25
3. Gaya kepemimpinan a. Definisi kepemimpinan
Menurut Robbins dan Coulter dalam Ardana dkk 2009:89 kepemimpinan ialah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya suatu tujuan. Menurut Yukl 2009:8 kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa
yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif mencapai
tujuan bersama. Sedangkan menurut Achua dan Lussier 2010:6 kepemimpinan adalah proses mempengaruhi para pemimpin dan pengikut
untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan. Jadi dapat disimpulakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi dan mengorganisasikan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
b. Teori kepemimpinan
1. Teori sifat Teori yang berusaha mengidentifikasikan karakteristik khas fisik,
mental, kepribadian yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan teori ini menekankan pada atribut atribut pribadi dari para pemimpin.
Teori ini ditekankan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan memiliki beberapa ciri yang tidak
dianugrahi orang lain seperti energi yang tiada ahabis habisnya, intuisi
26
yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasif yang tiada tertahankan. Teori kepemimpinan ini menyatakan
bahwa keberhasilan manajerial disebabkan karena adanya kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin.
Beberapa hasil penelitian terhadap teori sifat merujuk pada beberapa atribut yang melekat dari pemimpin yaitu, intelegensia, kepriadian dan
karakteristik fisik : a. Intelegensia
Para pemimpin lebih pintar dari pada pengikut pengikutnya. Perbedaan tingkat intelegensia yang ekstrim antara pemimpin dan
pengikutnya dapat mengakibatkan gangguan. Contoh pemimpin dengan IQ tinggi berusaha mempengaruhi suatu kelompok dengan IQ
rata rata kemungkinan tidak akan mengerti mengapa anggotanya tidak memahami persoalannya
b. Kepribadian Beberapa hasil penelitian menyiratkan bahwa sifat kepribadian
seperti kesiagaan, keaslian, intregitas pribadi, diasosiasikan dengan kepemimpinan efektif.
27
c. Karakteristik fisik Studi mengenai hubungan antara kepemimpinan yang efektif
dan karakteristik fisik seperti usia, tinggi badan, berat badan, dan penampilan memberikan hasil yang bertolak belakang.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan organisasi, ternyata hasilnya menjadi gelap, karena banyak para
manajer yang menolak. Mereka berangapan jika manajer memiliki sifat sifat pemimpin sebaagaimana penelitian itu maka pemimpin
tersebut dinyatakan sebagai pemimpin yang berhasil padahal keberhasilan manajer tidak selalu ditentuka oleh sifat-sifat tersebut
Thoha, 2006:33. Menyadari hal tersebut Keith Davis dalam Thoha 2006:33
merusmuskan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan organisasi yaitu :
1 Kecerdasan. Hasil penelitian umumnya menunjukan bahwa pemimpin memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibanding
dengan yang dipimpinnya, namun demikian yang sangat menarik dari penelitian tesebut adalah pemimpin tidak terlalu
banyak melampaui kecerdasan pengikutnya 2 Kedewasaan dan keluasa hubungan sosial
Pemimpin cenderung menjadi matang dan memiliki emosi yang stabil, karena memiliki perhatian yang luas
28
terhadap aktivitas sosial. Ia memiliki keinginan menghargai dan dihargai.
3 Motivasi diri dan dorongan berorestasi Para pemimpian secara relatif memiliki dorongan
motivasi yang kuat untuk berprestasi. mereka berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinstik dari pada ekstrinsik
4 Sifat hubungan kemanusiaan Pemimpin yang berhasil mampu mengahrgai harga diri
dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadannya.
2. Teori kelompok Teori kelompok ini berangapan bahwa, supaya kelompok
bisa mencapai tujuan tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran yang positif antara pemimpin dan pengikut pengikutnya
Thoha.2006:34. Suatu hasil penelitian menunjukan bahwa para pemimpin yang memperhitungkan dan membantu pengikut
pengikutnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap, kepuasan, dan pelaksanaan kerja.
Barrow dalam Thoha 2006:34 mengungkapkan dalam studi laboratoriumnya menemukan bahwa produktifitas kelompok
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya
29
kepemimpinan dibandingkan pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kelompok.
3. Teori situasional Fred fiedler dalam Thoha 2006:36 mengusulkan suatu model
berdasarkan situasi untuk efektifitas kepemimpinan. Fiedler mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur gaya
kepemimpinan. Pengukuran ini diciptakan diberikan dengan suatu skor yang dapat
menunjukan dugaan kesamaan diantara berlawanan assumed similiarity betwen opposite, ASO dan teman kerja yang paling sedikit disukai least
preferd coworker, LPC ASO memperhitungkan derajat kesamaan diatara persepsi persepsi pemimpin mengenai kesenangan yang paling banyakdan
paling sedikit tentang kawan kawan kerjannya. Dua pengukuran digunakan saling bergantian dan ada
hubungannya dengan gaya kepemimpinan dapat diterangkan sebagai berikut :
a Hubungan kemanusaian atau gaya lunak lanient Dihubungkan pemimpin yang tidak melihat perbedaan yang
besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disukai ASO atau memberikan sesuatu gambaran yang relatif
menyenangkan kepada teman kerjayang paling sedikit disenanggi. b Gaya yang berorientasi tugas “hard noses”
30
Dihubungkan dengan pemimpin yang melihat suatu perbedaan besar diantara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disukai ASO dan memberikan gambaran yang paling tidak menyenangkan pada teman kerja yang paling sedikit diskusi LPC.
4. Model kepemimpinan kontijensi dari Fiedler Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dari penelitian
penelitian ilmiahnya terdahulu, Fiedler mengembangkan suatu model yang dinamakan model kontijensi kepemimpinan yang efektif A contigency
model of leadership effectifitness Thoha.2006:37. Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan situasi yang menyenangkan. Adapun situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh fiedler dalam hubungannya dengan dimensi dimensi
empiris berikut : 1 Hubungan pemimpin anggota
Hal ini merupakan variabel yang paling penting didalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.
2 Derajat dari struktur tugas Dimensi ini merupakan masukan yang amat penting kedua, dalam
menentukan situasi yang menyenangkan. 3 Posisi kekuasaan pemimpin
Yang dicapai melalui ototritas formal. Dimensi ini adalah dimensi yang ketiga dalam situasi menyenangkan.
31
Situasi situasi akan dapat menyenangkan pemimpin jika ketiga dimensi diatas mempunyai derajat tinggi. dengan kata lain suatu situasi akan
menyenangkan jika : a Pemimpin diterima oleh para pengikutnya derajat pertama tinggi
b Tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas derajat dimensi kedua tinggi
c Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan dalam posisi pemimpin deraat dimensi ketiga tinggi.
Fiedler yakin bahwa kombinasi antara situasi yang menyenangkan dengan gaya kepemimpinan akan meningkatkan efaktifitas kerja.
Fiedler menyatakan bahwa dalam situasi yang sangat menyenangkan dan sangat tidak menyenangkan gaya kombinasi yang
berorintasi terhadap tugas atau hard noses sangat efektif. Ketika situasinya ditengah tengah atau moderat diantara menyenangkan dengan tidak
menyenangkan maka gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan manusia akan lebih efektif.
c. Gaya kepemimpinan