10. gembala ‘gemuk’ kurui ‘kurus’ 48
W8: Maek di mandonyut ani- ani kanua yang gembala, tinta
bernandokesindang maek di mana anak mu yang gemuk, tidak pernah lagi kesini
49 W15: Wih…., birmalah dadar pada kanuis kurui
biarlah dari pada engkau kurus Antonim di atas bersifat relatif karena batas antara satu dengan yang lain tidak
dapat ditemukan secara jelas, batasnya itu dapat bergerak menjadi lebih atau menjadi kurang. Sesuatu yang mahal belum tentu murah, Karena itu pula kita dapat
mengatakan misalnya lebih mahal, sangat mahal. Selanjutnya sesuatu yang gemuk belum tentu kurus. Suatu objek dikatakan gemuk atau kurus dalam kehidupan kita
apabila dapat diperbandingkan antara satu dengan yang lainnya.
4.2.2 Struktur Leksikal Bahasa Gaul di Kalangan Waria di Jalan Gajah Mada
Medan
4.2.2.1 Penghilangan
suku kata di akhir kata dan menggantikannya dengan fonem yang lain
Penghilangan suku kata terakhir bisa terdiri dari satu fonem ataupun lebih. Pada
proses penghilangan suku kata tersebut suku kata yang menggantikan suku yang
dihilangkan juga tidak mempunyai aturan tertentu. Contoh pengghilangan suku kata akir
pada bahasa gaul waria di Jalan Gajah Mada Medan, sebagai berikut:
1. bantuan
‐ batu
2. boleh
‐ bola
3. duduk
‐ duka
4. hidup
‐ hilma
5. indonesia
‐ indomi
6. jalan
‐ jali
7. ketemu
‐ kete
8. nonton
‐ nonse
9. perempuan ‐
pere 10.
putus ‐
putus
Penghilangan suku kata dengan menggantinya dengan satu fonem atau lebih terjadi
karena gejala bahasa, bahasa gaul di kalangan waria ini digunakan hanya pada kelompok
mereka saja. Jika diluar komunitas mereka menggunakan bahasa indonesia sebagai alat
komunikasi. 4.2.2.2
Penambahan suku kata di akhir kata dan menggantikannya dengan fonem yang lain
1. Ada
‐ adegan
ad+gan 2.
Anjing ‐
anjelina an+jelina
3. Batuk
‐ batako
bata+ko 4.
Beli ‐
belalang bel+lang
5. Berdiri
‐ berderong
ber+derong 6.
Bunga ‐
bungalow bunga+low
7. Busuk
‐ businar
bus+nar 8.
Bosan ‐
bosnia bos+nia
9. Berapa
‐ berepong
ber+pong 10.
Capek ‐
capung cap+ung
11. Cantik
‐ cantika
can+tika 12.
di mana
‐ dimande
di+mande 13.
dia ‐
diana dia+na
14. dua
‐ dualing dua+ling
15. dulu
‐ dulha
dul+ha 16.
empat ‐
emping em+ping
17. gelang
‐ gelanggang
gelang+gang 18.
gigi ‐
gigolo gi+golo
19. habis
‐ habiba
ha+biba 20.
air ‐
air wana air+wana
21. api
‐ apipon
api+pon 22.
hari ‐
hari capry hari+capry
23. hitam
‐ hitachi
hita+chi 24.
homo ‐
homiped hom+ped
25. itu
‐ itre it+re
26. jangan
‐ jangkar
jang+kar 27.
juga ‐
jugria ju+gria
28. jumpa
‐ jumpis
jum+pis 29.
jurang ‐
juragan jura+gan
30. kalau
‐ kalong
kal+ong 31.
kamera ‐
kamelia kame+lia
32. kasar
‐ kasandra
kasan+dra 33.
lapar ‐
lapangan la+pangan
34. lama
‐ lambreta
lam+breta 35.
malam ‐
malaria mala+ria
36. mata
‐ matahari
mata+hari 37.
mati ‐
matador mat+dor
38. mahal
‐ maharani
maha+rani 39.
malas ‐
Malaysia malay+sia
40. marah
‐ marah
rusli marah+rusli 41.
membunuh ‐
membunang membu+nang
42. muka
‐ mukadimah
muka+dimah 43.
nama ‐
nambreta nam+breta
44. panas
‐ panasonik
panas+onik 45.
pendek ‐
pendekar pendek+ar
46. perut
‐ perutan
perut+an
47. sama
‐ samarinda
sama+rinda 48.
sembunyi ‐
sembunyang sembu+nyang
49. semua
‐ semuara
semua+ra 50.
siapa ‐
siapose siap+ose 51.
suka ‐
sukria suk+ria
52. tangan
‐ tangkis
tang+kis 53.
usaha ‐
usahania usaha+nia
penambahan suku kata yang terdapat di awal maupun diakhir kata tidak
berpedoman pada Kamus Bahasa Indonesia, melainkan penambahan suku kata tersebut
adalah hasil ciptaan para waria yang berdomisili di jalan Gadjah Mada Medan, sedangkan
pada daerah lain ada sebahagian kata tidak terdapat penambahan ataupun tidak mereka
gunakan sebagai alat komunikasi antar sesama. Jadi penambahan suku kata yang ada di
atas hanya dapat di pergunakan di jalan Gadjah Mada karena setiap daerah berbeda makna
kata yang mereka ciptakan,.
4.2.2.3 Pembentukan kata‐ kata baru yang benar‐ benar asing
Kata ‐ kata baru yang di maksud berdasarkan hasil analisis adalah kata‐ kata asing
yang belum pernah didengar sebulumnya dan tidak dapat ditemukan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KBBI. Kata‐ kata baru tersebut adalah sebagai berikut:
1. apa
‐ apose
2. akhirnya
‐ angkaran
3. ambil ‐
ambarawa 4.
banci ‐ ocik
5. bapak
‐ tubing
6. berkata
‐ cakra
7. cacat ‐
catra 8.
cari ‐
cacamarica 9.
cakep ‐
cakra 10.
dari tadi ‐
dari tandean
Pembentukan kata yang benar‐ benar asing disini adalah kata yang di pergunakan
para waria hanya komunitas mereka saja yang dapat mengerti makna sebenarnya dan
makna kata yang mereka ciptakan tidak terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesisa.
4.2.2.4 Pembentukan kata-kata baru dengan mengulang bagian pertama kata asalnya
Sehingga seperti kata ulang
Pembentukan kata baru dengan mengulang sebagian dengan kata itu terlebih dahulu dengan mengulangkan fonem ataupun suku kata yang akan digantikan.
Namun, ada juga pengulangan itu dengan menambahkan fonem diakhir kata tersebut. Pembentukan kata- kata baru ini hanya ditemukan pada kalangan waria dalam
berkomunikasi antar kolempok saja. Adapun pembentukan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. anak
‐ ani
‐ani 2.
baru ‐
bar bar deko
3. berjalan
‐ jali
‐jali 4.
kuning ‐
kunang ‐kunang
5. laba
‐laba ‐
layang ‐layang
6. lebar
‐ bes
bes 7.
mendengar ‐
mendendeng 8.
nyamuk ‐
nyam ‐nyam
9. usah
‐ us
‐us pembentukan
kata‐ kata baru yang di ciptakan para waria kelihatannya kata tersebut
seperti terjadi pengulangan, tetapi sebenarnya tidak terjadsi pengulangan melainkan
pembentukan kata baru.
4.2.3 Karakteristik Bahasa Gaul di Kalangan Waria di Jalan Gadjah Mada