5
disesuaikan  dengan  kemampuan  siswa.
7
Dalam  pembelajaran  dengan pendekatan  Open  Ended,  siswa  diharapkan  bukan  hanya  mendapatkan
jawaban  tetapi  lebih  menekankan  pada  proses  pencarian  suatu  jawaban dengan  menghubungkan  pembelajaran  matematika  dengan  konsep  yang
dimiliki  oleh  siswa,  sehingga  siswa  diharapkan  dapat  meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  peneliti  terdorong  untuk  melakukan penelitian  yang  dapat  meningkatkan  kemampuan  berpikir  kritis  matematika
siswa.  Oleh  karena  itu  peneliti  tertarik  untuk  meneliti  dalam  bentuk  karya
ilmiah  yang  berjudul  Peningkatan  Berpikir  Kritis  Matematis  Siswa Melalui  Penerapan  Pendekatan
Open  Ended  pada  SD  I  Al  Syukro Universal.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas,  maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya adalah:
1.  Kemampuan berpikir kritis matematika siswa masih rendah. 2.  Mata pelajaran matematika kurang diminati siswa.
3.  Penggunaan  metode  pembelajaran  yang  berpusat  pada  guru,  sehingga siswa lebih cenderung pasif.
4.  Siswa  kurang  terlatih  untuk  menyelesaikan  soal-soal  pemecahan  masalah matematika  karena  soal-soal  yang  diberikan  guru  tergolong  mudah  dan
kurang bervariasi. 5.  Cara  penyelesaian  soal-soal  matematika  siswa  homogen,  masih  terpaku
pada apa yang diajarkan guru maupun contoh pengerjaan di buku paket.
7
Feni  Rita  fiantika,”Penerapan  Pembelajaran  Matematika  dengan  Pendekatan  Open  Ended Berlatar belakang Kooperatif  pada Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa”  makalah disampaikan
pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Statistika, UNIPA Surabaya, Surabaya, 2010, h. 457
6
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan  identifikasi  masalah  tersebut,  maka  pembatasan  masalah yaitu:
1.  Pembelajaran menggunakan pendekatan Open Ended 2.  Kemampuan  yang  akan  dikembangkan  adalah  kemampuan  berpikir  kritis
pada indikator, a.  Memfokuskan pertanyaan
b.  Menentukan tindakan c.  Mengidentifikasi asumsi
3.  Materi yang akan digunakan adalah operasi bilangan bulat.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Dari pembatasan masalah diatas, maka diperoleh pertanyaan yaitu: 1.  Bagaimana  penerapan  pendekatan  Open  Ended  dapat  meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa? 2.  Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan
Open Ended?
E. Tujuan penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.  Untuk  mengetahui  peningkatan  kemampuan  berpikir  kritis  matematika
siswa melalui pendekatan Open Ended. 2.  Untuk  mengetahui  respon  siswa  terhadap  pembelajaran  menggunakan
pendekatan Open Ended.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini: 1.  Bagi  guru,  sebagai  sumber  informasi  tentang  penggunaan  pendekatan
Open Ended dalam pembelajaran matematika. 2.  Bagi  sekolah,  menjadi  sebuah  manivestasi  yang  baik  bagi  peningkatan
mutu sumber daya manusia dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.
3.  Bagi siswa, merupakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis.
7
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar  merupakan  kegiatan  yang  berproses  dan  merupakan unsur  yang  sangat  fundamental  dalam  penyelenggaraan  setiap  jenis
dan  jenjang  pendidikan.
8
Ini  berarti  bahwa  berhasil  atau  gagalnya pencapaian  tujuan  pendidikan  amat  tergantung  pada  proses  belajar
yang  dialami  siswa,  baik  ketika  ia  berada  di  sekolah  maupun  di lingkungan  rumah  atau  keluarga  sendiri.  Belajar  dapat  dipahami
sebagai  tahapan  perubahan  seluruh  tingkah  laku  sebagai  hasil pengalaman  dan  interaksi  dengan  lingkungan  yang  melibatkan  proses
kognitif.  Adapun  proses  kegiatan  belajar  mengakibatkan  suatu perubahan  tingkah  laku  pada  diri  seseorang,  perubahan  yang  terjadi
berlaku  dalam  waktu  relatif  lama  dan  disertai  usaha.  Perubahan  yang dimaksudkan adalah terjadi dalam berbagai bentuk perilaku dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Bloom, perubahan tingkah laku  yang  didapat  setelah  proses  belajar  dapat  diamati  melalui  tiga
ranah yaitu meliputi: 1.  Ranah  kognitif,  berkenaan  dengan  kemampuan  intelektual  yang
terdiri  dari  enam  aspek  yaitu  pengetahuan  atau  ingatan, pemahaman,  penerapan  atau  aplikasi,  analisis,  sintesis  dan
penilaian. 2.  Ranah afektif, berkenaan dengan kemampuan emosional atau sikap
dalam  mengalami  dan  menghayati  sesuatu  hal  yang  meliputi
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung,:PT Remaja Rosda Karya, 2010,h.87-90.
7
8
kesadaran,  partisipasi,  penghayatan  nilai,  pengorganisasian  nilai dan karakterisasi diri.
3.  Ranah  psikomotorik,  berkenaan  dengan  kemampuan  motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan.
9
b. Hakekat Matematika dan Pembelajaran Matematika
Berdasarkan  asal  katanya  matematika  berarti  ilmu  pengetahuan yang  diperoleh  dengan  berpikir  bernalar.
10
Menurut  Ruseffendi, matematika  terbentuk  sebagai  hasil  pemikiran  manusia  yang
berhubungan  dengan  ide,  proses  dan  penalaran.
11
Pada  tahap  awal matematika  terbentuk  dari  pengalaman  maupun  aktivitas  manusia
secara  empiris,  kemudian  pengalaman  itu  diproses  dalam  dunia  rasio, diolah secara  analisis dan sintesis dengan penalaran di  dalam  struktur
kognitif  sehingga  pada  suatu  kesimpulan  berupa  konsep-konsep matematika.  Menurut  Johnson  dan  Myklebust,  matematika  adalah
bahasa  simbolis  yang  fungsi  praktisnya  untuk  mengekspresikan hubungan-hubungan  kuantitatif  dan  keruangan  sedangkan  fungsi
teoritisnya  adalah  untuk  memudahkan  berpikir.
12
Menurut  James  dan James,  matematika  adalah  ilmu  tentang  logika  mengenai  bentuk,
susunan,  besaran,  dan  konsep-konsep  yang  berhubungan  satu  dengan lainnya  yang  terbagi  kedalam  tiga  bidang  yaitu  aljabar,  analisis  dan
geometri.
13
Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga  cabang,  yaitu  aritmatika,  aljabar  dan  geometri.  Aritmatika
merupakan  cabang  matematika  yang  mencakup  pengetahuan  tentang
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung:Alfabeta, 2010, h. 33.
10
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung:UPI Press, 2006 h.3.
11
Erman  Suherman,  Strategi  Pembelajaran  Matematika  Kontemporer,  Bandung:  JICA UPI, 2001, h. 18.
12
Mulyono  Abdurrahman,  Anak  Berkesulitan  Belajar:  Teori,  Diagnosis,  dan Remediasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 202.
13
Suherman, loc. cit.
9
bilangan,  sedangkan  aljabar  berkenaan  dengan  penggunaan  abjad dalam aritmatika, dan geometri berkenaan dengan titik dan garis.
14
Menurut  Mohammad  Surya,  pembelajaran  adalah  suatu  proses yang  dilakukan  individu  untuk  memperoleh  suatu  perubahan  perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri  dalam  interaksi  dengan  lingkungannya.
15
Dengan  demikian pembelajaran  matematika  adalah  suatu  upaya  membelajarkan  siswa
untuk  menemukan  jawaban  terhadap  permasalahan  yang  dihadapi dengan  menghubungkan  informasi  maupun  pengetahuan  yang  telah
dimiliki dalam struktur berpikirnya berupa konsep-konsep matematika yang telah dimiliki.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
a. Pengertian Berpikir Kritis matematis
Menurut  Vincent  ruggiero,  berpikir  sebagai  segala  aktivitas mental  yang  membantu  merumuskan  atau  memecahkan  masalah,
membuat  keputusan,  atau  memenuhi  keinginan  untuk  memahami; b
еrpikir  adalah  sebuah  pencarian  jawaban,  sebuah  pencapaian makna.
16
Berpikir adalah
aktivitas jiwa
yang mempunyai
kecenderungan  final  yaitu  pemecahan  persoalan  yang  dihadapi.
17
Unsur  unsur  keterampilan  berpikir  diantaranya: a  Mengamati,  b
Kemampuan  untuk  mengidentifikasi  asumsi,  c  Kemampuan  untuk berpikir secara deduktif, d Kemampuan untuk interpretasi yang logis,
e Kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan yang kuat.
18
14
Abdurrahman, op.cit.,  h.204-205.
15
Masitoh  dan  Laksmi  Dewi,  Strategi  Pembelajaran,  Jakarta:  Direktorat  jenderal pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, h. 7.
16
Elaine  B.  Johnson,  Ctl,  Contextual  Teaching    Learning  Menjadikan  Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Bandung: Mizan Media Utama, 2012 h.187.
17
Alisuf  Basri,  Pengantar  Psikologi  Umum    Perkembangan,  Jakarta:  CV  pedoman Ilmu Jaya, 2006 h. 77.
18
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara,2010 h. 125.