Teknik Analisis Data

G. Teknik Analisis Data

Moleong (2007:103) mengatakan bahwa analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam kelompok pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat pula dirumuskan hipotesis kerja sesuai dengan fungsi data. Jadi analisis data diperoleh dengan cara mengorganisasikan, mengurutkan dan mengklasifikasikan data kedalam kelompok

Interpretasi Citra

Rekan Peneliti

commit to user

berupa :

1. Analisis alih fungsi lahan

Dalam melihat korelasi / hubungan antar variabel penggunaan lahan 2004, 2006, 2008 dan 2011 dapat dibuat korelasi. Untuk mengetahui korelasi, salah satu caranya adalah dengan overlay (tumpang susun) (Hadi, 2012). Overlay adalah salah satu dari fungsi spasial yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spatial yang menjadi masukannya (Prahasta, 2002 : 74). Fungsi analisis overlay sangat penting dalam pegolahan data untuk menghasilkan data spasial baru yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang diharapkan. Untuk mengetahui alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten tahun 2004 - 2011, maka dilakukan overlay peta penggunaan lahan secara mullti temporal yaitu :

a. Peta penggunaan lahan tahun 2004 dengan Peta penggunaan lahan tahun 2006 yang mengahsilkan peta alih fungsi lahan tahun 2004 - 2006

b. Peta penggunaan lahan tahun 2006 dengan Peta penggunaan lahan tahun 2008 yang mengahsilkan peta alih fungsi lahan tahun 2006 - 2008

c. Peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan Peta penggunaan lahan tahun 2011 yang mengahsilkan peta alih fungsi lahan tahun 2008 - 2011

Dari analisis peta ini dapat diketahui luas dan karakteristik alih fungsi lahan di Kecamtan Jaten antara tahun 2004 hingga tahun 2011 beserta agihan keruangan perubahan penggunaan lahan yang terjadi.

2. Analisis pola alih fungsi lahan

Analsis pola ini menggunakan hasil analisis tabel pada analisis perubahan bentuk penggunaan lahan yang di gabung dengan analisis peta dengan teknik analisis overlay, antara peta penggunaan lahan, sehingga diperoleh pola alih fungsi lahan. Pola alih fungsi lahan ini menunjukkan

commit to user

2011. Secara rinci alur proses analisis pola alih fungsi lahan dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Keterangan :

: Overlay : Hasil Overlay

3. Analisis faktor – faktor alih fungsi lahan

Untuk mengetahui faktor – faktor alih fungsi lahan ini menggunakan dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan analisis faktor – faktor penyebab alih fungsi dan tahap kedua adalah analisis faktor – faktor penyebab alih fungsi lahan dengan alih fungsi lahan. Tahapan – tahapan tersebut secara rinci dijelaskan dalam uraian berikut.

a. Analisis faktor - faktor penyebab alih fungsi lahan  Analisis model grafitasi Analisis model grafitasi digunakan untuk mengtahui interaksi antara Kecamatan Jaten dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐼 12 = 𝑎

𝐽 12 𝑏

Keterangan : 𝐼 12 : Interaksi antara wilayah 1 dan 2

𝑃 1 : Jumlah Penduduk Wilayah 1 𝑃 2 : Jumlah Penduduk Wilayah 2

𝐽 12 : Jarak antara Wilayah 1 dan 2

a : Suatu Konstanta Emprik

b : Suatu Ekponen Jarak (Pada gaya grafitasi yang asli

Peta Penggunaan lahan Kec. Jaten Tahun 2004

Peta Penggunaan lahan Kec. Jaten Tahun 2006

Peta Penggunaan lahan Kec. Jaten Tahun 2008

Peta Penggunaan lahan Kec. Jaten Tahun 20011

Pola Alih Fungsi Lahan Kec. Jaten Tahun 2004 - 2011

commit to user

interaksi antar wilayah ini ditunjukkan dengan nilai dari perhitungan menggunakan rumus diatas, jika nilai grafiatasi antara kedua wilayah tersebut semakin tinggi maka interaksinya semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya.

 Analisis aksesbilitas lahan Aksesbilitas lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan, aksesbilitas lahan berkaitan dengan lokasi lahan, jarak dan kemudahan untuk mencapainya. Untuk kepentingan analisis maka parameter aksesbilitas lahan dibagi untuk menentukan nilai dan kelasnya, pembagian nilai dan kelas aksesbilitas lahan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Kelas dan nilai parameter aksesbilitas lahan

No. Parameter aksesbilitas lahan Kelas Keterangan Nilai

1 Jarak terhadap jalan arteri dan kolektor

perdagangan (pasar)

pelayanan kesehatan

6 Jarak terhadap tempat ibadah I

1 Sumber : Meyliana (1996) dalam Rulianto 2011 : 35 dengan

modifikasi

commit to user

untuk mendapatkan skor aksesbilitas dan dikelaskan dalam tiga kelas. Besarnya lebar interval untuk tiap kelas digunakan rumus sebagai berikut :

X=

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑅) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙

Di mana :

X : Interval

: Jarak pengukuran (skor tertinggi – skor terendah) Jumlah interval : Jumlah kelas yang dicari (Hadi, 2002 : 12) Berdasarkan hasil perhitungan tabel nilai parameter diatas skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 7, kemudian dikelaskan sebagai berikut :

Tabel 3.3. Kelas skor aksesbilitas lahan

No.

Kelas

Skor Aksesbilitas Lahan

Sumber : Analisis data.

 Kelengkapan utilitas umum Penentuan utilitas umum menggunakan metode ketersediaan pelayanan (service availability) yaitu dengan menilai ada atau tidaknya fasilitas pelayanan, jika pelayanan tersedia diberi 1, dan jika tidak tersedia diberi nilai 0. Metode ini disebut Gutman Scalling

Methods (Muta’ali, 2000:14).

commit to user

1 jaringan air bersih

2 jaringan listrik

3 jaringan telepon

4 jaringan gas

5 jaringan transportasi

6 pemadam kebakaran

7 sarana penerangan jasa umum

8 Kebersihan / pembuangan sampah. Setelah dilakukan skoring kemudian dijumlahkan dan dikelaskan berdasarkan tabel berikut :

Tabel 3.4. kelas dan nilai parameter utilitas umum.

No Kelas

Kelengkapan Utilitas Umum

Keterangan

1 Kelas 1

7 - 8 Buah

Rendah

2 Kelas 2

4 - 6 Buah

Sedang

3 Kelas 3

1 - 3 Buah

Tinggi Sumber : Meyliana (1996) dalam Rulianto, 2011 : 37 dengan

perubahan

b. Analisis Pengaruh faktor – faktor penyebab alih fungsi lahan terhadap

alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten tahun 2004 – 2011.

Analisis faktor penyebab alih fungsi lahan dengan alaih fungsi lahan yang terjadi di kecamatan jaten adalah menggunakan analisis korelasi dan overlay. Hubungan antara faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dapat diketahui dari koreasi dan overlay antara alih fungsi lahan dan faktor – faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan.

Hubungan gaya grafitasi Kota Surakarta maupun Karanganyar terhadap alih fungsi lahan dapat diketahui melalui korelasi antara tabel gaya grafitasi dengan alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan jaten

commit to user

gaya grafitasi kota / perkotaan mana yang lebih mempengaruhi alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Jaten selama kurun waktu 2004 – 2011. Analisis korelasi yang digunakan adalah korelasi jenjang, dengan analisis korelasi jenjang dapat diketahui urutan / jenjang antara unit dalam masing – masing variable yang dianalisis. Secara umum kuat lemahnya hubungan antar variabel tersebut ditentukan oleh besarnya koefisien korelasi (r). nilai koefisien korelasi bervariasi mulai dari - 1 (berhubungan negatif sempurna) sampai dengan + 1 (berhungan positif sempurna). Semakin besar nilai r maka, semakin erat hubungannya. Rumus untuk menghitung koefisien korelasi berjenjang adalah :

Keterangan r s : koefisien korelasi

d : selisih antar jenjang n : jumlah pasangan (Regerson, 2001 : 94)

Dalam melihat hubungan antar variabel aksesbilitas lahan dan utilitas umum dengan alih fungsi lahan dapat dibuat korelasi / hubungan. Korelasi adalah membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya kaitan sebab akibat. Untuk mengetahui korelasi, salah satu caranya adalah dengan overlay (tumpang susun) (Hadi, 2012). Hubungan aksesbilitas lahan terhadap alih fungsi lahan dapat diketahui melalui overlay peta aksesbilitas lahan dengan peta alih fungsi lahan. Berdasarkan hasil overlay dapat diketahui pengaruh kelas aksesbilitas jalan terhadap besarnya alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan jaten.

commit to user

diketahui melalui overlay peta aksesbilitas lahan dengan peta alih fungsi lahan. Berdasarkan hasil overlay dapat diketahui pengaruh kelas utilitas umum terhadap besarnya alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan jaten.