Penelitian ini

Penelitian ini

Didasarkan pada dasar tersebut dan sebagai bagian dari riset yang didanai oleh KPAN/HCPI berjudul Perilaku Seksual Beresiko dan Strategi Pencegahan IMS dan HIV di Kalangan Laki-laki dengan Mobili- tas Tinggi di Kota Jayapura, 5 dilakukan penelitian untuk upaya-upa- ya mengidentiļ¬ kasi perilaku-perilaku seksual beresiko di Jayapura, termasuk pada kelompok LSL yang memiliki mobilitas tinggi, di samping kelompok laki-laki heterosek, waria dan pasangannya.

Hasil STHP 2006 telah memberikan pengetahuan umum men- genai praktik seksual yang tidak aman, jumlah pasangan seksual, awal memulai hubungan seks, tingginya IMS yang tidak diobati dan tingginya prevalensi HIV di kalangan laki-laki Papua. Temuan yang baru ini yang mengkhususkan pada kota Jayapura adalah un- tuk melengkapi hasil tersebut, serta untuk memberi masukan yang lebih dalam untuk intervensi program penanggulangan epidemi HIV di Papua yang menyangkut laki-laki lokal di Papua.

Riset selama bulan Agustus-September 2010 ini memberi pengetahuan yang lebih dalam mengenai kelompok laki-laki se- cara umum. Sebagai bagian dari temuan di lapangan, artikel ini mendiskusikan dinamika seksual kelompok LSL. Tulisan ini lebih akan memaparkan isu-isu seputar identitas dan jaringan seksual, baik dari penduduk lokal (etnis Papua serta lahir dan tumbuh di sana) maupun pendatang. Meskipun terstigma secara sosial atau diperlakukan diskriminatif serta tertutup terhadap keluarga, te- man dan kolega kerja, kelompok LSL perkotaan tetap eksis, bahkan mampu menegosiasikan seksualitas mereka.

Ketika riset ini dilakukan, telah ada pendekatan yang dilaku-

4 Lihat Nugraha (2007). 5 Lihat Munir dan Iskandar (2011).

Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011 103

Iskandar P. Nugraha dan Maimunah Munir

kan organisasi PKBI dan BKKBN bagi kelompok LSL di Jayapura dengan mengadakan pertemuan-pertemuan di kalangan kelompok ini. Namun harus diakui bahwa organisasi formal sosial berbasis komunitas gay dan laki-laki homoseksual seperti halnya GAYa NU- SANTARA, yang dapat menjadi penghubung bagi pintu masuk ke dalam komunitas ini belum ada di Jayapura. Oleh karenanya, ke- banyakan responden yang direkrut untuk penelitian ini awalnya diperoleh lewat kontak-kontak pertemuan dari cha tt ing online, yang mulai terbina sejak 2008 dan kemudian dilanjutkan/di-update sebelum penelitian ini dilaksanakan.

Di antara yang bersedia bertemu tatap muka dengan pe- wawancara dan memenuhi kriteria penelitian ditawari kesediaan- nya untuk diwawancarai dan diminta merekomendasikan respon- den lain pada jaringannya. Kriteria responden adalah mereka yang memiliki ketertarikan secara seksual dengan laki-laki dan mengaku telah memiliki pengalaman seksual dengan laki-laki sebelumnya. Sejumlah 15 orang responden terlibat dalam penelitian ini dengan renician sebagai berikut: Dari berbagai latar belakang etnis (10 lokal Papua dan 5 pendatang), tingkat pendidikan (lulus SMA hingga perguruan tinggi), dan latar belakang profesi (mahasiswa, kary- awan, profesional/swasta, PNS, kepolisian) dan golongan umur (antara 18 sampai 43 tahun). Status perkawinan responden pun be- ragam, ada sebagian yang menikah dan memiliki anak. Di antara mereka pun ada yang memiliki pacar perempuan, pacar laki-laki dan perempuan serta melakukan hubungan seks pada saat yang bersamaan. Bagi yang belum menikah, kebanyakan mereka menya- takan berencana menikah dan memiliki anak.

Pemilihan responden lokal dan pendatang ini diharapkan da- pat memberi nuansa perbedaan interpretasi terhadap seksualitas dalam konteks perkotaan. Pandangan dan pengalaman seksual di Jayapura maupun di tempat lain jelas berbeda, apalagi antara kel- ompok lokal dengan pendatang yang baru bermukim di Jayapura. Untuk mendapatkan data deskriptif-naratif sebanyak mungkin, tidak ada struktur pertanyaan yang diterapkan. Proses wawancara lebih sebagai penceritaan bebas, dilakukan secara rahasia, anoni- mus dan berdasarkan persetujuan dari mereka.

Wawancara dilakukan di ruangan tertutup di hotel yang dis- epakati dan/atau di atas kendaraan sewaan yang berjalan, demi menjaga kerahasiaan dan keterbukaan, tanpa merasa diawasi. Un- tuk memperoleh gambaran siapa mereka, sebelum mereka mulai

104 Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011

Dinamika Kehidupan Seksual Kelompok LSL di Jayapura Papua bercerita, mereka diminta memberi isian demograļ¬ tentang siapa

mereka, identitas seksualitas mereka, pengetahuan mengenai IMS/ HIV, tes darah, dan pengobatan.

Penceritaaan riwayat seksualitas pribadi setiap responden di- arahkan pada negosiasi identitas yang dicerminkan lewat praktik- praktik seksual (termasuk yang tidak aman dan berisiko) seraya menjelaskan alasan-alasan bagi ketertarikan serta perasaan yang mereka berikan kepada laki-laki lain sebagaimana yang mereka in- terpretasikan. Di samping itu, dilihat pula seberapa jauh mereka menggunakan jaringan seksual baik yang tradisional maupun yang modern (internet) untuk mendapatkan pasangan seks berpengaruh terhadap pembentukan identitas seksual, baik individual maupun

kolektif. 6 Mereka diminta mengungkapkan semua aspek tersebut selengkap mungkin dalam kerangka riwayat kehidupan seksual mereka selama ini. Untuk melengkapi hasil tersebut, dilakukan pengamatan terhadap jaringan seksual mereka, baik yang tradis- ional maupun lewat jaringan sosial media modern (online/inter- net).