Hubungan Gaya Gravitasi, Aksesbilittas Lahan, dan Utilitas Umum terhadap alih fungsi lahan.

3. Hubungan Gaya Gravitasi, Aksesbilittas Lahan, dan Utilitas Umum terhadap alih fungsi lahan.

a. Hubungan gaya gravitasi dengan alih fungsi lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011 Hubungan gaya gravitasi daerah – daerah di sekitar Kecamatan Jaten dengan kecamatan adalah tidak ada hubungan yang signifikan, yang berarti Ho di tolak, karena gaya grafitasi daerah di sekitar Kecamatan Jaten tidak mempunyai pengaruh terhadap semua daerah di Kecamtan Jaten. Pengaruh gaya grafitasi setiap daerah di sekitar Kecamtan Jaten hanya berpangaruh di satu daerah di Kecamatan Jaten saja. Pengaruh setiap daerah di sekitar Kecamatan Jaten, berbeda – berbeda untuk ke setiap daerah., tetapi

commit to user

terhadap daerah urban fringe, hal ini dapat dilihat pada hubungan alih fungsi lahan daerah Pasar Kliwon, Jebres dan Kebakkramat yang mempunyai selisih antar jenjang 0, sedangkan untuk daerah lain adalah beragam dengan nilai antar jenjang 1 dan 2.

Pengaruh gaya gravitasi ini tidak terlihat pengaruhnya karena Kecamatan Jaten bukanlah wilayah struktur ruang kota yang sempurna, setiap wilayah struktur ruang kota di Kecamatan Jaten masih tersambung dengan daerah sekitarnya. Selain itu daerah yang mempengaruhi seharusnya adalah wilayah struktur ruang kota lainnya di sekitar Kecamtan Jaten seperti daerah urban Surakarta atau Karanganyar, sehingga dapat diketahui pengaruh gaya gravitasi yang sempurna untuk setiap daerah.

b. Hubungan aksesbilitas lahan dengan alih fungsi lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011 Hubungan aksesbilitas dengan alih fungsi lahan di Kecamatan Jaten adalah konstan. Alih fungsi lahan tinggi terjadi di daerah dengan aksesbilitas sedang dan alih fungsi lahan menurun di daerah dengan utilitas tinggi dan rendah, hal ini dapat dilihat pada gambar kurva di bawah ini.

Gambar 4.03. Kurva Hubungan Aksesbilitas Lahan dengan Alih Fungsi

Lahan

commit to user

pada daerah aksesbilitas tinggi terutama pada poin jalan, lahan didekat jalan kolektor dan arteri yang bisa menyumbang nilai aksesbilitas sebanyak 6 poin. Jalan kolektor dan arteri ini mempengaruhi harga tanah, yang bisa mencapai 1.000.000 – 2.000.000 rupiah per meter. Hal ini menyebabkan hanya orang – orong yang mempunyai finansial tinggi dan perusahaan saja yang mampu membeli tanah di daerah tersebut. Selain itu di daerah yang mempunyai aksesbilitas tinggi rata – rata penduduknya sudah padat, sehingga tidak mungkin terjadi alih fungsi lahan. Itulah sebabnya hubungan aksesbilitas dan alih fungsi lahan ini adalah konstan antara alih fungsi lahan yang terjadi di daerah yang mempunyai aksesblitas tinggi dan sedang serta rendah.

c. Hubungan utilitas umum dengan alih fungsi lahan Kecamatan Jaten Tahun 2004 – 2011 Hubungan antara utilitas umum dan alih fungsi lahan adalah berbanding lurus. Semakin lengkap utilitas umum, akan di ikuti oleh peningkatan alih fungsi lahan. Hubungan utilitas umum dengan alih fungsi lahan ini dapat di representasikan dalam kurva berikut :

Gambar 4.04. Kurva Hubungan Utilitas Umum dengan Alih Fungsi

Lahan

commit to user

Berdasarkan kurva diatas, dapat diketahui bahwa selama tahun 2004 – 2011, yang alih fungsi lahan lebih banyak terjadi daerah urban fringe yang mempunyai utilitas umum tinggi seluas 60,697 Ha, dibandingkan di daerah rural fringe dengan utilitas sedang, yang hanya seluas 27,066 Ha, atau hanya separuh dari alih fungsi lahan di daerah urban fringe. Hal ini disebabkan karena utilitas umum merupakan sarana pendudukung kebutuhan sehari – hari. Pemilihan lokasi industri, pertokoan, permukiman maupun kegiatan yang lain, selalu mempertimbangkan kelengkapan utilitas yang ada, untuk kelancaran maupun kenyamanan dalam melakukan kegiatan.

commit to user