Karakteristik Bahasa Gaul di Kalangan Waria di Jalan Gadjah Mada

3. berjalan ‐ jali ‐jali 4. kuning ‐ kunang ‐kunang 5. laba ‐laba ‐ layang ‐layang 6. lebar ‐ bes bes 7. mendengar ‐ mendendeng 8. nyamuk ‐ nyam ‐nyam 9. usah ‐ us ‐us pembentukan kata‐ kata baru yang di ciptakan para waria kelihatannya kata tersebut seperti terjadi pengulangan, tetapi sebenarnya tidak terjadsi pengulangan melainkan pembentukan kata baru.

4.2.3 Karakteristik Bahasa Gaul di Kalangan Waria di Jalan Gadjah Mada

Medan 4.2.3.1 Ragam Bahasa Bahasa yang digunakan oleh para waria yang ada di jalan Gajah Mada Medan tidak merupakan suatu sistem yang lengkap, dari hasil penelitian bahasa yang mereka pergunakan sebagai alat komunikasi hanya beberapa ratus kata saja. Penggunaan bahasa waria ini hanya meliputi bidang- bidang tertentu saja, misalnya kata- kata yang digunakan dalam melakukan tindakan kejahatan, hubungan seksual, dan menggantikan nama- nama atau julukan orang- orang yang menurut mereka dapat mengganggu suasana. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kosakata yang mereka ciptakan digunakan hanya sebatas untuk merahasiakan apa yang sedang mereka bicarakan tanpa harus mengurangi volume suara alias berbisik. Bahasa yang digunakan para waria belum dapat dikatakan sistem yang lengkap dalam berkomunikasi. Sebab bahasa yang digunakan para waria itu bukanlah bahasa yang secara totalitas yang dapat berdiri sendiri, melainkan hanya meliputi beberapa ratus kata saja yang diperoleh dengan berbagai macam proses penciptaannya dan unsur kosakata dan pembentukan katanya agak menyimpang. Bahasa gaul di kalangan wari di jalan Gadjah Mada medan memiliki ciri khas tersendiri, karena bahasa yang mereka gunakan sebagai alat komunikasi tidak sama dengan bahasa yang terdapat dalam Kamus Deby Sehartian, dari hasil analisi terdapat beberapa bahasa yang tidak berpedoman pada kamus waria yang digunakan para waria sebagai berkomunikasi adalah sebagai berikut: No Glos Kamus Waria Konteks 1 ada Adinda adegan 2 bagus Bagaskara bagani 3 duduk Duniawi duka 4 homo Hemaviton homiped 5 jumpa Jumpalitan jumpis 6 kampung Kamboja kampus biru 7 lama Lambada lambreta 8 masih Masak maskara 9 suami Suam lekong 10 tua Tuir tuing Bahasa gaul ternyata mengalami perkembangan, perubahan kosakata yang terus berkembang. Bahasa waria juga bersifat arbitrer . bahasa gaul juga dapat berbeda berdasarkan daerah yang dijadikan penelitian. Salah satu karekteristik terjadi Ragam bahasa yang dilakukan para waria yang ada di jalan Gadjah Mada Medan. Pergeseran makna berarti adanya usaha yang dilakakukan secara sengaja untuk mengubah atau menciptakan suatu situasi yang baru terhadap kata yang sebelumnya sudah mempunyai makna. Perubahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal atau faktor, misalnya karena faktor waktu yaitu jaman yang semakin maju sehingga suatu kata dapat menjadi menyempit makna atau sebaliknya. Selain faktor waktu juga disebabkan oleh faktor nilai rasa yaitu adanya perubahan makna semata- mata karena kebutuhan suatu kelompok pengguna bahasa tersebut. Ragam Bahasa dalam proses penciptaan kata- kata baru yang digunakan para waria yaitu mengambil suatu kata baru yang dilakukan oleh kaum waria ini yaitu mengambil suatu kata dari kosakata bahasa Indonesia lalu memberikan makna baru pada kata tersebut. Dengan demikian, antara kata yang baru dengan kata yang digantikan tidak ada hubungan makna saatu dengan yang lain. Dan mungkin saja kata- kata tersebut tidak terdapat di dalam KBBI. 4.2.3.2 Struktur Leksikal Berdasarkan hasil penelitian analisis makna kata yang ucapkan para Waria ternyata memiliki kaitan dengan makna sebenarnya, dengan demikian sekelompok waria dalam menggunakan bahasa tidak sembarangan tetapi ada pola tertentu berdasarkan makna secara yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan para waria memiliki struktur yang dapat diperoleh dari gejala bahasa. Tetapi struktur tersebut hanya ditemukan di dalam bahasa waria terutama bahasa waria yang ada di jalan Gajah Mada. Bahasa yang digunakan kelompok waria hanya komunitas mereka saja yang mengerti sedangkan diluar komunitas mereka juga menggunakan bahasa Indonesia. Karekteristik ini yang menbuat bahasa di kalangan waria tergolong unik, dan mereka megunakan bahasa juga bersifat arbiter yaitu bahasa yang diciptakan mereka sendiri.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis penelitian seluruhnya berdasarkan makna kalimat terdapat hubungan kata yang bersinomin, antonim dan polisemi. Kata yang bersinomin seperti kata Mekong dan makasar menyatakan makna makan. Kedua kata tersebut merujuk pada makna yang sama yang membedakan adalah konteks dan situasi. Kata yang berantomin kata pere ’permpuan’ lawan kata lekong ’laki-laki’ kedua kata tersebut berantonim secar mutlak. Sedangkan kata yang berpolisemi seperti kata beer ‘berapa’ mempunyai makna lebih dari satu berdasarkan konteks dan situasi yang berbeda. 2. Hasil analisia penelitian ditemukan gejala bahasa yang digunakan para waria dalam berkomunikasi antar kelompok mereka, seperti pengurangan fonem penambahan fonem secara teratur maupun tidak teratur. Serta pembentukan kata yang benar- benar asing. 3. Hasil penelitian tidak semua bahasa gaul yang mereka gunakan berpedoman pada kamus bahasa gaul yang terbit debby sehartian, bahkan ada bahasa yang