektual.
37
Satriawati, op. cit., h.162
20
5. Mengalokasikan waktu secukupnya. Guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan siswa untuk
memahami masalah, mendiskusikan kemungkinan pemecahannya, dan merangkum apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu guru dapat
membagi waktu dalam dua periode. Periode pertama, siswa bekerja secara individual atau kelompok dalam memecahkan masalah dan
membuat rangkuman dari hasil pemecahan masalah. Periode kedua, digunakan untuk diskusi kelas mengenai strategi dan pemecahan serta
penyimpulan dari guru.
d. Keunggulan dan kelemahan pendekatan Open Ended
Dalam pendekatan Open Ended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan
hanya satu jalan cara. Oleh karena itu ada beberapa keunggulan pendekatan Open Ended antara lain:
1.
Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
2.
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematik secara komprehensif.
3.
Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
4.
Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberika bukti atau penjelasan.
5.
Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
38
Selain keunggulan, pendekatan Open Ended memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Menyiapkan masalah matematikayang bermakna bukanlah pekerjaan yang mudah.
38
Ibid., h.162
21
2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana
merespon peemasalahan yang diberikan. 3. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi bisa merasa ragu dengan
jawaban mereka. 4. Memungkinkan ada beberapa siswa yang merasa bahwa kegiatan
belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
39
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru harus memiliki perencanaan yang baik dan memahami pemecahan masalah dengan
pendekatan Open Ended.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lely Lailatus Syarifah yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kritis
matematik siswa” yang dilakukan pada tahun 2012 di SMPN 3
Tangerang Selatan pada materi himpunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Open Ended dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa, hal ini ditunjukkan dengan analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua
kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,02, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5 dan derajat kebebasan dk= 78 adalah 1,66. Sehingga
hipotesis alternatif H
1
diterima. 2.
Penelitian yang dilakukan Elih Sholihat yang berjudul “ pendekatan Open Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar
matematika” yang dilakukan pada tahun 2009 di MTsN Model Babakan Sirna Leuwisadeng Bogor pada materi segi empat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan Open Ended dapat meningkatkan
39
Suherman, op. cit., h. 121
22
kemampuan berpikir kreatif siswa, hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata kelas kontrol dengan nilai rata-rata kelas ekperimen,
dimana nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 52,2 sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen 69,83.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani yang berjudul “ pengaruh metode
Problem solving Pemecahan Masalah terhadap ketrampilan berpikir kritis sis
wa pada konsep listrik dinamis” yang dilakukan pada tahun 2009 di SMA Hang Tuah 1 Jakarta, Kebayoran Lama
– Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata pretest
dan nilai rata-rata posttest, dimana nilai rata-rata pretest sebesar 35,97 dan nilai rata-rata posttest sebesar 58,83.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang relevan yang telah dipaparkan diatas, maka pendekatan Open Ended dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa di kelas IV SD I AlSyukro.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDI Al-Syukro berlokasi di Gang Maung, Ciputat
– Tangerang Selatan di kelas IV semester 2.
b. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 Genap Tahun ajaran 20132014.
B. Metode Penelitian Dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas atau yang biasa dikenal Classroom Action Research CAR. Menurut Ebbutt, penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksimereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
40
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model
penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian
tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan planning, tindakan acting,
pengamatan observing dan refleksi reflecting.
41
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang digambar sebagai berikut:
40
Rochiati Wiratmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009, h. 12
41
Djunaidy Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 64.
23
24
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin
Model ini terdiri dari beberapa siklus, dimana setiap siklus terdapat empat komponen yaitu:
a. Perencanaan 1. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa
2. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi matematika 3. Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil
wawancara dan disimpulkan 4. Merencanakan tindakan yang lebih tepat berdasarkan asal
penyebab masalah- masalah itu dengan menyiapkan RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan instrument penelitian
berupa pedoman wawancara, pedoman observasi terhadap guru dan siswa, catatan lapangan yang disusun bersama kolaborator.
b. Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
ара yang telah direncanakan pada tahap perencanaan yaitu menggunakan
pendekatan Open Ended. Dimana peneliti bertindak sebagai pelaku tindakan, dan guru bidang studi sebagai observer.
25
c. Observasi Pada tahap ini peneliti dibantu oleh observer mengamati aktivitas
mengajar dan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, obsevasi berupa kegiatan
mengamati, mencatat dan mendokumentasikan segalaaktivitas siswa selama proses pembelajaran berdasarkan lembr observasi.
d. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilakukan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.
Adapun alur desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan digambarkan sebagai berikut:
42
Gambar 3.2: alur penelitian tindakan kelas
42
Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2009 h. 16 Kemampuan berpikir
kritis siswa rendah Perencanaan
siklus I Pelaksanaan
siklus I yaitu melaksanakan
pembelajaran Pengamatan
siklus I Refleksi siklus I
Kemampuan berpikir kritis siswa masih
rendah Perencanaan
siklus II Pelaksanaan
siklus II yaitu melaksanakan
pembelajaran Pengamatan
siklus II Refleksi siklus II
Kemampuan berpikir kritis siswa mencapai
keberhasilan Jika belum mencapai
keberhasilan, maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya