Permintaan Tenaga Kerja Pasar Tenaga Kerja Labor Market

Kenaikan tingkat partisipasi tenaga kerja wanita TPAKW sebesar 1 akan meningkatkan penawaran tenaga kerja sebesar 21,50. Hasil ini telah sesuai dengan hipotesis. Tabel 4.2 di atas mengindikasikan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita cenderung stabil pada angka 24-26 selama kurun waktu 10 tahun terakhir.

4.4.2. Permintaan Tenaga Kerja

Dari sisi permintaan tenaga kerja, hasil regresi R-squeared didapat nilai 76,86 artinya variabel-variabel permintaan tenaga kerja secara bersama-sama mampu menjelaskan 76,86 pasar tenaga kerja dan sedangkan sisanya 33,14 dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak dilakukan dalam penelitian ini. Variabel- variabel dalam penelitian ini antara lain: upah, jumlah industri besar dan sedang, dan produktivitas rata-rata tenaga kerja. Hasil regresi upah dengan koefisien -0,042433 dengan á= 49,87 atau dengan tingkat kepercayaan sebesar 50,13. Artinya apabila upah naik sebesar 1 maka akan menurunkan permintaan tenaga kerja 4,24 di pasar tenaga kerja. Secara teoritis, Mc Connell, Brue, dan Macpherson 1999, menyebutkan dalam jangka pendek perusahaan akan meningkat permintaan tenaga kerja sepanjang pertambahan tenaga kerja tersebut masih memberikan keutungan kepada perusahaan. Saat pertambahan tenaga kerja telah mencapai titik jenuh dalam menghasilkan laba maka perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerjanya. Sementara dalam jangka panjang, barang modal dan tenaga kerja diasumsikan dapat dipertukarkan. Jika biaya modal lebih rendah dari biaya tenaga kerja maka perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan menggantinya dengan barang modal. Sebaliknya, bila biaya modal Universitas Sumatera Utara lebih besar dari biaya tenaga kerja maka untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, perusahaan akan mengurangi penggunaan barang modal dengan menggantikannya dengan tenaga kerja. Baik jangka panjang maupun jangka pendek, dalam pasar tenaga kerja menurut Ehrenberg dan Smith 2003, ukuran kerelaan pertukaran tenaga kerja antara perusahaan dengan pemberi jasa tenaga kerja adalah upah atau gaji. Hal yang sama juga disebutkan oleh Nicholson 2003. Hasil regresi di atas dapat menjelaskan ada kesesuaian hipotesa dengan fakta. Apabila upah semakin naik maka biaya tenaga kerja akan semakin besar dengan asumsi cateris paribus, sehingga perusahaan akan mengalami penurunan keutungan. Akibat penurunan keutungan tersebut tentu perusahaan akan mengevaluasi lagi jumlah tenaga kerjanya. Bila penurun jumlah tenaga kerja dapat meningkatkan kembali keuntungan perusahaan, maka perusahaan akan merasionalisasi lagi jumlah tenaga kerja mereka. Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Silaen 2007. Hasil penelitian Silaen 2007 tingkat upah riel berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja walaupun tidak signifikan. Bedanya dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan data tingkat upah yang dibayarkan oleh perusahaan besar dan sedang Propinsi Sumatera Utara. Kenaikan upah yang harus dibayarkan oleh perusahaan besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara akan mengindikasikan penurunan jumlah permintaan tenaga kerja Universitas Sumatera Utara di pasar tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara secara umum. Artinya tidak hanya akan berpengaruh pada permintaan tenaga kerja sektor industri besar dan sedang saja. Jumlah industri besar dan sedang, dari hasil regresi, memiliki koefisien 0,016907 dengan á=91,18 atau tingkat kepercayaan rendah hanya 18,82. Artinya bila jumlah industri besar dan sedang meningkat 1 akan meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 1,69 di pasar tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara. Walaupun tingkat signifikasinya rendah. Branson 2003, mengasumsikan fungsi produksi Q = f L, K, Teknologi, Input lainnya. Jika diasumsikan faktor fungsi produksi total output Propinsi Sumatera Utara atau merupakan bagiannya adalah jumlah perusahaan maka semakin banyaknya jumlah perusahaan semakin banyak tenaga kerja maupun modal yang dibutuhkan guna meningkatkan produksi. Artinya semakin banyak perusahaan berdiri semakin banyak barang modal maupun tenaga kerja yang di pekerjaan. Permintaan tenaga kerja akan meningkat. Hasil penelitian masih sesuai dengan hipotesis di mana semakin banyak jumlah industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara maka permintaan tenaga kerja akan meningkat. Koefisien regresi produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara didapat sebesar 0,111839 dengan tingkat signifikan á= 8,87. Artinya apabila tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara naik 1 mengindikasikan jumlah permintaan tenaga kerja naik 11,18 dengan tingkat kepercayaan 91,13. Universitas Sumatera Utara Nicholson 2003, berpendapat produktivitas tenaga kerja dapat dibedakan atas produktivitas tenaga kerja rata-rata dan marginal produktivitas tenaga kerja. Semakin tinggi produktivitas tenaga kerja keuntungan perusahaan akan semakin tinggi. Perusahaan akan cenderung menambah tenaga kerja. Akibatnya secara umum permintaan tenaga kerja akan semakin tinggi. Hasil penelitian menyebutkan hal sama dengan hipotesis. Kenaikan tingkat produktivitas rata-rata tenaga kerja Propinsi Sumatera Utara akan menaikan permintaan tenaga kerja dengan tingkat kepercayaan sebesar 96,68. Hasil penelitian Sitorus 2007 yang menggunakan variabel PDRB Sumatera Utara juga menyebutkan hal yang sama. Ditemukan bahwa PDRB Sumatera Utara berhubungan positif dengan kesempatan kerja khusus di sektor industri. Bahkan lebih tinggi dari tingkat nasional. Bedanya dengan hasil penelitian ini, variable produktivitas rata-rata tenaga kerja dihitung dengan membandingkan PDRB Sumatera Utara dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja.

4.5. Pengangguran