Uji Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik

3.8.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara varibel bebas independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal yang artinya variabel independent sama dengan nol. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF, jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10 berarti tidak ada multikoleniaritas antar variabel bebas dalam model regresi.

3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika variance berbeda disebut heteroskedastitsitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada grafik. Jika pola titik-titik yang terbentuk membentuk pola teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sebaliknya, jika tidak terbentuk pola yang jelas dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Universitas Sumatera Utara pada model regresi. Cara lain selain menggunakan metode grafik untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model adalah dengan melakukan serangkaian uji Gletser. Menurut Gujarati 2004 Uji Gletser ini dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Uji Gletser ini dilakukan dengan membentuk persamaan berikut: │ei│= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + vi Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan uji Gletser adalah melakukan regresi awal untuk mendapatkan nilai residu. Kemudian nilai residu tersebut dibuat absolut, untuk kemudian dilakukan regresi secara berpasangan dengan variabel independen. Jika nilai-nilai t- hitung dalam regresi berpasangan tersebut signifikan, berarti terjadi masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak signifikan, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji Glejser dapat dilihat jika variabel independen singnifikan dibawah 5 secara statistik, maka di indikasikan terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5 maka model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Objek Penelitian 5.1.1.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai sebagai unit organisasi yang berada di bawah Departemen Keuangan maka tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC telah ditentukan secara jelas dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100PMK.012008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan . Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut tugas DJBC adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. DJBC dalam rangka pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan Departemen Keuangan maka DJBC menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai, 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai, 3. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang kepabeanan dan cukai, 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kepabeanan dan cukai, 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Selain tugas dan fungsi yang telah dirumuskan dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut, pada tataran global telah menjadi suatu konvensi kesepakatan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B MEDAN)

4 89 15

Analisis Pengaruh Sistem Penggajian(Remunerasi) Berbasis Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Pelaksana Di Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan

2 45 121

PROSEDUR PENYELESAIAN BARANG TIDAK DIKUASAI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG

1 24 72

JAMINAN KEPABEANAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

2 10 73

SISTEM PELAYANAN INFORMASI BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 4

EVALUASI SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA.

1 1 16

SISTEM OTOMATISASI KANTOR DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA.

0 1 15

Prosedur Penindakan Barang Kiriman Pos Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta Cover

0 0 16

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B MEDAN)

0 2 15

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean B Yogyakarta - DAMPAK PENGEMBALIAN PITA CUKAI TERHADAP PENERIMAAN DI KPPBC TIPE MADYA PABEAN B YOGYAKARTA - UNS Institutional

0 0 17