Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi

12 - Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga. - Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut. Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut. Peran pemerintah dalam model adalah: - Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat. - Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan. - Fokus pada penciptaan faktor khusus. - Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan menegakkan peraturan antitrust.

2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi

Untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi ada beberapa metode penilaian yang digunakan antara lain: 1. Analisis biaya manfaat 2. Analisis nilai tambah 3. Metode multiflier. Analisis biaya-manfaat Cost Benefit Analysis-CBA, kadang disebut analisis manfaat-biaya Benefit Cost Analysis-BCA, adalah pendekatan pengambilan keputusan ekonomi, digunakan terutama dalam pemerintahan dan bisnis. CBA digunakan dalam penilaian apakah yang diusulkan proyek, program atau kebijakan Universitas Sumatera Utara 13 layak dilakukan, atau untuk memilih antara beberapa alternatif yang ada. Termasuk membandingkan total biaya yang diharapkan pada setiap pilihan dengan total manfaat yang diharapkan www.wikipedia.com. Salah satu metoda yang digunakan adalah Discounted Cash Flow yaitu metode untuk memberi peringkat proposal investasi yang menggunakan konsep nilai waktu dari uang Eugene F, 2001 dengan beberapa indikator yang digunakan yaitu: - Margin pendapatan bersih yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan - Internal Rate of Return IRR yaitu tingkat pengembalian investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus masuk kas dimasa mendatang terhadap biaya proyek - Return On Invesment ROI yaitu laba bersih dibagi investasi - Payback period yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan bagi pendapatan investasi bersih untuk menutup biayanya Pengertian nilai tambah value added adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan Hayami et al, 1987. M =NP-NB, dimana: M =marjinal tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha NP = nilai produk NB = nilai bahan baku Universitas Sumatera Utara 14 NT= M x Q, dimana: NT = nilai tambah Q = jumlah produk Multiplier investasi menggambarkan seberapa besar peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan Produk Domestik Bruto yang terjadi sebagai akibat dari adanya tambahan investasi di suatu sektor seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Metode perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong 2000. Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008 – 2013 Dari tabel di atas terlihat bahwa multiflier investasi terbesar pada sektor industri makanan dan minuman sebesar 3,025 sedangkan pada sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar 2,352. Hal ini berarti setiap peningkatan investasi di sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar Rp 1 milyar akan menghasilkan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar Rp 2,352 milyar. No Sektor Multiflier investasi 1 Industri Makanan dan Minuman 3.025 2 Sektor Listrik, Gas Air Minum 2.728 3 Industri Barang dari Karet 2.575 4 Industri Logam dasar besi dan baja 2.352 5 Sektor Bangunan 2.235 6 Industri Produk Kimia 2.215 7 Industri lainnya 2.182 8 Industri Pemintalan, Textile, Kulit Pakaian 2.118 9 Sektor Restaurants hotels 2.075 10 Industri Produk Kayu 2.066 11 Industri Kertas dan Produk Kertas 2.065 12 Sektor Pengangkutan 2.000 13 Industri Semen dan galian bukan logam 1.857 14 Industri mesin,mesin listrik,alat2 perlengkapan listrik 1.745 15 Industri alat pengangkutan 1.663 16 Sektor Lainnya 1.599 17 Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan 1.514 18 Industri Rokok 1.419 19 Sektor Perdagangan 1.404 20 Sektor Jasa Keuangan, sewa business services 1.346 21 Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,Kehutanan Perikanan 1.289 22 Sektor Pertambangan non migas 1.246 23 Sektor Komunikasi 1.201 24 Sektor pertambangan migas dan refinery 1.177 Universitas Sumatera Utara 15 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL Untuk mengembangkan industri hilir aluminium yang terintegrasi di Kuala Tanjung diperlukan analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung dan terkait dengan pengoperasian PT Asahan Aluminium Alloys diperlukan analisis manfaat secara ekonomis. Untuk mengetahui analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung diperlukan analisis komponen Diamond Porter. Untuk mengetahui analisis manfaat secara ekonomis dilakukan dengan Cost Benefit Analysis dan analisa Nilai Tambah. Kerangka Konseptual digambar secara skematik seperti pada Gambar 3.1 : Gambar 3.1 : Skema Kerangka Konseptual Komponen Diamond Porter M anfaat beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys Pengembangan Industri Aluminium yang terintegrasi di Kuala Tanjung 1. Fakt or kondisi 2. St rat egi, St rukt ur dan Persaingan ant ar perusahaan 3. Indust ri t erkait dan pendukung 4. Kondisi permint aan 1. Cost Benef it Analysis - M arginal Pendapat an Bersih - IRR - ROI - Payback Period 2. Nilai Tambah 1. Pendekat an mult iplier invest asi - Tot al invest asi - Fakt or mult if lier invest asi 2. Pendekat an nilai t ambah dengan harga jual dan marginal cost - M arginal - Jumlah produksi Potensi Pengembangan Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung Universitas Sumatera Utara 16

BAB IV METODE PENELITIAN