Program CSR (Corporate Social Responsibility ) Perusahaan Perkebunan
6.5.1. Program CSR (Corporate Social Responsibility ) Perusahaan Perkebunan
Devisa negara dari sektor perkebunan begitu besar, namun sebagian masyarakat disekitar perkebunan masih hidup dalam kondisi yang memprihatinkan yang menyebabkan sebagian besar diantaranya tidak memiliki daya cipta untuk berkembang. Dilain pihak masyarakat berhadapan dengan perkebunan yang modern yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan kehidupan SDMnya yang telah mapan. Berbarengan dengan suasana keterbukaan dan iklim yang demokratis, situasi tersebut tidak jarang menjadi bibit atau sumber munculnya konflik antara masyarakat dengan pihak perkebunan.
Dalam rangka merespon kondisi tersebut pihak perkebunan dan perusahaan-perusahaan lainnya telah melakukan program CSR (corporate social responsibility). Meskipun isu tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR) sudah cukup lama muncul di negara-negara maju, namun di Indonesia, isu tersebut baru akhir-akhir ini mengalami perhatian yang cukup intens dari berbagai kalangan (perusahaan, pemerintah, akademisi, dan NGOs). Masih relatif barunya konsep CSR tersebut diperbincangkan oleh berbagai kalangan, membuat pemahaman terhadap konsep CSR tersebut juga masih berbeda-beda, dan dipraktekkan secara berbeda-beda pula.
Respon pemerintah terhadap pentingnya CSR ini misalnya terlihat dari dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Kepmen BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaa masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No. 433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas.
Pada awalnya, program CSR didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan tidak lagi dipandang sebagai entitas pencetak laba yang ekslusif bagi shareholdersnya tetapi juga mengemban misi sosial bagi masyarakat sekitarnya dan memandang aktifitas usaha yang dilakukan sebagai bagian dari eksistensi mereka ditengah-tengah masyarakat. Ia merupakan bagian dari strategi bisnis bagi kelangsungan usaha dengan mengurangi resistensi masyarakat sekitar. Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan cara membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu pengembangan CSR harus mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholder inti diharapkan mendukung penuh, yaitu : perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Beberapa program berusaha meningkatkan kapasitas Pada awalnya, program CSR didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan tidak lagi dipandang sebagai entitas pencetak laba yang ekslusif bagi shareholdersnya tetapi juga mengemban misi sosial bagi masyarakat sekitarnya dan memandang aktifitas usaha yang dilakukan sebagai bagian dari eksistensi mereka ditengah-tengah masyarakat. Ia merupakan bagian dari strategi bisnis bagi kelangsungan usaha dengan mengurangi resistensi masyarakat sekitar. Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan cara membangun kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu pengembangan CSR harus mengacu pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan, khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga stakeholder inti diharapkan mendukung penuh, yaitu : perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Beberapa program berusaha meningkatkan kapasitas
Akibatnya adalah sebagian program CSR tidak tepat sasaran dan masyarakat kurang merasakan manfaatnya bagi perbaikan ekonomi dan kehidupan. Permasalahan yang sering terjadi sebagai berikut :
1. Permasalahan sosial, seperti pengangguran, kemiskinan, pendidikan, kesehatan,
2. Permasalahan ekonomi, seperti pemberdayaan usaha kecil/menengah dan sebagainya.
Seringkali dalam praktek, CSR ini disamakan dangan derma (charity), sehingga ketika ada perusahaan yang membagi-bagikan hadiah kepada masyarakat di sekitar perusahaan sudah dianggap melaksanakan tanggung jawab sosialnya pada masyarakat. Intinya, bagaimana dengan CSR tersebut masyarakat mengharapkan program CSR dapat membantu menyelesaikan: menjadi berdaya baik secara ekonomi, sosial, dan budaya secara berkelanjutan (sustainability) sehingga perusahaan juga dapat terus berkembang secara berkelanjutan.
Dalam konteks Indonesia umumnya, dan Sumatera Utara khususnya, bila perusahaan- perusahaan, baik perusahaan-perusahaan milik negara maupun swasta (nasional dan asing) mau menjalankan CSR melalui pendekatan yang holistic, niscaya akan sangat berkontribusi bagi pembangunan masyarakat dalam arti peningkatan kesejahteraan keluarga dan komunitas secara berkelanjutan, khususnya yang terlibat secara langsung dengan program-program CSR tersebut. Khusus di Sumatera Utara, terdapat cukup banyak perusahaan-perusahaan besar negara seperti PTPN (BUMN) yang bergerak di sektor perkebunan, dan perusahaan swasta nasional dan asing yang juga bergerak di sektor perkebunan, serta perusahaan-perusahaan lainnya di berbagai sektor (pertambangan, industri, jasa, dan lain sebagainya).
Perusahaan-perusahaan asing), beberapa diantaranya sudah melakukan apa yang disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR), meskipun belum sepenuhnya dilakukan dengan pendekatan yang holistic, bahkan sebagian besar hanya dilakukan dalam bentuk derma (charity).
Praktek CSR yang selama ini dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan khususnya bila dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini paling tidak dapat dilihat dari indikator makro, dimana jumlah penduduk miskin di
Indonesia mengalami peningkatan dari 16,66% pada tahun 2004 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006; Sedangkan untuk Sumatera Utara meningkat dari 14,93% tahun 2004 menjadi 15,66% tahun 2006 (BPS, 2006). Padahal bila pemanfaatan dana CSR dapat dioptimalkan dan dilakukan dengan model (pola) yang baik, niscaya akan berkontribusi sangat besar bagi pemberdayaan ekonomi (pengurangan angka kemiskinan) dalam masyarakat.
a. Implementasi CSR di PTPN III
Sebagai sebuah korporat, PTPN III tentu berupaya untuk memaksimasi keuntungannya. Keuntungan tersebut tentunya diharapkan akan mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan ,kontribusinya bagi peningkatan pendapatan nasional. Di samping itu, PTPN III juga karyawannya, pengembangan perusahaan, dan berkepentingan untuk dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar area operasional PTPN III. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar area operasional PTPN III secara langsung atau tidak langsung juga akan berkontribusi bagi kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Artinya, kegiatan operasi perusahaan tidak akan terganggu karena adanya gangguan berupa perusakan lahan, pencurian hasil perkebunan, konflik dengan warga sekitar, dan sebagainya. Karena itu, implementasi tanggungjawab sosial perusahaan, yang di PTPN III dikenal dengan istilah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) lebih mengutamakan program dan kegiatannya pada daerah-daerah yang bersentuhan
langsung dengan area PTPN III. Program Kemitraan ini adalah dalam bentuk pinjaman uang. Mekanisme penyaluran dan pengembaliannya hampir menyamai mekanisme Lembaga Perbankan Formal.Implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat (Usaha Kecil) bukanlah dalam bentuk hibah, melainkan dalam bentuk pinjaman.Program Bina Lingkungan, Program tanggungjawab sosial perusahaan ini ini diimplemetasikan dalam bentuk beberapa kegiatan yang mencakup sarana dan prasarana umum seperti, rumah ibadah, sarana pendidikan (gedung dan mobiler), fasilitas kesehatan, beasiswa pendidikan, dan bantuan bencana alam. Bantuan Program Bina Lingkungan ini sifatnya hibah. Artinya, bantuan yang diberikan tidak harus dikembalikan oleh penerima bantuan. Program Bina Lingkungan yang memfokuskan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pengadaan sarana dan prasarana sesungguhnya tidak berdampak langsung terhadap perbaikan kondisi ekonomi mereka. Meskipun dengan membangun sarana dan prasarana jalan misalnya, akan membuka dan mempermudah akses masyarakat setempat terhadap sumber-sumber kegiatan ekonomi. Pada tahun 2009, PTPN III mengalokasikan CSR sebesar Rp22 miliar, untuk kegiatan sosial sebesar Rp5,9 miliar, bencana alam sebesar Rp426 juta, lingkungan hidup sebesar Rp2,6 miliar, kerohanian sebesar Rp1,1 miliar dan ketahanan pangan sebesar Rp11,9 miliar.Sedangkan CSR pada tahun 2010, mengalami penurunan, yakni sebesar Rp14,6 miliar untuk kegiatan pemerintahan sebesar Rp701 juta, kegiatan sosial sebesar Rp1,3 miliar, bencana sebesar Rp1,3 miliar, lingkungan hidup sebesar Rp697 langsung dengan area PTPN III. Program Kemitraan ini adalah dalam bentuk pinjaman uang. Mekanisme penyaluran dan pengembaliannya hampir menyamai mekanisme Lembaga Perbankan Formal.Implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat (Usaha Kecil) bukanlah dalam bentuk hibah, melainkan dalam bentuk pinjaman.Program Bina Lingkungan, Program tanggungjawab sosial perusahaan ini ini diimplemetasikan dalam bentuk beberapa kegiatan yang mencakup sarana dan prasarana umum seperti, rumah ibadah, sarana pendidikan (gedung dan mobiler), fasilitas kesehatan, beasiswa pendidikan, dan bantuan bencana alam. Bantuan Program Bina Lingkungan ini sifatnya hibah. Artinya, bantuan yang diberikan tidak harus dikembalikan oleh penerima bantuan. Program Bina Lingkungan yang memfokuskan tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) terhadap pengadaan sarana dan prasarana sesungguhnya tidak berdampak langsung terhadap perbaikan kondisi ekonomi mereka. Meskipun dengan membangun sarana dan prasarana jalan misalnya, akan membuka dan mempermudah akses masyarakat setempat terhadap sumber-sumber kegiatan ekonomi. Pada tahun 2009, PTPN III mengalokasikan CSR sebesar Rp22 miliar, untuk kegiatan sosial sebesar Rp5,9 miliar, bencana alam sebesar Rp426 juta, lingkungan hidup sebesar Rp2,6 miliar, kerohanian sebesar Rp1,1 miliar dan ketahanan pangan sebesar Rp11,9 miliar.Sedangkan CSR pada tahun 2010, mengalami penurunan, yakni sebesar Rp14,6 miliar untuk kegiatan pemerintahan sebesar Rp701 juta, kegiatan sosial sebesar Rp1,3 miliar, bencana sebesar Rp1,3 miliar, lingkungan hidup sebesar Rp697
b. Implementasi CSR pada PT. Bakrie Sumatera Plantations
PT. Bakrie Sumatera Plantations (BSP) yang sudah beroperasi sejak zaman kolonial, dan telah beberapa kali berubah nama hingga menjadi nama yang sekarang ini, dimana saham terbesar dimiliki oleh keluarga pengusaha nasional yang sangat terkenal Bakrie. Sektor utama perusahaan ini bergerak di bidang perkebunan, khususnya perkebunan karet dan kelapa sawit. Sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang cukup besar, PT. BSP juga tidak luput dari upaya untuk memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan, baik kesejahteraan karyawannya sendiri, maupun kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah usahanya, sebagai wujud dari pertanggungjawaban sosial dari perusahaan.
Program CSR merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk ”citra” perusahaan yang baik di mata masyarakat, baik lokal, nasional, maupun global. Bila ”citra” perusahaan baik di masyarakat, maka operasional perusahaan akan lebih baik. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk membentuk ”citra” ini adalah dengan menyisihkan sebagian laba perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat yang bersentuhan langsung dengan area perusahaan. Bila masyarakat menganggap kehadiran perusahaan memberi keuntungan dan kontribusi bagi mereka, maka mereka juga akan turut untuk mempertahankan perusahaan. Program CSR yang dilakukan oleh PT. BSP cukup bervariasi, mulai dari memberikan bantuan semabako kepada masyarakat, bantuan beasiswa pendidikan, bantuan kesehatan, sarana dan prasarana fisik, bantuan ekonomi (benih ikan, pertanian), keagamaan, kepemudaan, lingkungan, kemitraan dan sebagainya. Beragamnya bentuk kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari ragam permintaan dan kebutuhan masyarakat, dan untuk membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-citanya untuk mensejahterakan rakyatnya. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan (prioritas pada perkebunan karet dan sawit), PT. BSP tentu membutuhkan lahan yang luas untuk menanam komoditi tersebut. Luasnya lahan yang dibutuhkan berakibat pula banyak daerah (desa) yang bersentuhan langsung dengan areal perusahaan. Di samping itu, pabrik pengolahan hasil perkebunan tersebut juga membawa dampak bagi masyarakat sekitar. Daerah (desa) yang bersentuhan langsung dengan perusahaan merupakan desa yang menjadi prioritas PT. BSP untuk dibantu. Desa-desa yang menjadi prioritas untuk dibantu tersebut juga masih dipilih desa-desa mana yang paling besar menerima dampak negatif dari kehadiran perusahaan. Di Program CSR merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk ”citra” perusahaan yang baik di mata masyarakat, baik lokal, nasional, maupun global. Bila ”citra” perusahaan baik di masyarakat, maka operasional perusahaan akan lebih baik. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk membentuk ”citra” ini adalah dengan menyisihkan sebagian laba perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat yang bersentuhan langsung dengan area perusahaan. Bila masyarakat menganggap kehadiran perusahaan memberi keuntungan dan kontribusi bagi mereka, maka mereka juga akan turut untuk mempertahankan perusahaan. Program CSR yang dilakukan oleh PT. BSP cukup bervariasi, mulai dari memberikan bantuan semabako kepada masyarakat, bantuan beasiswa pendidikan, bantuan kesehatan, sarana dan prasarana fisik, bantuan ekonomi (benih ikan, pertanian), keagamaan, kepemudaan, lingkungan, kemitraan dan sebagainya. Beragamnya bentuk kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari ragam permintaan dan kebutuhan masyarakat, dan untuk membantu pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-citanya untuk mensejahterakan rakyatnya. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan (prioritas pada perkebunan karet dan sawit), PT. BSP tentu membutuhkan lahan yang luas untuk menanam komoditi tersebut. Luasnya lahan yang dibutuhkan berakibat pula banyak daerah (desa) yang bersentuhan langsung dengan areal perusahaan. Di samping itu, pabrik pengolahan hasil perkebunan tersebut juga membawa dampak bagi masyarakat sekitar. Daerah (desa) yang bersentuhan langsung dengan perusahaan merupakan desa yang menjadi prioritas PT. BSP untuk dibantu. Desa-desa yang menjadi prioritas untuk dibantu tersebut juga masih dipilih desa-desa mana yang paling besar menerima dampak negatif dari kehadiran perusahaan. Di
termasuk di Unit PT. BSP Kisaran (Asahan), perusahaan menempatkannya dalam satu unit yang berada di bawah Manager HRD, yaitu Unit CSR/Comdev. Dalam mengimplementasikan CSR, PT. BSP terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat terkait dengan program-program kegiatan yang menjadi core PT. BSP. PT. BSP saat ini jug Officer PT PP London Sumatra Indonesia Tbk a sudah menjalin kerjasama dengan BPN untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Dalam konteks hubungan ini, pihak perusahaan nantinya memberikan bantuan modal bagi masyarakat.
c. Implementasi CSR pada PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
Fokus utama operasional sebuah perusahaan harus menjaga kesinambungan perusahaan dengan masyarakat. Sebagaimana yang diterapkan perusahaan Lonsum, dalam membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan berbagai komunitas. Tujuannya adalah untuk menekan aspek negatif yang timbul sebagai akibat dari pengembangan usaha perseroan yang dikelola secara berkesinambungan dan bertanggung jawab yang memberikan dampak positif bagi perekonomian setempat. PT PP Lonsum secara langsung maupun tidak langsung telah menciptakan lebih dari 12.000 lapangan pekerjaan di areal pedesaan yang meliputi pedesaan di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi . Beberapa program pembangunan yang telah dilaksanakan yakni pembangunan prasarana seperti jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan sarana ibadah. Saat ini program utama CSR yang akan dilaksanakan Lonsum untuk memajukan masyarakat sekitar perusahaan fokus pada sektor dunia pendidikan. Mengapa hal ini dilakukan, karena selain melihat fakta di lapangan, di mana sarana dan prasarana pendidikan masih memprihatinkan, jadi dengan pendidikan itu, ke depan akan melahirkan para generasi intelektual yang memiliki SDM handal. Tetapi program utama ini bukan berarti mengabaikan bidang lain seperti kesehatan, kepemudaan, kebudayaan dan olahraga, usaha UMKM, serta lainnya. Manajemen memang lebih memfokuskan pada pendidikan. khusus program bantuan sektor pendidikan.Sepanjang tahun 2008, Lonsum telah memperbaiki sebanyak 44 sekolah negeri di berbagai desa yang terletak di sekitar lingkungan perusahaan. Selain itu perusahaan itu juga memberikan sumbangan berupa computer, beasiswa dan pembiayaan pelatihan guru Taman Kanak- Kanak (TK) ke Jakarta. PT PP LONSUM juga berpartisipasi dalam program CSR nya di bidang Kesehatan seperti yang dilaksanakan di Balai Pengobatan Kongsi Empat, Begerpang Estate, Bangun Purba Sumatera Utara dimana ratusan Ibu hamil dan ribuan balita menerima pelayanan kesehatan. Selain mendapatkan
pemeriksaan kesehatan, mereka juga menerima obat-obatan, susu, dan vitamin. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Lonsum terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.Layanan peduli kesehatan itu melibatkan 500 ibu hamil dan 1.500 balita dari sejumlah desa di empat kecamatan, di Kabupaten Deli Serdang. Di antaranya, Kecamatan Tanjung Morawa, Bangun Purba, Galang, dan STM Hilir. Layanan kesehatan bagi ibu hamil itu khususnya pada pemeriksaan tensi darah, pemeriksaan gula darah, tes darah (HB), dan USG. Sedangkan bagi balita, tim dokter dari Lonsum (di antaranya dokter spesialis kandungan) yang bekerjasama dengan pihak Puskesmas setempat memeriksa kesehatan para balita. Selain pemeriksaan kesehatan, kepada ibu hamil juga diberikan vitamin tambahan dan obat-obatan. Demikian halnya, khusus untuk balita diberikan vitamin, susu, makanan kesehatan, dan pengobatan secara gratis. Kecuali di Begerpang, kegiatan yang sama juga digelar di 11 estate yang terkonsentrasi di enam kabupaten lainnya. Terdiri, Kabupaten Langkat, Medan, Serdang Bedagai, Asahan, Labuahan Batu Selatan, dan Kabupaten Batu Bara. Program CSR juga dilaksanakan di bidang pendidikan berupa pemberian beasiswa kepada anak-anak berprestasi yang berdomisili di sekitar perkebunan Lonsum, bantuan komputer, pelatihan guru TK, bantuan honorarium guru swasta, perbaikan geduang SD, dan bantuan mobiler sekolah. Bidang lainnya, yakni pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, bantuan alat dan menjadi sponsor dalam bidang olahraga, dan pada bidang keagamaan berupa pelaksanaan MTQ, rehabilitasi rumah ibadah, bantuan paket natal dan tahun baru, serta paket lebaran kepada masyarakat sekitar kebun Lonsum.
d. Implementasi CSR di PTPN IV
PTPN IV sepanjang tahun 2008 - 2009 menyalurkan senilai Rp19,9 miliar lebih kepada masyarakat Kab. Simalungun melalui program Kemitraan 266 mitra binaan, Bina Lingkungan, dan Corporate Social Responsibility (CSR), khusus kali ini kembali menyalurkan program CSR senilai Rp1 miliar lebih. PTPN
IV melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) menyalurkan senilai Rp1 miliar lebih kepada masyarakat PTPN IV selaku salah satu BUMN yang ada di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara pada hakekatnya sangat peduli terhadap lingkungannya. Khusus kali ini bantuan program CSR meliputi sarana infrastruktur antara lain:
1. Pembuatan leaning parit sepanjang 330 m di Nagori Balimbingan Kec. Tanah Jawa senilai Rp443.005.300,-
2. Pembatuan jalan sepanjang 1 KM di Huta Margosono Nagori Mekar Mulya Kec. Tanah Jawa senilai Rp194.584.000,-
3. Pembuatan parit dan buangan air irigasi di Nagori Kasinder Kec. Jorlang Hataran senilai Rp77.612.400,-
4. Pembuatan bendungan/ pintu air masuk Blok 94 di Nagori Balimbingan Kec. Tanah Jawa senilai Rp194.524.200,-
5. Pembuatan titi parit dan saluran air sebanyak 6 (enam) unit di Nagori Balimbingan Kec. Tanah Jawa senilai Rp145.004.300,- CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan. Untuk tahun 2010
pemerintah Kab. Simalungun mengusulkan pembuatan bronjong di Balimbingan dan Marihat dengan biaya yang cukup besar sekitar Rp14 M, namun karena program CSR terbatas jumlahnya dan masuk dalam biaya operasional perusahaan, sehingga dengan biaya yang cukup besar tentunya anggaran CSR PTPN IV Tahun 2010 yang hanya berjumlah Rp 8 M akan tergerus, sehingga usulan dari pemerintah Kab. Simalungun perlu pembahasan lebih lanjut. Program tahun 2010 PTPN IV akan memberikan bantuan di daerah Kab. Simalungun untuk Program Kemitraan senilai Rp1,2 miliar, Bina Lingkungan senilai Rp1,2 miliar, CSR senilai Rp5,6 miliar.