8
Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium
Sumber: http:www.scielo.brscielo.php
2.2 Teori Diamond Porter
Secara umum klaster dapat didefinisikan sebagai hubungan interaksi dan fungsional dari beberapa pelaku yang dikonsentrasikan pada letak geografis, jenis
industri maupun ketersediaan sumber daya alam tertentu sehingga sering disebut
Universitas Sumatera Utara
9
dengan klaster industri Doeringer dan Terkla, 1995. Menurut Porter: Porter, 1998 beberapa keuntungan kompetititf dari pendekatan klaster yaitu:
- Efisiensi : kedekatan geografis akan berdampak terhadap pengurangan biaya
dalam operasionalisasi transportasi dan komunikasi dan biaya produksi, serta memungkinkan efisiensi lainnya seperti pembiayaan bersama cost sharing dan
pembagian risiko risk sharing -
Produktif: sebagai dampak adanya spesialisasi specialized labor pool, specialized input supplier, and technological supplier
maka para pelaku dapat memfokuskan pada kompetensi masing-masing. Dalam banyak hal ini juga
dapat meningkatkan produktivitas. -
Inovatif: merupakan output dari interaksi sinergis oleh para aktor, termasuk didalamnya keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian akan
meningkatkan kemampuan kolektif. Beberapa teknik riset menganalisa bentuk klaster menurut Organisation for
Economic Co-Operation and Development OECD 1999, Dedy Saputra dkk yaitu: 1. Input-output analysis, memfokuskan pada hubungan interaksi antara industri
yang terdapat pada rantai nilai ekonomi. 2. Graph analysis, didasarkan pada teori grafik, mengidentifikasi hubungan
kelompok dan jaringan lainnya antarperusahaan atau grup industri. 3. Correspondence analysis, misalnya analisa faktor, analisa komponen utama,
penilaian multi-dimensional dan korelasi. Teknik ini bertujuan mengidentifikasi kelompok usaha atau industri yang memiliki inovasi yang sejenis.
4. Qualitative case study Porter yang dikenal dengan Diamond Porter, digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif dan pengembangan ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
10
Bentuk diagram Diamond Porter digunakan sebagai dasar kerangka untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu keunggulan nasional seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.3:
Gambar 2.3. Diagram Diamond Porter
Sumber: Porter,1998
Teori klasik perdagangan internasional menyatakan bahwa keunggulan komparatif adalah hibah pemberian termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga
kerja, dan ukuran penduduk setempat. Michael E Porter berpendapat bahwa suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil,
teknologi yang kuat dan basis pengetahuan, dukungan pemerintah dan budaya. Peranan masing-masing komponen pada Diamond Porter dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
11
l. Kondisi Faktor -
Sebuah negara sendiri menciptakan faktor penting, bukan diwariskan. seperti sumber daya yang terampil dan basis teknologi. Faktor-faktor produksi seperti
tenaga kerja tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan yang akhirnya tidak memiliki nilai kompetitif. Negara-
negara yang memiliki sumber daya terbatas seringkali membuat mereka menjadi kompetitif dan inovatif.
2. Kondisi Permintaan -
Penerimaan yang baik sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif memberikan
masukan terhadap kualitas yang dapat memacu industri lokal meningkatkan kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks
internasional, maka industri lokal menjadi kompetitif dalam pasar global. 3. Industri Pendukung dan Terkait
- Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif; perusahaan menikmati input
biaya yang lebih efektif dan inovatif. -
Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing industri.
4. Strategi, Struktur dan Persaingan antar Perusahaan -
Kondisi lokal mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung
menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek seperti komputer. Sedangkan negara dengan sistem permodalan
jangka panjang cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka panjang seperti farmasi.
Universitas Sumatera Utara
12
- Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh,
perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga.
- Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut.
Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut.
Peran pemerintah dalam model adalah: -
Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat.
- Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan.
- Fokus pada penciptaan faktor khusus.
- Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan
menegakkan peraturan antitrust.
2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi