Novel Coklat Stroberi

Novel Coklat Stroberi

Sebagian besar novel adaptasi dari Coklat Stroberi sangat mirip dengan fi lmnya, banyak dialognya sepadan kata per kata. Sebagaimana dijelaskan di sampul buku, novel Christian

17 Menarik bahwa peserta FGD fi lm ini sering menyatakan Thailand sebagai sebuah sebagaimana yang ada dalam pikiran Nesta, yaitu bahwa Thailand adalah surga bagi komunitas gay (Murtagh 2010).

Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011 61

Ben Murtagh

Simamora 18 ini berdasarkan skenario Upi, dan dalam pengantar novelnya, Upi menyatakan bahwa buku ini akan membantu pembaca untuk mengetahui ceritanya sebelum rilis fi lmnya, dengan tujuan mendorong pembaca untuk pergi menonton fi lmnya (Upi, dalam Simamora 2007a, iii). Walaupun beberapa adegan pendek ditambahakan atau dihilangkan, perbedaan utama antara fi lm dan novelnya terletak pada pemasukan pikiran dan motivasi pribadi dan detil latar belakang tambahan. Meskipun secara umum tidak banyak, detil tambahan ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam pemahaman kita mengenai hubungan Nesta dan Aldi, dan mengenai hubungan Aldi dengan Dani. Bagian ini akan memfokuskan pada satu penghilangan dan tiga tambahan dalam novelnya.

Penghilangan yang mencolok adalah adegan di mana ketika kedua laki-laki muda itu pertama tiba di rumah. Di dalam fi lm, Aldi tidak mampu membawa tasnya sendiri dan meminta Nesta membaantunya. Adegan ini jelas berfungsi untuk memberi pe- tunjuk visual awal pada penonton mengenai kekhasan hubungan antara mereka. Ini dicapai dengan menggunakan stereotipe yang gamblang. Aldi ngondhek dan sangat memperhatikan mode baju. Tidak saja dia terlalu kecil untuk membawa tas-tasnya sendiri, Nesta bercanda bahwa dia seperti ibunya, membawa barang yang terlalu banyak. Tapi, Aldi tidak malu dengan fakta bahwa dia mempunyai begitu banyak baju dan bahkan bercanda bahwa Nesta nanti akan memakainya juga. Di sini Aldi ditunjukkan sebagai manja, ide yang terus dilanjutkan sepanjang fi lm, terutama melalui ekspresi wajah- nya. Kontras dengan Nesta tampak jelas. Nesta berbadan fi t dan kuat dan tidak begitu memusingkan mode pakaian. Maka, dengan menggunakan stereotipe yang penonton familiar, adegan ini digu- nakan untuk menunjukkan pada penonton kekhasan hubungan antara dua laki-laki tersebut. Adalah instruktif bahwa adegan ini dihilangkan dalam novel, yang umumnya berusaha menghindari sterotipe simplistis fi lm, dengan menggunakan detil latar belakang untuk menambah kedalaman karakter dua laki-laki itu. Sebaliknya,

18 Christian Simamora, lahir 9 Juni 1983, telah menerbitkan beberapa novel ‘teenlit’, termasuk Jangan Bilang Siapa-siapa (2005), Elex Media Komputindo, Jakarta; Boylicious (2006), GagasMedia, Jakarta; Kissing Me Softly (pseudonim Ino Crystal, 2006), GagasMedia, Jakarta; Coklat Stroberi (2007a), GagasMedia, Jakarta; Macarin Anjing (2007b), GagasMedia, Jakarta; dan duet menulis bersama Windy Ariestanty, Shit Happens (2007), GagasMedia, Jakarta. Judul terakhir ini juga memiliki tema gay. Semua novel yang didaftar ini ditulis dalam bahasa Indonesia.

62 Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011

Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011 63

kita mendapatkan deskripsi Aldi menata barang-barang mereka di kamar baru mereka dan membayangkan mereka berdua tinggal da- lam kamar barunya bersama (Simamora 2007a, 47–48).

Satu tambahan penting muncul di akhir novel ketika Aldi dan Nesta sudah putus. Aldi menonton video hari kelulusan sekolah mereka dan kita membaca dalam novel bagaimana hubungan antara keduanya terbangun (Simamora 2007a, 144–146). Pada awalnya teman dekat, mereka mabuk di rumah orang tua Nesta (orang tuanya sedang pergi liburan), dan berciuman dalam dan lama. Setelah itu, Aldi tidak ingat apa yang terjadi. Tapi, ada sesuatu lain yang terjadi, dan mereka dengan imajinasi yang cukup dapat membayangkannya. Di sisi lain, untuk remaja-remaja yang ingin memfokuskan hanya pada kenikmatan ciuman yang lama dan bukan sesuatu yang lebih kontroversial, teks ini memperbolehkannya. Jika dalam fi lm hubungan ini tidak pernah ditunjukkan secara lebih seksual daripada sekedar sedikit adegan ciuman yang terinterupsi, dalam novelnya kita tidak meragukan lagi bahwa hubungan seksual mereka selama dua tahun terakhir. Dari novel ini, jelas bahwa aspek seksual hubungan mereka dimulai oleh Nesta. Jadi penulis tampaknya mengkontradiksi ide dalam representasi fi lm Nesta sebagai sekedar labil secara seksual. Detil tambahan ini membuat pembaca tidak terlalu meyakini penjelasan Nesta ke Aldi bahwa selama mereka berhubungan, dia menyimpan keragu-raguan.

Tambahan kedua yang patut dicatat muncul di akhir novel (Simamora 2007a, 173–175). Dengan diketahuinya bahwa Aldi sekarang berpasangan dengan Dani, kita diberi latar belakang ekstra yang penting mengenai hubungan mereka, yang dalam fi lmnya ditinggalkan dalam imajinasi kita. Pertama, kita diberi tahu bahwa beberapa bulan telah lewat dan keduanya perlahan-lahan saling mengenal satu sama lain. Ini tampak berlawanan dengan fi lmnya, yang memberi kesan bahwa waktu tidak lama berlalu. Kedua, ditampakkan bahwa kekasih baru Aldi, Dani, telah membuka diri pada orang tuanya di tahun terakhir kuliahnya, dan prosesnya pun sama sulitnya, di mana orang tuanya merespon dengan cara yang mirip dengan orang tua Aldi. Namun, setelah dia berhasil memulai bisnis sendiri yang sukses, mereka kemudian menerima putranya apa adanya. Dukungan Dani kepada Aldi, atas saran Citra, membawa mereka pada hubungan mereka sekarang. Dia sangat mendukung Aldi, mengingatkannya untuk sabar terhadap orang tuanya, dan teks buku ini menjelaskan bahwa tidak ada gangguan jangka panjang terhadap keluarganya sebagai konsekuensi usaha

Coklat Stroberi: Satu Roman Indonesia dalam Tiga Rasa

Ben Murtagh

anak-anaknya. Dalam dua kasus tersebut, tampak pentingnya usaha mereka untuk membangun kembali hubungan mereka dengan orang tua mereka. Sebagai contoh, kita diberitahu bahwa Dani menemani Aldi dalam beberapa kesempatan ia ke Bandung untuk mengunjungi orang tua Aldi. Sementara dalam fi lm, perselisihan antara orang tua dan anak ini tidak terselesaikan, novelnya menceritakan dengan cukup panjang untuk menunjukkan bahwa, meskipun prosesnya sulit, hubungan keluarga Aldi tidak sepenuhnya rusak karena kejujurannya. Membuka diri tidak menjadi sesuatu yang menyebabkan perselisihan keluarga yang abadi, tapi, meskipun tetap merupakan proses yang sulit, digambarkan sebagai sesuatu yang berdampak baik bagi kedua laki-laki muda tersebut.

Satu keistimewaan yang sedikit aneh dari novelnya, yang tidak ada dalam fi lmnya, berasal dari pencantuman lirik dari lagu- lagu George Michael dan Will Young (Simamora 2007a, vii, 151, 175)—keduanya penyanyi pop Inggris yang terkenal: George Mi- chael membuka diri setelah insiden terkenal di Los Angeles; dan Will Young memilih untuk membuka diri setelah memenangkan ajang bakat TV Inggris Pop Idol di tahun 2002. Paling janggal dari semuanya adalah akhir novel di mana semua karakter berada di konser Ungu mendengarkan band pop Indonesia, sementara kata- kata akhir dari teksnya mengambil lirik lagu berbahasa Inggris George Michael, ‘An Easier A ff air’. Kata-katanya dapat dengan jelas dibaca sebagai kebebasan yang dirasakan George Michael dengan membuka diri, dan memang, lagu tersebut tampaknya dipersem- bahkan kepada penggemar perempuannya yang tidak menyadari bahwa dia gay. Maka, di balik ketidakcocokan Ungu/George Mi- chael, pilihan Simamora untuk George Michael memiliki resonansi yang sepenuhnya cocok untuk makna novel. Tentunya, banyak laki-laki muda gay Indonesia cukup familiar dengan fakta bahwa kedua ikon pop tersebut gay, dan pencantuman lirik tersebut akan menambah arti bagi mereka (khususnya jika mereka mengerti ba-

hasa Inggris) 19 . Seberapa benar ini berlaku untuk penonton muda Indonesia sulit diukur. Simamora juga menambahkan beberapa potongan budaya pop Inggris dan Amerika dalam novelnya. Ini termasuk detail bahwa fi lm gay Amerika Adam dan Steve (sutradara Craig Chester,

19 Berdasarkan pertanyaan acak pada laki-laki gay di Jakarta dan Surabaya di akhir 2008, Will Young jauh kurang dikenal daripada George Michael

64 Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011

Coklat Stroberi: Satu Roman Indonesia dalam Tiga Rasa 2005) adalah fi lm favorit Aldi. Dalam menjelaskan pretensi menjadi

coklat (straight), contoh yang diberikan adalah dua orang Barat Dar- ren Hayes 20 dan Dave Koz 21 , keduanya membuka diri setelah gosip umum. Informasi lengkap latar belakang mengenai keduanya ini dicantumkan sebagai catatan kaki dalam novel (Simamora 2007a, 74). Setelah pembukaan dirinya, Aldi merenungkan fakta bahwa orang tuanya tidak akan pernah mendukungnya menghadiri ‘gay pride parade (parade kebanggan gay)’ (Simamora 2007a, 137)–yang cukup tidak sesuai, mengingat tidak pernah ada gay pride parade di Indonesia. Begitu pula ketia penulis menjelaskan pemahaman Citra dan Key mengenai hubungan Aldi dan Nesta dalam kaitannya den- gan hubungan dua karakter utama dalam fi lm Brokeback Mountain, yang cukup terkenal di Indonesia dan tampaknya, sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, adalah inspirasi Upi dalam menu- lis screenplay-nya. Menariknya, ketika Key melihat ciuman antara Aldi dan Nesta, dan dijelaskan seperti melihat Heath Ledger dan Jake Gyllenhaal berciuman dalam Brokeback Mountain, suara narasi novelnya merefl eksikan bahwa dalam fi lm itu hanyalah aktor yang mengikuti script, tidak nyata sebagaimana terjadi antara Aldi dan Nesta (Simamora 2007a, 138).

Hasil dari tambahan-tambahan ini adalah membuat novelnya mejadi jauh ‘lebih gay’ dibandingkan fi lmnya. Penting mengingat bahwa ini adalah skenario yang ditulis oleh seorang perempuan heteroseksual, dan diadaptasi oleh penulis laki-laki yang tampaknya cukup tertarik untuk merepresentasikan karakter laki-laki gay dalam tulisannya, sebagaimana terbukti dari novel yang ia co-author di tahun 2007, Shit Happens, yang menampilkan karakter gay Sebastian. Meskipun dibatasi dalam tulisannya dengan fakta bahwa dia hanya mengadaptasi skenario fi lm Upi, Simamora bagaimanapun juga membawa pengetahuan mengenai budaya gay yang cukup mengubah rasa novelnya. Penulis tidak harus melakukan ini. Dia dapat lebih mengikuti skenario asal, atau dia dapat memilih untuk lebih mengembangkan cerita Key dan Citra. Meskipun begitu, penting dicatat bahwa dalam menjelaskan alur cerita gay tersebut, Christian Simamora menggunakan berbagai contoh dari Barat. Jelas ada perangkulan pengetahuan mengenai budaya

20 Penyanyi Australia yang awalnya menjadi terkenal sebagai bagian dari Savage Garden yang sekarang sudah bubar. 21 Seorang pemain saxofon Amerika.

Jurnal Gandrung Vol.2 No.1 Juni 2011 65

Ben Murtagh

gay di Barat untuk menjelaskan karakter-karakter homoseksual Indonesia. Satu pertanyaan yang muncul adalah mengapa tidak ada keterlibatan ikon dan tradisi nonheteronormatif dari budaya(- budaya) Indonesia, yang jelas-jelas ada. Paradoks ini tidak terbatas pada Coklat Stroberi. Sebagaimana saya catat di kesempatan lain, aktor-aktor yang memainkan karakter gay Indonesia menyatakan bahwa mereka meneliti peran mereka dengan menonotn acara televisi seperti serial Amerika Queer as Folk (Murtagh 2006, 214). Selain dua kunjungan ke nightclub gay kelas atas di Jakarta, Heaven, dengan dua aktor laki-laki utama, penelitian Ardy Octaviand mengenai karakter gay termasuk menonton acara televisi dan fi lm Barat, sekali lagi termasuk Queer as Folk (Octaviand, wawancara pribadi, 8 Juli 2008).