Perempuan, Waria, Banci, Gay atau....

Perempuan, Waria, Banci, Gay atau....

Identitas seksual seseorang merupakan sesuatu yang bersifat cair, terkadang membingungkan, dan tergantung pada konteks so- sial di mana ia berada. Pasangan tetap dan klien PSL yang berpar- tisipasi dalam penelitian ini memberikan jawaban yang bervariasi ketika diajukan pertanyaan mengenai identitas seksual mereka.

Andre dan Januar mengaku identitas seksual mereka mas- ing-masing sebagai biseksual dan heteroseksual. Sementara dari enam informan yang mengaku dirinya sebagai perempuan, empat di antaranya berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah waria yang mengaku dirinya lebih sebagai perempuan. Sedangkan Bambang, yang juga berjenis kelamin laki-laki tetapi memiliki sifat seperti perempuan, lebih suka menyebut dirinya banci. Namun ia mem- bebaskan orang lain mau memanggilnya apa. Bambang menjelas- kan perbedaan waria dan banci yaitu banci adalah seorang laki- laki yang kadang berpenampilan laki-laki kadang berpenampilan perempuan, sedangkan waria adalah laki-laki yang benar-benar merasa perempuan dan selalu berpenampilan perempuan.

Billy, Cecep, Teguh, Chandra, Banudoyo, dan Juki menya- takan diri mereka sebagai gay. Mereka itu, kecuali Juki, mengaku memiliki sifat feminin yang dominan di dalam diri mereka. Sifat feminin itu diakui oleh beberapa informan berpengaruh terhadap perilaku seksual mereka yang cenderung pasif dan tidak agresif. Mereka yang memiliki sifat seperti ini lebih memilih disemburit atau dioral oleh pasangan seksualnya. Bahkan bagi sebagian dari mer- eka, sifat feminin yang menguasai dirinya berpengaruh terhadap pemilihan pasangan seksual mereka. Mereka biasanya berusaha mencari pasangan yang lebih agresif dan macho. Chandra menjelas- kan dirinya sebagai gay feminin sebagai berikut, “Soalnya mereka (pasangan-pasangannya) kan badannya lebih lebar, apa yah… lebih jantan sementara gue kan orangnya lemah lembut.”

Sementara, Juki—dengan pengakuan sebagai gay—lebih me- lihat dirinya tetap dengan sifat-sifat sebagai lelaki (maskulin) da- lam arti perilaku seksualnya pun lebih banyak berperan sebagai

Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011 95

Irwan M. Hidayana

seorang dengan gender laki-laki, yaitu agresif dan aktif sehingga ia lebih sering menyemburit atau mengoral pasangannya.

Gay sebagai sebuah identitas dimaknai secara berbeda oleh setiap informan yang mengaku dirinya gay. Bagi Billy, gay adalah seks antara cowok dengan cowok. Pendapatnya didasari karena sekslah yang menjadi orientasi hubungan antar gay jika pertama kali mereka bertemu.

Kalau gay itu kayaknya seks cowok sama cowok kan. Kalau pertama kali ketemu itu yang diinginkan itu pertama seks. Semua gay di seluruh dunia deh begitu, kalau tau dia itu gay pasti maunya itu “tidur”. Gue juga gitu kalau melihat…ih lucu banget nih dia kalau ngeseks sama gue, gitu kalau gue. Kalau udah bosen itu udah, biar dia mau lucu kayak gitu ka- lau dia udah bosen itu udah tinggal gitu aja. Jadi orientasinya seks biasanya.

Ia juga melihat gay itu adalah sebagai kehidupan yang menyimpang dari apa yang umumnya terjadi di masyarakat. Pendapat ini disetujui oleh Banudoyo yang juga menjelaskan bahwa gay itu berbeda dengan waria, karena waria menurutnya “main” sama ‘laki- laki asli’ bukan dengan gay dan sebaliknya pun demikian.

Sementara, Cecep memandang gay sebagai hubungan sesa- ma laki-laki, dengan kepribadian laki-laki, tapi tidak menjadikan mereka perempuan hanya karena sifat femininnya. Baginya tidak ada perbedaan antara gay dan homoseksual. Teguh dan Chandra berpendapat gay itu adalah laki-laki yang mencintai atau menyukai laki-laki.