2.10. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang akan dilakukan diambil dari berbagai sumber.
Situmorang 2007, melakukan penelitian tentang keterkaitan peningkatan pendapatan domestik bruto PDB Indonesia sebagai variabel dependen dan variabel
independen adalah
akumulasi modal
fisik tetap,
investasi pemerintah
di bidang human capital, jumlah tenaga kerja produktif yang berpendidikan menengah dan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan tinggi. Investasi human
capital yang dilakukan oleh pemerintah meliputi pengeluaran dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Akumulasi modal fisik atau tetap merupakan besarnya
akumulasi modal yang digunakan seluruh sektor untuk memproduksi barang output secara agregat. Akumulasi modal fisik ini dihitung dengan nilai konstan. Jumlah
tenaga kerja berpendidikan tinggi adalah jumlah tenaga kerja produktif yang berpendidikan akademis mulai dari lulusan D
1
ke atas. Sedangkan jumlah tenaga kerja berpendidikan menengah adalah jumlah tenaga kerja produktif yang
berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama SLTP atau sederajat sampai dengan lulusan Sekolah Lanjutan Menengah Tingkat Atas SMA atau sederajat.
Hasil penelitian Situmorang 2007 tersebut, variabel-variabel independen berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap peningkatan PDB Indonesia. Hasil
estimasi menyebutkan variabel-variabel independen mampu menjelaskan peningkatan PDB Indonesia sebesar 99,3 dan sisanya faktor lain yang tidak diteliti sebesar 0,7.
Akumulasi modal fisik tetap, investasi pemerintah di bidang human capital, jumlah
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja produktif yang berpendidikan tinggi berpengaruh positif dan sangat signifikan. sedangkan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan menengah
berpengaruh positif namun nilainya relatif kecil. Sitorus
2007 melakukan
penelitian terhadap
faktor-faktor yang
mempengaruhi kesempatan kerja dan transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian dengan variabel indenpenden upah hipotesisnya berpengaruh
negatif, pendapatan domestik regional bruto PDRB berpengaruh positif, kesempatan kerja jumlah tenaga kerja yang terserap, dan kelompok ekonomi sektor
pertanian, jasa dan perdagangan atau transformasi tenaga kerja hipotesisnya telah terjadi di Propinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian Sitorus 2007, semua variabel bebas memberikan pengaruh yang signifikan pada á=5 sesuai dengan hipotesis masing-masing variabel bebas.
Upah dan PDRB dalam usaha sektor pertanian menjelaskan kesempatan kerja 77,7 dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Upah dan PDRB dalam
usaha sektor industri menejaskan kesempatan kerja mencapai 85,2 dan sisanya 14,8 dijelaskan oleh faktor lain yang diteliti. Sedangkan dalam sektor jasa, upah
dan PDRB menjelaskan kesempatan kerja sebesar 78,6 dan sisanya 21,4 dijelaskan faktor lain yang tidak diteliti. Hasil analisis proportional share
menunjukkan positif, pertumbuhan kesempatan kerja sektor industri dan jasa di tingkat Propinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat nasional
pada sektor yang sama. Terakhir hasil differential shift negative yang
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan pergeseran struktur tenaga transformasi di Propinsi Sumatera Utara masih berjalan lamban mulai dari kurun waktu 1985 sampai dengan 2005.
Silaen 2007 mengalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara dengan variabel-variabel bebas yaitu: tingkat
upah riel hipotesisnya berpengaruh negatif, ceteris paribus, produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif dan investasi berpengaruh positif.
Hasil penelitian Silaen 2007 menyebutkan, variabel-variabel bebas mampu menjelaskan permintaan tenaga kerja sebesar 68,30 dan sisanya faktor-faktor lain
yang tidak diteliti sebesar 31,7. Secara individu, upah berpengaruh negatif terhadap permintaan tenaga kerja namun tidak signifikan. Produktivitas berpengaruh positif
terhadap permintaan tenaga kerja, dan, mendorong pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara. Variabel bebas investasi berpengaruh positif terhadap permintaan
tenaga kerja di Propinsi Sumatera Utara tetapi pengaruhnya kecil. Adriani 2003, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pasar tenaga kerja dan migrasi di Indonesia. Variabel-variabel bebas yang digunakan yaitu: angkatan kerja, kesempatan kerja, upah sektoral riel, produktivitas pekerja,
migrasi desa-kota, added-worker, discourage worker, pendapatan nasional, dan pengangguran.
Hasil penelitian Adriani 2003, hasil pendugaan model melalui metode two Stage Least Squere 2SLS cukup representative. Nilai koefisien determinasi R2
berkisar antara 0.7661 hingga 0.9998. Peubah-peubah penjelas pada masing-masing persamaan secara bersama-sama cukup nyata menjelaskan keragaman peubah
Universitas Sumatera Utara
endogen dengan nilai statistik F berkisar antara 28.819 hingga 40612.672. Selain itu sebagian besar peubah penjelas di dalam persamaan berpengaruh nyata terhadap
peubah endogen pada taraf nyata á 0.05, 0.10, 0.15, 0.20 dan 0.25. Semua tanda parameter dugaan dalam model sesuai dengan harapan berdasarkan teori maupun
logika ekonomi. Adapun penjelasan hasil estimasi masing-masing variabel-variabel bebas
adalah sebagai berikut Adriani, 2003: a.
angkatan kerja, Peningkatan angkatan kerja di Indonesia dipengaruhi oleh pertambahan
penduduk usia produktif dan jumlah angkatan kerja tahun sebelumnya. Upah sektoral riel bukan merupakan faktor utama yang mendorong penduduk untuk
masuk ke pasar kerja. Perilaku mungkin akibat besarnya jumlah angkatan kerja di kedua wilayah kota dan pedesaan yang tidak didukung dengan kesempatan
kerja yang memadai. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota merupakan peubah yang berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah angkatan
kerja pedesaan. Peningkatan migrasi desa-kota secara besar-besaran akan mengarah pada terjadinya kelangkaan angkatan kerja di wilayah pedesaan dan
limpahan angkatan kerja di perkotaan. b.
kesempatan kerja, Pendapatan nasional sektoral, Program Padat Karya di perkotaan dan
Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal di pedesaan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral. Program Padat Karya dan
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal lebih berpengaruh terhadap penciptaan kesempatan kerja daripada pendapatan nasional sektoral. Ada indikasi
pendapatan nasional sektoral, walaupun berpengaruh positif, lebih banyak digunakan untuk kegiatan penciptaan barang kapital daripada untuk penciptaan
kesempatan kerja. Sedangkan Program Padat Karya dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal benar-benar ditujukan pada penciptaan kesempatan kerja.
Penggunaan mesin industri dan traktor berperan sebagai faktor produksi substitusi bagi faktor produksi tenaga kerja.
c. upah sektoral riel,
Peubah penjelas yang berpengaruh terhadap perubahan upah sektoral riel adalah kebijakan Upah Minimum Regional Sektoral. Nilai elastisitas peubah penjelas
tersebut paling responsif diantara peubah-peubah lainnya. Peubah lain yang juga mempengaruhi upah sektoral riel adalah inflasi. Inflasi terus meningkat maka
upah riel akan menurun. Bila dihubungkan upah sektoral riel tersebut dengan daya beli pekerja, maka penurunan upah tersebut akan mengarah pada turunnya
daya beli masyarakat. Peubah Dummy wilayah menunjukkan hasil di luar perkiraan. Hasil dugaan terlihat bahwa upah riel lebih tinggi di luar Jawa
daripada di Jawa. Jika upah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi seseorang bermigrasi, maka perbedaan upah tersebut akan mendorong arus
perpindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa.
Universitas Sumatera Utara
d. produktivitas pekerja,
Produktivitas pekerja terutama dipengaruhi oleh upah sektoral riel, konsumsi kalori, dummy program Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan, dan peubah
lag endogennya. Secara sektoral, hasil dugaan menunjukkan bahwa upah riel sektor industri memberikan pengaruh terbesar bagi peningkatan produktivitas
pekerja sektor tersebut dibandingkan dengan sektor lainnya. Penerapan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan menunjukkan hasil yang positif bagi
peningkatan produktivitas pekerja di ketiga sektor. e.
migrasi desa-kota, Hasil estimasi menunjukkan migrasi desa-kota dipengaruhi secara nyata oleh
upah riel relatif sektor industri, jumlah penduduk desa usia produktif, dummy wilayah dan peubah lag endogennya. Upah riel relatif sektor industri lebih
mempengaruhi proses migrasi desa-kota daripada upah riel sektor pertanian. Faktor usia juga merupakan faktor penting yang mendorong seseorang untuk
bermigrasi. Hasil estima menunjukkan migrasi desa kota akan meningkat jika penduduk desa usia produktif naik. Ditinjau dari nilai elastisitasnya maka migrasi
desa-kota lebih responsif terhadap perubahan tingkat pengangguran di perkotaan daripada di pedesaan. Misalkan, faktor upah riel relatif sektor industri dan tingkat
pengangguran di perkotaan sebagai faktor penarik pull-factor untuk bermigrasi dan faktor upah riel sektor pertanian serta tingkat pengangguran di pedesaan
sebagai faktor pendorong pushfactor, maka hasil penemuan ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa migrasi desa-kota lebih disebabkan oleh adanya faktor penarik daripada faktor pendorong.
f. added-worker,
Peubah upah sektoral riel bukan merupakan faktor dominan seseorang untuk masuk ke pasar kerja. Hasil estimasi menunjukkan added worker dipengaruhi
secara nyata oleh peubah jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja dengan alasan membantu ekonomi keluarga, menambah penghasilan dan putustamat
sekolah. Hasil estimasi ini menunjukkan periode krisis ekonomi, upah bukan merupakan hal penting yang mendorong seseorang untuk masuk ke pasar kerja.
Situasi ekonomi yang sulit yang mendorong individu memasuki pasar kerja. g.
discourage worker, Discourage worker upah sektoral riel bukan faktor penentu seseorang untuk
keluar dari pasar kerja. Jumlah pengangguran yang tinggi di kedua daerah desa- kota merupakan faktor dominan bagi seseorang untuk keluar dari pasar kerja.
Di perkotaan, investasi sektor industri juga berpengaruh nyata terhadap discourage worker namun tidak untuk pedesaan.
h. pendapatan nasional,
Pendapatan nasional secara sektoral dipengaruhi secara nyata baik oleh produktivitas pekerja sektoral maupun kesempatan kerja sektoral. Pendapatan
nasional sektoral cenderung lebih responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektoral daripada produktivitas pekerja estimasi elastisitas, dan
Universitas Sumatera Utara
i. pengangguran
Jumlah pengangguran perkotaan dipengaruhi secara nyata hanya oleh jumlah added worker perkotaan. Sedangkan jumlah pengangguran pedesaan dipengaruhi
oleh added worker, angkatan kerja dan kesempatan kerja pertanian di pedesaan. Jumlah pengangguran di perkotaan dari sudut pandang kesempatan kerja lebih
disebabkan karena penurunan kesempatan kerja sektor industri perkotaan. Sebaliknya jumlah pengangguran di pedesaan lebih dipengaruhi oleh penurunan
jumlah kesempatan kerja sektor pertanian di pedesaan.
2.11. Kerangka Pemikiran