Sikap Guru terhadap Murid

kesempurnaan; guru haruslah berlakau jujur dan ikhlas; guru haruslah berhubungan dengan kehidupan masyarakat; guru haruslah cakap mengajar, baik pimpinannya dan bijaksana dalam perbuatannya; guru harus mempunyai cita-cita yang tetap; guru haruslah berbadan sehat; guru haruslah membiasakan murid- murid supaya mereka percaya kepada diri sendiri; guru haruslah mementingkan intisari pelajaran, bukan bentuknya yang lahir saja; guru haruslah berbicara dengan murid-muridnya dalam bahasa yang dipahaminya; guru haruslah memikirkan pendidikan akhlak; dan guru haruslah mempunyai kepribadian yang kuat. 23 Proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan sebagai guru. Tanpa ini semua tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan guru dalam melaksanakannya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Beranjak dari pengertian inilah kompetensi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Konsep interaksi antara guru dengan murid bahwa pendidik guru mempunyai peranan yang penting. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mempunyai kompetensi-kompetensi sifat dasar pendidik, antara lain meliputi bijaksana, penuh kasih sayang, demokratis, mengenal murid dan memahami kejiwaaannya, berpengetahuan luas, memahami materi, sabar dan ikhlas. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. 23 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990, Cet. III, h. 61-72. 1 Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;  Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.  Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.  Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar setting pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.  Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi assessment proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar mastery learning; dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.  Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. 2 Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:  Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.  Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.  Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.  Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.  Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 3 Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.  Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tuawali peserta didik dan masyarakat sekitar. 4 Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:  Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.  Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuanmateri bidang studi. 24

F. Sikap Murid terhadap Guru

Kitab al-Ilm wa Adab al-Alim wa al- Muta’alim sebagaimana dikutip Abuddin Nata dikatakan bahwa: “Sikap murid sama dengan sikap guru yaitu sikap murid sebagai pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu. Sebagai pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran. ” 25 Murid harus berupaya agar lebih dekat dengan gurunya agar mendapatkan pemahaman yang sempurna dan tidak sulit untuk memehami penjelasan dari guru. 24 http:ibnufajar75.wordpress.com20121227empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki- seorang-guru-profesional 25 Nata, op. cit., h. 102 . Dengan syarat tempat duduk murid tidak lebih tinggi daripada tempat duduk guru, bersikap sopan santun ketika berada di dalam kelas, karena hal seperti itu berarti menghormati guru dan memuliakan proses belajar mengajar. Duduklah seperti duduknya seorang murid, jangan bersuara keras jika tidak ada kebutuhan terhadar guru, jangan tertawa, jangan banyak bicara, jangan mengangkat tangan dan menengok jika tidak ada keperluan, melainkan harus menghadap guru, jangan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kecuali setelah mendapatkan izin dari guru. 26 Seorang murid juga harus menunjukkan kesungguhannya dalam belajar, tekun belajar setiap waktu, dan tidak berpergian yang sekiranya tidak ada hubungannya dengan menuntut ilmu kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari. Selain itu murid juga harus bersikap sabar, dan menjauhkan diri dari pelakuan yang kurang baik kepada gurunya, jangan menutup diri, dan terus berupaya bersikap husnudzhan terhadap guru. Dengan demikian bahwa seorang murid harus bersih hatinya agar mendapatkan pancaran ilmu dengan mudah. Seorang murid juga harus menunjukkan sikap akhlak yang tinggi terutama terhadap gurunya, pandai dalam membagi waktu, memahami tatakrama dalam proses pembelajaran, berupaya menyenangkan hati sang guru, tidak menenjukkan sikap yang memancing kemarahan guru, giat belajar dan sabar dalam menuntut ilmu. 27 Pendapat al-Ghazali sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata mengenai etika sikap murid terhadap guru, diantaranya: Seorang murid harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat tercela; tidak banyak melibatkan diri dalam urusan duniawi; jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang dimilikinya dan jangan pula banyak memerintah guru; janganlah melibatkan diri dalam perbedaan pendapat para guru bagi pelajar pemula; jangan berpindah dari suatu ilmu yang terpuji kepada cabang-cabangnya kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya; jangan menenggelamkan diri 26 Ibid., h.103. 27 Ibid., h. 104. pada satu bidang ilmu saja; dan jangan melibatkan diri terhadap pokok bahasan tertentu, sebelum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu tersebut. 28 Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pembelajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada murid. Dapat dikatakan bahwa etika peserta didik yang harus dimiliki antara lain: Patuh, tabah, sabar, punya kemauan atau cita-cita yang kuat serta tidak putus asa dan bersungguh- sungguh dalam mencari ilmu, sopan santun, rendah diri dan hormat pada guru, dan tugas utama seorang anak didik adalah belajar.

G. Tinjauan Pustaka yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik dengan judul “Pola Interaksi Antara Guru Dan Murid Sebagai Proses Peningkatan Kedisiplinan Siswa SMA WIDYA DHARMA TUREN ”, membahas permasalahan tentang bagaimana pola interaksi guru dengan murid dalam mengembangkan kedisiplinan siswa di SMA WIDYA DHARMA TUREN. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik sama halnya dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara guru dengan murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan murid pada perkembangan kedisiplinan sisiwa. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam al- Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. B uku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A yang berjudul “Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali ”, membahas permasalahan tentang bagaimana pola komunikasi guru dengan murid 28 Ibid., h. 106-107. dalam suatu pola hubungan yang harmonis. Dan fokus dalam pembahasan buku ini adalah pola komunikasi antara guru dengan murid menurut pemikiran tasawuf Al-Ghazali. Buku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A sama halnya dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara guru dengan murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Abuddin Nata, M.A meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan murid menurut pemikiran tasawuf Al-Ghazali. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam al- Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Objek penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Abuddin Nata, M.A yaitu pada pemikiran tasawuf Al-Ghazali tentang pola komunikasi antara guru dengan murid, sedangkan objek penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada pola interaksi antara guru dengan murid dalam al- Qur’an surat Lukman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.