Analisis Potensi Pengembangan Industri Hilir Aluminium Di Kuala Tanjung (Studi Kasus Pada PT Asahan Aluminium Alloys)
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN
INDUSTRI HILIR ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG
(STUDI KASUS PADA PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)
GELADIKARYA
Oleh:
Muhammad Ridwan
NIM 087007066
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Geladikarya : ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR
ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG (STUDI KASUS PADA PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)
Nama :MUHAMMAD RIDWAN
NIM :087007066
Program Studi :Magister Manajemen
Konsentrasi :Manajemen Teknologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Ketua
Drs. Irwan Djanahar, Ak. MAFIS Anggota
Ketua Program Studi Direktur
Prof.Dr.Ir. Darwin Sitompul, M.Eng Prof.Dr.Ir.Rahim Matondang, MSIE NIP. 195011061978021001 NIP. 195281519800631001
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Geladikarya yang berjudul:
“ ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR
ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG (STUDI KASUS PADA PT ASAHAN
ALUMINIUM ALLOYS)”
Adalah benar hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan, judul yang dimaksud belum pernah dimuat atau dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang dipergunakan telah dinyatakan secara jelas.
Medan, 5 Januari 2012
(Muhammad Ridwan) 087007066
(4)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Industri aluminium adalah industri logam dasar disamping industri besi, tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan terutama pada infrastruktur dan pendukung sektor industri lainnya. Perkembangan industri ini dimulai dengan beroperasinya produsen aluminium primer PT Inalum pada tahun 1982 dengan kapasitas terpasang 225.000 ton per tahun.
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah aluminium, Pemerintah melalui Otorita Asahan akhirnya mendirikan PT Asahan Aluminium Alloys (PT AAA) yaitu industri antara yang menghubungkan industri primer dengan industri hilir aluminium. Sejak didirikan tahun 2000 hingga saat ini industri tersebut masih belum beroperasi. Kondisi ini tentu saja merugikan mengingat industri hilir masih mengimpor produk industri antara dalam bentuk log/billet/alloy sebelum dilakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.
Penelitian dilakukan dengan menganalisa potensi industri hilir aluminium di Kuala Tanjung dianalisa menggunakan teori Diamond Porter dengan keempat komponen sebagai berikut: faktor kondisi, kondisi permintaan, strategi, struktur dan persaingan antarperusahaan serta industri terkait dan pendukung.
Peran Pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat juga dipertimbangkan dalam analisa potensi. Pemerintah kabupaten Batu Bara telah mengusulkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diusulkan terletak di Dua Kecamatan yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 Ha dan Kecamatan Medang Deras dengan luas wilayah 6.547 Ha. Lahan yang digunakan sebagai
(5)
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah seluas ± 1000 Ha. Selain itu, pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), telah menetapkan Kuala Tanjung dan Batam ditetapkan sebagai Global Hub untuk Koridor Ekonomi Sumatera. Hal ini akan mendorong penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri yang ada di Kuala Tanjung.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, penulis berkesimpulan bahwa kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi pengembangan industri hilir aluminium dengan keunggulan seperti: potensi pembelian bahan baku aluminium cair dan biaya transportasi bahan baku yang murah. Selain itu dengan beroperasinya industri hilir PT AAA akan meningkatkan Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Batu Bara melalui nilai tambah dari industri pengolahan aluminium maupun dari multiflier investasi pada industri aluminium hilir tersebut.
Akhirnya potensi pengembangan industri hilir di kawasan industri Kuala Tanjung perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan industri hilir dengan PT Inalum sebagai sentral industri aluminium. Selain itu industri terkait dan pendukung industri hilir perlu terus dikembangkan guna meningkatkan nilai tambah industri hilir aluminium.
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Alur Dua Pangkalan Brandan, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara, pada 15 Mei 1972, sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Alm. Abdul Wahid dan Almh. Umi Kalsum Siregar.
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1985 tamat dari Sekolah Dasar Negeri 050757 Alur Dua Pangkalan Brandan, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara 2. Tahun 1988 tamat dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pangkalan
Brandan, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara 3. Tahun 1991 tamat dari Sekolah Menengah Atas Negeri Pangkalan Brandan,
Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara
4. Tahun 1998 tamat dari Program S1 Jurusan Mesin Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Propinsi Sumatera Utara
5. Tahun 2008 mengikuti Program Pascasarjana Magister Manajemen, Universitas Sumatera Utara, Propinsi Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
1. Tahun 1998~2000 sebagai Engineer PT Truba Jurong Engineering, Tanjung Enim Lestari–Musi Project, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
2. Tahun 2000~2001 sebagai Engineer PT Truba Jurong Engineering, Riau Andalan Pulp and Paper Project, Pelalawan, Riau
(7)
3. Tahun 2001~2008 sebagai Staff PT Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara
4. Tahun 2008~2011 sebagai Pengawas Koperasi Karyawan Inalum, Kuala Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara
5. Tahun 2008~sekarang sebagai Junior Manager PT Indonesia Asahan aluminium, Kuala Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadhirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya akhirnya Geladikarya ini dapat diselesaikan dengan judul :
“ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR
ALUMINIUM DI KUALA TANJUNG
(STUDI KASUS PADA PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS)”
Geladikarya ini dibuat dalam rangka penyelesaian tugas akhir program Magister Manajemen, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
Di dalam penulisan Geladikarya ini, penulis banyak mendapat arahan, bimbingan, saran maupun petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT selaku Sekretaris Program
Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga M.Eng dan Drs. Irwan Djanahar Ak. MAFIS Selaku dosen Pembimbing
6. Seluruh Dosen dan Pegawai yang telah banyak berjasa selama perkuliahan penulis
(9)
7. Direksi dan Staf Pimpinan PT Inalum Kuala Tanjung, yang banyak mendorong penulis dalam menyelesaikan pendidikan pasacasarjana
8. Bapak Ir. Herman Sudarto dan Staf Pimpinan PT Asahan Aluminium Alloys Kuala Tanjung yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Geladikarya ini
9. Istriku tercinta Kordiana Sari, SE yang terus menerus memberikan dorongan kepada penulis
10. Anak-anakku tersayang Ridho Fathurrahman, Yusuf Rifqi dan Hanif Akbar yang selalu menghibur dan memberikan inspirasi kepada penulis 11. Rekan-rekan Mahasiswa Program Magister Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Executive Class angkatan XIII dan XIV terutama Bambang Irianto, Ismadi YS dan Jevi Amriyang tak henti-hentinya mendukung penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala koreksi, kritik dan saran serta bantuan yang diberikan sehingga Geladikarya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Medan, 5 Januari 2012
(Muhammad Ridwan) 087007066
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN GELADIKARYA ... i
LEMBAR PENYATAAN...ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
RIWAYAT HIDUP...v
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.4 Manfaat Penelitian ...4
1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ...5
1.5.1 Batasan Penelitian...5
1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian ...5
BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Industri Hilir Aluminium ...6
2.2. Teori Diamond Porter...8
2.3. Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi ...12
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL...15
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...16
4.2 Sumber dan Jenis Data ...16
4.3 Teknik Pengumpulan Data ...17
(11)
BAB V. DESKRIPSI KAWASAN KUALA TANJUNG DAN PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Batubara ...18
5.2 Perekonomian Daerah ...19
5.3 Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung ...24
5.4 Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ...26
5.5 Deskripsi PT Asahan Aluminium Alloys...28
5.5.1 Jenis usaha ...29
5.5.2 Lokasi dan Proses Produksi...30
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Industri Aluminium di Indonesia...32
6.1.1 Permintaan dan Penawaran Aluminium ...34
6.1.2 Distribusi Industri Hilir Secara Geografi...35
6.1.3 Pemain Utama Industri Hilir...36
6.2 Analisis Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung...38
6.2.1 Faktor Kondisi ...38
6.2.2 Strategi, Struktur dan Persaingan Antarperusahaan ...40
6.2.3 Industri Terkait dan Pendukung ...41
6.2.4 Kondisi Permintaan ...42
6.3 Analisis Manfaat Ekonomis PT Asahan Aluminium Alloys ... di Kuala Tanjung ...44
6.3.1 Estimasi Operasional PT AAA...45
6.3.2 Perhitungan Nilai Tambah PT AAA ...46
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...49
7.2 Saran ...50
DAFTAR PUSTAKA ...51 LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Tabel 1.1 Bentuk Produk Aluminium 1
2. Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor 14
3. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 16
4. Tabel 5.1 Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Batu Bara ADHK 2000-2007 19 5. Tabel 5.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Batu Bara 2002-2007 20
6. Tabel 5.3 PDRB Batubara dan Sumatera Utara
Menurut Lapangan Usaha 20
7. Tabel 5.4 Rasio Elektrifikasi 24
8. Tabel 5.5 Komposisi Kepemilikan Saham PT AAA 29
9. Tabel 6.1 Perdagangan Aluminium Indonesia 33
10. Tabel 6.2 Permintaan Aluminium di Indonesia Tahun 2010 34 11. Tabel 6.3 Penawaran Aluminium di Indonesia Tahun 2010 35 12. Tabel 6.4 Lokasi Industri Hilir Aluminium di Indonesia 36 13. Tabel 6.5 Pemain Utama Industri Hilir Aluminium
di Indonesia 36
14. Tabel 6.6 Kondisi Infrastruktur di Indonesia 39 15. Tabel 6.7 Komponen Keunggulan Bersaing
(13)
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Gambar 1.1 Realisasi Penjualan Domestik PT Inalum Tahun
Fiskal 2010 2
2. Gambar 2.1 Pohon Produksi Aluminium 7
3. Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium 8
4. Gambar 2.3 DiagramDiamondPorter 10
5. Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual 15
6. Gambar 5.1 Peta Kabupaten Batu Bara 18
7. Gambar 5.2 Global Hub Kuala Tanjung 28
8. Gambar 5.3 Alur Proses Produksi di PT AAA 31
9. Gambar 6.1 Struktur Industri Aluminium 40
10. Gambar 6.2 Model Diamond Porter Industri Hilir Aluminium
di Kuala Tanjung 43
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks
1. Lampiran 1 PT Asahan Aluminium Alloys - Proyeksi Laba Rugi 2. Lampiran 2 PT Asahan Aluminium Alloys - Proyeksi Aliran Arus Kas
(15)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Industri aluminium adalah industri logam dasar disamping industri besi, tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan terutama pada infrastruktur dan pendukung sektor industri lainnya. Perkembangan industri ini dimulai dengan beroperasinya produsen aluminium primer PT Inalum pada tahun 1982 dengan kapasitas terpasang 225.000 ton per tahun.
Dalam rangka meningkatkan nilai tambah aluminium, Pemerintah melalui Otorita Asahan akhirnya mendirikan PT Asahan Aluminium Alloys (PT AAA) yaitu industri antara yang menghubungkan industri primer dengan industri hilir aluminium. Sejak didirikan tahun 2000 hingga saat ini industri tersebut masih belum beroperasi. Kondisi ini tentu saja merugikan mengingat industri hilir masih mengimpor produk industri antara dalam bentuk log/billet/alloy sebelum dilakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.
Penelitian dilakukan dengan menganalisa potensi industri hilir aluminium di Kuala Tanjung dianalisa menggunakan teori Diamond Porter dengan keempat komponen sebagai berikut: faktor kondisi, kondisi permintaan, strategi, struktur dan persaingan antarperusahaan serta industri terkait dan pendukung.
Peran Pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat juga dipertimbangkan dalam analisa potensi. Pemerintah kabupaten Batu Bara telah mengusulkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diusulkan terletak di Dua Kecamatan yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 Ha dan Kecamatan Medang Deras dengan luas wilayah 6.547 Ha. Lahan yang digunakan sebagai
(16)
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah seluas ± 1000 Ha. Selain itu, pemerintah pusat melalui Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), telah menetapkan Kuala Tanjung dan Batam ditetapkan sebagai Global Hub untuk Koridor Ekonomi Sumatera. Hal ini akan mendorong penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan oleh industri yang ada di Kuala Tanjung.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, penulis berkesimpulan bahwa kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi pengembangan industri hilir aluminium dengan keunggulan seperti: potensi pembelian bahan baku aluminium cair dan biaya transportasi bahan baku yang murah. Selain itu dengan beroperasinya industri hilir PT AAA akan meningkatkan Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Batu Bara melalui nilai tambah dari industri pengolahan aluminium maupun dari multiflier investasi pada industri aluminium hilir tersebut.
Akhirnya potensi pengembangan industri hilir di kawasan industri Kuala Tanjung perlu ditindaklanjuti dengan pembangunan industri hilir dengan PT Inalum sebagai sentral industri aluminium. Selain itu industri terkait dan pendukung industri hilir perlu terus dikembangkan guna meningkatkan nilai tambah industri hilir aluminium.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri aluminium adalah industri logam dasar disamping industri besi, tembaga dan lain-lain yang sangat dibutuhkan terutama pada infrastruktur dan pendukung sektor industri lainnya seperti: mesin, suku cadang otomotif, badan pesawat terbang, konstruksi, komponen dan perangkat elektronik serta peralatan rumah tangga.
Aluminium dihasilkan pabrik peleburan aluminium melalui proses terhadap bahan baku berupa alumina didalam tungku yang dikenal sebagai pot reduksi. Produk yang dihasilkan berupa aluminium primer yang selanjutnya akan diproses lanjut menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi seperti: batangan ingot, pelet, butiran, serbuk, slab/pelat,billet/pipa pejal dan pipa berlubang seperti Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Bentuk Produk Aluminium
Extruded Profile Machine product Frames Pipes tubes Primary aluminium
Aluminium alloy Coil, sheet, plates Tile containers floor Melted aluminium & alloy Cans
Household items Foils Packages wrappings
Thin foils Rod Bars Unshielded cable
Shielded cable Fittings wires Flakes Forging castings Aluminium powder
Primary Sector Semi-Finished Product End Product
(18)
64%
17%
19%
Jabodetabek Medan Surabaya
PT. Inalum adalah salah satu produsen aluminium primer dalam bentuk ingot dengan kapasitas terpasang 225.000 ton per tahun. Jenis produk sesuai kesepakatan antara pihak Jepang dan Indonesia hanya terbatas dalam bentuk ingot saja. Saat ini produk yang dihasilkan sekitar 250.000 ton per tahun dimana penjualan produk sesuai dengan proporsional saham, 60% diekspor ke Jepang dan 40% untuk kebutuhan dalam negeri. Realisasi penjualan domestik PT Inalum pada tahun fiskal 2010 seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1:
Gambar 1.1 Realisasi Penjualan Domestik PT Inalum Tahun Fiskal 2010
Industri hilir aluminium sebagian besar berlokasi di Pulau Jawa dan sebagian di Sumatera Utara. Sebagian industri hilir aluminium tersebut melebur ingot untuk diubah bentuk menjadi billet/alloy dilanjutkan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir. Sementara sebahagian lainnya mengimpor billet/alloy kemudian melakukan proses ekstrusi untuk mendapatkan produk akhir.
Tahun 2013 adalah periode yang penting bagi industri aluminium di Indonesia sehubungan berakhirnya masa kerja sama antara pemegang saham Pemerintah Indonesia dan konsorsium perusahaan Jepang. Dengan perubahan pengelolaan PT Inalum akan terbuka peluang industri hilir aluminium dalam negeri
(19)
untuk menyerap sebahagian atau keseluruhan 60% produk ingot yang selama ini diekspor ke Jepang guna menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi baik untuk produk dalam negeri maupun produk orientasi ekspor.
Dalam rangka pengembangan industri aluminium sebagai salah satu jenis industri yang bersifat strategis dan sekaligus guna meningkatkan nilai tambah pabrik PT Inalum, pada tahun 1980-an Pemerintah memutuskan membangun satu pabrik paduan aluminium (aluminium alloy casthouse) dengan billet dan foundry alloy
sebagai produk utamanya. Industri tersebut adalah PT Asahan Aluminium Alloy di Kuala Tanjung sebagaiindustri antarayang akan menjembatani antara industri hulu aluminium dengan industri hilir aluminium namun hingga kini industri tersebut masih belum beroperasi.
Kenyataan:
Industri hilir aluminium mengimpor bahan bakubillet/alloy
Telah berdiri industri hilir aluminium yang menghasilkanbillet/alloy
di Kuala Tanjung namun sejak didirikan masih belum beroperasi Harapan:
Sebagian bahan bakubillet/alloyberasal dari industri antara yang ada di dalam negeri
Beroperasinya industri hilir aluminium PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung.
Dari uraian di atas pembahasan akan difokuskan pada permasalahan potensi pengembangan industri hilir aluminium pada daerah Kuala Tanjung bila beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys.
(20)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi pengembangan industri hilir aluminium dengan
beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung
2. Bagaimana manfaatnya secara ekonomis beroperasinya industri hilir PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi ekonomis pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung
2. Untuk mengetahui manfaat secara ekonomis beroperasinya industri hilir PT Asahan Aluminium Alloys di Kuala Tanjung
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai dokumen yang dapat digunakan untuk memperkaya kajian dalam pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
2. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan manajemen yang diterima pada sekolah pasca sarjana, program Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
3. Bagi Masyarakat
Memahami dan mendukung pengembangan industri aluminium di Indonesia.
(21)
1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1. Batasan Penelitian
1. Pembahasan Industri hilir aluminium dibatasi hanya pada industri antara (semi finished product) dalam bentuk billet dan foundry alloy
yang akan dikembangkan di Kuala Tanjung.
2. Penelitian hanya mengkaji ulang kelayakan ekonomis dengan asumsi estimasi harga bahan baku, produk serta nilai asset berdasarkan kondisi pada tahun 2010
3. PT Asahan Aluminium Alloys beroperasi dengan bahan baku berupa aluminium cair dari PT Inalum (asumsi setelah Perjanjian Induk berakhir pada tahun 2013 PT Asahan Aluminium Alloys memperoleh sebahagian dari 60% produk ingot yang selama ini diekspor ke Jepang dalam bentuk aluminium cair)
1.5.2 Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian dilakukan dengan pendekatan Manajemen Strategis, Analisis Lingkungan Usaha, Ekonomi Makro, Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan.
(22)
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Industri Hilir Aluminium
Industri aluminium terdiri dari industri primer, industri antara dan industri hilir. Industri primer adalah industri peleburan alumina menjadi aluminium. Bentuk produk yang dihasilkan pabrik peleburan adalah sebagai berikut (Aluminium Handbook 2:1999):
1. Aluminium ingot tanpa bahan tambahan. Ingot ini akan dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum 25 kg per batang, sedangkan dalam ukuran besar 500 kg hingga 2 ton.
2. Aluminium ingot dengan bahan tambahan. Ingot ini juga dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum per tumpuk 500 hingga 1000 kg.
3. Pelet, butiran dan serbuk. Pelet berukuran diameter 3 hingga 20 mm, butiran berukuran diameter 0.5 hingga 3 mm sedangkan serbuk berdiameter kurang dari 0.5 mm.
4. Bentuk tertentu sepertislab/pelat dengan berat 50 kg hingga 13 ton (berukuran 2500 x 600 x 3900 mm), billet/pipa pejal dan pipa berlubang dengan diameter hingga 500 mm dan panjang 3900 mm serta berat 2 ton, persegi dengan panjang tertentu dan wire bars/batangan kabel seberat 80 kg.
5. Aluminium cair dimana pengiriman cairan aluminium ke pencetakan dan pabrik menggunakan kontainer yang diisolasi panas secara khusus atau menggunakan kendaraan khusus.
(23)
Dari kelima bentuk produk aluminium sektor primer di atas, selanjutnya akan diproses lanjut oleh industri antara menjadi produk setengah jadi ataupun oleh industri hilir menjadi produk jadi yang dapat digunakan oleh konsumen, misalnya: frame, pipa, kaleng, bahan bangunan dan lain-lain seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 Pohon Industri Aluminium.
Gambar 2.1. Pohon Industri Aluminium
(Sumber: http://www.kemenperin.go.id)
Nilai tambah dari setiap kegiatan proses di atas terlihat pada rantai nilai produksi aluminium seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 rantai nilai produksi aluminium. Dari gambar tersebut, nilai tambah (added value) dari produk primer ke produk setengah jadi sebesar 10 ~100% sedangkan nilai tambah dari produk primer ke produk jadi sebesar 60 ~ 325%
(24)
Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium
(Sumber:http://www.scielo.br/scielo.php)
2.2 Teori Diamond Porter
Secara umum klaster dapat didefinisikan sebagai hubungan interaksi dan fungsional dari beberapa pelaku yang dikonsentrasikan pada letak geografis, jenis industri maupun ketersediaan sumber daya alam tertentu sehingga sering disebut
(25)
dengan klaster industri (Doeringer dan Terkla, 1995). Menurut Porter: (Porter, 1998) beberapa keuntungan kompetititf dari pendekatan klaster yaitu:
- Efisiensi : kedekatan geografis akan berdampak terhadap pengurangan biaya dalam operasionalisasi (transportasi dan komunikasi) dan biaya produksi, serta memungkinkan efisiensi lainnya seperti pembiayaan bersama (cost sharing) dan pembagian risiko (risk sharing)
- Produktif: sebagai dampak adanya spesialisasi (specialized labor pool, specialized input supplier, and technological supplier) maka para pelaku dapat memfokuskan pada kompetensi masing-masing). Dalam banyak hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas.
- Inovatif: merupakan output dari interaksi sinergis oleh para aktor, termasuk didalamnya keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian akan meningkatkan kemampuan kolektif.
Beberapa teknik riset menganalisa bentuk klaster menurut Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD 1999, Dedy Saputra dkk) yaitu: 1. Input-output analysis, memfokuskan pada hubungan interaksi antara industri
yang terdapat pada rantai nilai ekonomi.
2. Graph analysis, didasarkan pada teori grafik, mengidentifikasi hubungan kelompok dan jaringan lainnya antarperusahaan atau grup industri.
3. Correspondence analysis, misalnya analisa faktor, analisa komponen utama, penilaian multi-dimensional dan korelasi. Teknik ini bertujuan mengidentifikasi kelompok usaha atau industri yang memiliki inovasi yang sejenis.
4. Qualitative case study Porter yang dikenal denganDiamond Porter,digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif dan pengembangan ekonomis.
(26)
Bentuk diagram Diamond Porter digunakan sebagai dasar kerangka untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu keunggulan nasional seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3:
Gambar 2.3. DiagramDiamondPorter
(Sumber: Porter,1998)
Teori klasik perdagangan internasional menyatakan bahwa keunggulan komparatif adalah hibah (pemberian) termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga kerja, dan ukuran penduduk setempat. Michael E Porter berpendapat bahwa suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil, teknologi yang kuat dan basis pengetahuan, dukungan pemerintah dan budaya. Peranan masing-masing komponen padaDiamondPorter dijelaskan sebagai berikut:
(27)
l. Kondisi Faktor
- Sebuah negara sendiri menciptakan faktor penting, bukan diwariskan. seperti sumber daya yang terampil dan basis teknologi. Faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan yang akhirnya tidak memiliki nilai kompetitif. Negara-negara yang memiliki sumber daya terbatas seringkali membuat mereka menjadi kompetitif dan inovatif.
2. Kondisi Permintaan
- Penerimaan yang baik sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif memberikan masukan terhadap kualitas yang dapat memacu industri lokal meningkatkan kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks internasional, maka industri lokal menjadi kompetitif dalam pasar global. 3. Industri Pendukung dan Terkait
- Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif; perusahaan menikmati input biaya yang lebih efektif dan inovatif.
- Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing industri.
4. Strategi, Struktur dan Persaingan antar Perusahaan
- Kondisi lokal mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek seperti komputer. Sedangkan negara dengan sistem permodalan jangka panjang cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang
(28)
- Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga.
- Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut. Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut.
Peran pemerintah dalam model adalah:
- Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat.
- Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan. - Fokus pada penciptaan faktor khusus.
- Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan menegakkan peraturan antitrust.
2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi
Untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi ada beberapa metode penilaian yang digunakan antara lain:
1. Analisis biaya manfaat 2. Analisis nilai tambah 3. Metodemultiflier.
Analisis biaya-manfaat (Cost Benefit Analysis-CBA), kadang disebut analisis manfaat-biaya (Benefit Cost Analysis-BCA), adalah pendekatan pengambilan keputusan ekonomi, digunakan terutama dalam pemerintahan dan bisnis. CBA digunakan dalam penilaian apakah yang diusulkan proyek, program atau kebijakan
(29)
layak dilakukan, atau untuk memilih antara beberapa alternatif yang ada. Termasuk membandingkan total biaya yang diharapkan pada setiap pilihan dengan total manfaat yang diharapkan (www.wikipedia.com). Salah satu metoda yang digunakan adalah Discounted Cash Flow yaitu metode untuk memberi peringkat proposal investasi yang menggunakan konsep nilai waktu dari uang (Eugene F, 2001) dengan beberapa indikator yang digunakan yaitu:
- Margin pendapatan bersih yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan
- Internal Rate of Return(IRR) yaitu tingkat pengembalian investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus masuk kas dimasa mendatang terhadap biaya proyek
- Return On Invesment(ROI) yaitu laba bersih dibagi investasi
- Payback period yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan bagi pendapatan investasi bersih untuk menutup biayanya
Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987).
M =NP-NB,dimana:
M =marjinal (tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha) NP = nilai produk NB = nilai bahan baku
(30)
NT= M x Q,dimana:
NT = nilai tambah Q = jumlah produk
Multiplier investasi menggambarkan seberapa besar peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan (Produk Domestik Bruto) yang terjadi sebagai akibat dari adanya tambahan investasi di suatu sektor seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Metode perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong (2000).
Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor
Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008–2013
Dari tabel di atas terlihat bahwa multiflier investasi terbesar pada sektor industri makanan dan minuman sebesar 3,025 sedangkan pada sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar 2,352. Hal ini berarti setiap peningkatan investasi di sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar Rp 1 milyar akan menghasilkan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar Rp 2,352 milyar.
No Sektor Multiflier
investasi
1 Industri Makanan dan Minuman 3.025 2 Sektor Listrik, Gas & Air Minum 2.728
3 Industri Barang dari Karet 2.575
4 Industri Logam dasar besi dan baja 2.352
5 Sektor Bangunan 2.235
6 Industri Produk Kimia 2.215
7 Industri lainnya 2.182
8 Industri Pemintalan, Textile, Kulit & Pakaian 2.118 9 Sektor Restaurants & hotels 2.075
10 Industri Produk Kayu 2.066
11 Industri Kertas dan Produk Kertas 2.065
12 Sektor Pengangkutan 2.000
13 Industri Semen dan galian bukan logam 1.857 14 Industri mesin,mesin listrik,alat2 & perlengkapan listrik 1.745 15 Industri alat pengangkutan 1.663
16 Sektor Lainnya 1.599
17 Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan 1.514
18 Industri Rokok 1.419
19 Sektor Perdagangan 1.404
20 Sektor Jasa Keuangan, sewa & business services 1.346 21 Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,Kehutanan &
Perikanan 1.289
22 Sektor Pertambangan (non migas) 1.246
23 Sektor Komunikasi 1.201
(31)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Untuk mengembangkan industri hilir aluminium yang terintegrasi di Kuala Tanjung diperlukan analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung dan terkait dengan pengoperasian PT Asahan Aluminium Alloys diperlukan analisis manfaat secara ekonomis. Untuk mengetahui analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung diperlukan analisis komponen Diamond Porter. Untuk mengetahui analisis manfaat secara ekonomis dilakukan denganCost Benefit Analysisdan analisa Nilai Tambah.
Kerangka Konseptual digambar secara skematik seperti pada Gambar 3.1 :
Gambar 3.1 : Skema Kerangka Konseptual
Komponen Diamond Porter
M anfaat beroperasinya PT Asahan Aluminium Alloys
Pengembangan Industri Aluminium yang terintegrasi
di Kuala Tanjung
1. Fakt or kondisi
2. St rat egi, St rukt ur dan Persaingan ant ar perusahaan
3. Indust ri t erkait dan pendukung
4. Kondisi permint aan
1. Cost Benef it Analysis
- M arginal Pendapat an Bersih - IRR
- ROI - Payback Period
2. Nilai Tambah 1. Pendekat an mult iplier invest asi
- Tot al invest asi - Fakt or mult if lier invest asi
2. Pendekat an nilai t ambah dengan harga jual dan marginal cost
- M arginal - Jumlah produksi
Potensi Pengembangan Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung
(32)
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan ini memberikan gambaran yang tentang industri hilir aluminium saat ini melalui pengumpulan data, menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh gambaran yang jelas untuk pengembangan industri tersebut.
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Asahan Aluminium Alloys, Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu sejak Agustus 2011. Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegiatan Minggu
ke-0 2 4 6 8 10 12
1. Pengajuan topik/usulan geladikarya xx xx xx
2. Kolokium xx
3. Pengumpulan dan analisis data xx xx xx xx xx xx
4. Penyusunan draft laporan geladikarya xx xx xx xx
5. Seminar perusahaan xx
6. Penyusunan laporan akhir xx xx
7. Sidang geladikarya xx
4.2 Sumber dan Jenis Data
Data atau informasi yang digunakan berupa data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan, jurnal, buletin, maupun proseding aluminium serta website lembaga konsultan tentang industri aluminium.
(33)
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi dokumentasi beberapa perusahaan aluminium di Indonesia atau secara elektronik dengan fasilitas internet dari laporan, buletin, jurnal tentang industri aluminium dan observasi langsung pada PT. Asahan Aluminium Alloys di kawasan industri Kuala Tanjung.
4.4 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat analisis deskriptif.
Untuk mengetahui analisis potensi pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung diperlukan analisis komponen Diamond Porter meliputi: Faktor Kondisi; Strategi, Struktur dan Persaingan antarperusahaan; Industri Terkait dan Pendukung serta Kondisi Permintaan. Data pendukung yang diperlukan diperoleh melalui survey industry hilir aluminium nasional.
Untuk mengetahui analisis manfaat secara ekonomis dilakukan dengan Cost Benefit Analysis dan analisa Nilai Tambah. Dengan metode cost benefit analysis
diperoleh margin pendapatan bersih, IRR, ROI dan payback period. Sedangkan analisa nilai tambah dilakukan dengan pendekatan multiflier investasi dan pendekatan nilai tambah dengan harga jual danmarginal cost.
(34)
BAB V
DESKRIPSI KAWASAN KUALA TANJUNG DAN
PT ASAHAN ALUMINIUM ALLOYS
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara
Kuala Tanjung terletak di kabupaten Batu Bara yang merupakan salah satu kabupaten di propinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 dengan letak astronomis 2003’00’’-3026’00’’ LU dan 99001-100000 BT seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.1. Kabupaten Batu Bara merupakan pemekaran dari kabupaten Asahan, terletak di sebelah timur pulau Sumatera dengan jarak tempuh ± 100 Km dari kota Medan.
Gambar 5.1 Peta Kabupaten Batu Bara
Batas-batas administratif kabupaten Batu Bara yaitu sebelah utara : kabupaten Serdang Bedagai; sebelah selatan : kabupaten Asahan; sebelah barat : kabupaten Simalungun dan sebelah timur : selat Malaka. Luas kabupaten Batu Bara 90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 100 desa/kelurahan definitif.
(35)
5.2 Perekonomian Daerah
1. Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi disajikan melalui pendapatan daerah regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha seperti pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batu Bara ADHK 2000-2007
Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 4.15 2.56 0.18 1.01 3.72 3.06
Penggalian 1.79 2.34 1.75 1.72 1.36 3.21
Industri Pengolahan 4.21 4.70 2.99 4.18 4.95 5.22 Listrik dan Air Minum 23.84 6.78 6.30 5.73 1.21 5.20
Bangunan 10.59 0.25 4.38 6.43 3.47 5.76
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 4.94 3.63 1.70 3.83 1.46 3.65
Angkutan dan Komunikasi 4.32 5.28 4.22 5.83 10.06 6.29 Keuangan Perusahaan dan
Jasa Perusahaan 1.79 5.68 7.82 9.93 11.14 5.28
Jasa – Jasa 5.11 1.80 2.22 4.83 3.70 6.97
Pertumbuhan PDRB 4.57 3.97 2.3 3.73 4.01 4.55
Sumber :bappeda.batubarakab.go.id
Pertumbuhan PDRB ditampilkan pada tabel di atas dengan rata-rata pertumbuhan PDRB tahun 2003 – 2008 sebesar 3.86% dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2003 sebesar 4,57%. Khusus untuk sektor industri, rata-rata pertumbuhan sebesar 4,38% dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 5,22%.
2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian kabupaten Batu Bara didominasi oleh sektor industri pengolahan yaitu pengolahan biji aluminium dan pengolahan hasil-hasil perkebunan. Konstribusi per sektor terhadap total nilai PDRB ditampilkan pada tabel berikut:
(36)
Tabel 5.2 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Batu Bara 2002-2007
Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian 19.70 19.88 17.40 16.06 17.34 15.30
Penggalian 0.14 0.14 0.13 0.12 0.12 0.11
Industri Pengolahan 48.12 48.71 51.14 52.20 50.94 53.14 Listrik dan Air Minum 0.73 0.72 0.75 0.75 0.70 0.70
Bangunan 1.74 1.59 1.53 1.54 1.54 1.53
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 24.32 23.71 23.51 23.73 23.77 23.54 Angkutan dan Komunikasi 2.38 2.31 2.58 2.57 2.68 2.61 Keuangan Perusahaan dan
Jasa Perusahaan 1.27 1.29 1.31 1.34 1.35 1.34
Jasa – Jasa 1.61 1.65 1.66 1.68 1.56 1.72
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Sumber :bappeda.batubarakab.go.id
Tabel 5.2 menunjukkan struktur perekonomian Kabupaten Batu Bara ditopang oleh sektor industri pengolahan; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian. Sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun masih mendominasi struktur perekonomian kabupaten tersebut.
Tabel 5.3 PDRB Batubara dan Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha
juta Rp % juta Rp % juta Rp % juta Rp %
Pertanian 1,043,723 16.09 1,075,606 15.86 23,860,333 23.91 25,300,873 23.83 Penggalian 7,784 0.12 8,138 0.12 1,227,445 1.23 1,305,920 1.23 Industri Pengolahan 3,366,638 51.9 3,542,854 52.24 23,610,852 23.66 24,302,853 22.89 Listrik dan Air Minum 41,515 0.64 43,404 0.64 738,463 0.74 775,058 0.73 Bangunan 114,816 1.77 121,396 1.79 6,556,352 6.57 7,092,314 6.68 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 1,578,882 24.34 1,636,468 24.13 18,381,737 18.42 19,514,480 18.38 Angkutan dan Komunikasi 138,168 2.13 146,489 2.16 9,081,097 9.1 9,884,647 9.31 Keuangan Perusahaan dan
Jasa Perusahaan 92,112 1.42 96,981 1.43 6,716,020 6.73 7,474,534 7.04 Jasa – Jasa 103,788 1.6 111,223 1.64 9,609,996 9.63 10,521,681 9.91 Total 6,487,427 100 6,782,558 100 99,782,294 99.99 106,172,360 100
2007 2008 2007 2008
Sektor
Batubara Sumatera Utara
Sumber :bappeda.batubarakab.go.id
Sektor industri pengolahan menunjukkan peranan yang semakin besar terhadap PDRB, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran berfluktuasi dan cenderung menurun pada kisaran 25% ke 23% seperti terlihat pada Tabel 5.3. Sektor
(37)
pertanian merupakan sektor ke-3 paling dominan dalam pembentukan PDRB, peranan sektor ini dari tahun ke tahun rata-rata menyumbang sekitar 19 %. Pada tahun 2008, sektor industri; perdagangan, hotel dan restoran; serta pertanian, memberikan peranan sebesar 92 % dalam pembentukan nilai total PDRB atas dasar harga berlaku. Sumbangan ketiga sektor tersebut masing-masing sebesar 51%, 24% dan 17%.
4. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Batu Bara (termasuk Asahan) berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 adalah 935.855 jiwa termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan ketiga terbesar se-Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 -2000 berdasarkan angka terakhir SP 2000 adalah 0,58 % per tahun.
Jumlah penduduk Batu Bara keadaan Bulan Juni Tahun 2008 diperkirakan sebesar 380.570 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 421 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11 % dan sisanya 22,89 % tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 85.364 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sebesar 1,80 %. Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 22,85 % sedangkan Kecamatan Sei Balai adalah yang terkecil yaitu 7,63 %. Untuk Kecamatan terpadat urutan pertama adalah Kecamatan Medang Deras dengan kepadatan mencapai 705 jiwa per km2 disusul dan yang terjarang adalah Kecamatan Sei Suka yaitu 311 jiwa
(38)
Keberadaan PT Inalum dan industri / kontraktor yang terkait yang umumnya bermukim di kecamatan Medang Deras dan Sei Suka juga berpengaruh kepada kualitas tenaga kerja. Sebagian tenaga kerja yang ada di industri aluminium primer adalah putra daerah Kuala Tanjung. Dengan keahlian di bidang industri aluminium primer, tenaga kerja kerja yang ada di daerah ini tentu saja siap tempa untuk bekerja di industri hilir aluminium.
5. Sumber Daya Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku menyebabkan industri hilir aluminium melakukan impor. Bahan baku tersebut pada umumnya diimpor dari China, Dubai dan lain-lain. Akibatnya impor tesebut biaya produksi cukup tinggi sehingga harga produk juga tinggi.
Pada tahun 2013 akan berakhir masa kerja sama antara pemegang saham Pemerintah Indonesia dan konsorsium perusahaan Jepang, sehingga akan terbuka peluang industri hilir aluminium dalam negeri untuk menyerap sebahagian atau keseluruhan 60% produk ingot yang selama ini diekspor ke Jepang. Dengan bahan baku yang berasal dari dalam negeri maka biaya produksi akan menjadi lebih rendah.
Konsumsi energi listrik yang dibutuhkan oleh industri hilir aluminium bila menggunakan bahan baku aluminium primer sekitar 700~840 kWH/ton produk. Salah satu keunggulan industri hilir yang ada di Kuala Tanjung adalah peluang untuk menggunakan aluminium cair sebagai bahan bakunya. Akibatnya industri yang ada dapat menghemat energi listrik yang digunakan untuk mencairkan bahan baku sehingga industri unggul dalam biaya produksi.
(39)
6. Jalan Raya
Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar dan mendorong roda perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di seluruh Kabupaten Batu Bara pada tahun 2008 mencapai 523,02 km yang terbagi atas jalan negara (47,88 km), jalan propinsi (48,34 km) dan jalan kabupaten (426,8 km). Untuk jalan kabupaten sebagian besar permukaannya adalah batu yaitu sebesar 36,2 %, disusul 22,3 % tanah, 19 % aspal, 21 % hotmix dan 1,5 % kerikil. Akses jalan ke kawasan indusri Kuala Tanjung baik mengingat banyak industri yang tumbuh di jalan tersebut. Hal ini menyebabkan potensi pengembangan indutrri semakin besar bila dikembangkan di Kuala Tanjung.
7. Listrik
Kebutuhan listrik penduduk kabupaten Batu Bara sebagian besar dipasok oleh PLN Ranting Tanjung Tiram. Tingkat perbandingan jumlah penduduk yang menikmati listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah dikenal sebagai Rasio Elektrifikasi. Infrastruktur listrik di daerah yang ada di Sumatera Utara telah terinterkoneksi dengan rasio elektrifikasi Sumatera Utara 78.2% (Indonesia = 63.5%). Rasio elektrifikasi provinsi/daerah/wilayah di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 5.4
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa Rasio Elektrifikasi Sumatera Utara 78,2% (lebih tinggi dibanding rata-rata Indonesia tahun 2008 sebesar 63,5%). Infrastruktur listrik di daerah yang ada di Sumatera Utara telah terinterkoneksi satu dengan lainnya. Jaringan listrik PLN di Kuala Tanjung telah terinterkoneksi dengan jaringan listrik yang ada di PT Inalum. Interkoneksi ini membuat kondisi listrik di Kuala
(40)
Tabel 5.4 Rasio Elektrifikasi
2003 2008 2013
1 Batam 68.7 96.0 100.0
2 Tarakan 66.0 87.9 100.0
3 Sumatera Utara 67.1 78.2 93.2
4 Sumatera Barat 60.5 72.9 94.3
5 Bangka Belitung 57.8 71.7 87.1
6 Nangro Aceh Darussalam 56.2 69.8 86.5
7 Jawa-Bali-Madura 59.5 67.3 77.3
8 Kalimantan Timur 49.8 65.4 91.1
9 Maluku and Maluku Utara 48.3 64.3 89.7
10 Kalimantan Tengah dan Selatan 51.1 61.2 73.6
11 Kalimantan Barat 43.3 57.3 78.9
12 Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara 53.7 55.7 58.1
13 Sulawesi Utara. Sulawesi Tengah. dan Gorontalo 46.2 53.5 63.0
14 Lampung 34.0 50.7 78.7
15 Sumatera Selatan. Jambi dan Bengkulu 38.6 49.9 65.8
16 Riau 38.5 47.1 56.9
17 Papua 27.4 34.0 42.6
18 Nusa Tenggara Barat 28.4 33.1 40.7
19 Nusa Tenggara Timur 22.4 28.7 37.2
Total Indonesia 54.8 63.5 75.2
http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf
Tahun
No Provinsi/Daerah/Wilayah
PLN telah meluncurkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2010~2019 yang merupakan rencana strategis penyediaan listrik nasional. Di dalam RUPTL, rata-rata pertumbuhan kelistrikan nasional sebesar 9,2% per tahunnya. Pertumbuhan kelistrikan di Jawa Bali diprediksi sebesar 8,92% per tahun, Indonesia Barat 10,2% per tahun dan Indonesia Timur mencapai 10,6% per tahun. (www.esdm.go.id)
5.3 Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung
Kawasan industri Kuala Tanjung berada di kabupaten Batu Bara. Kabupaten Batu Bara terletak di sebelah timur pulau Sumatera, mempunyai jarak tempuh sekitar 100 km dari kota Medan. Di kawasan strategis tersebut telah berdiri beberapa
(41)
perusahaan, antara lain : PT Inalum, PT Multimas Nabati Asahan dan PT Domba Mas. Disamping perusahaan – perusahaan yang sudah eksis beroperasional ada juga perusahaan– perusahaan yang sedang melakukan pembangunan di kawasan strategis tersebut, antara lain : PT Citra Raya Perkasa Abadi bergerak dibidang pengolahan aspal, PT Gunung Pantara Barisan bergerak dibidang pengolahan semen dan PT. Ranyza Energi bergerak dibidang pembangkit listrik tenaga uap.
Dalam rangka pengembangan kawasan industri (klaster industri) tersebut, Pemerintah kabupaten Batubara telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar lahan seluas ± 1000 Ha di kecamatan Sei Suka dan Medang Deras dapat dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). KEK adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan. Selain ketentuan tersebut KEK juga perlu di dukung dengan ketersediaan infrastruktur yang handal serta badan pengelola yang profesional sesuai dengan standar internasional.
Adapun tujuan pembentukan KEK antara lain: peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor, peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui alih teknologi (bappeda.batubarakab.go.id/)
Sebanyak 65 daerah diusulkan oleh Kementerian dan Lembaga dan pemerintah daerah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus antara lain kawasan industri Kuala Tanjung dan kawasan industri Labuhan Angin di Sumatera Utara. Pemerintah akan memilih tujuh daerah dari hasil verifikasi dan seleksi tahap awal. Selanjutnya, dari tujuh daerah itu akan dipilih menjadi dua daerah yang ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus. Daerah ekonomi khusus tersebut diperkirakan baru dapat
(42)
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, yang menyebutkan operasionalisasi kawasan ekonomi khusus harus sudah berlaku minimal tiga tahun setelah ditetapkan. Untuk tahap awal pendirian kawasan ekonomi khusus, pemerintah akan memprioritaskan daerah yang berada di daerah strategis dengan jalur perdagangan. Daerah tersebut juga harus memiliki kesiapan infrastruktur dasar seperti pelabuhan, jalan, dan energi, dan telah mendapatkan persetujuan dari stakeholder di daerahnya. Fasilitas fiskal yang akan diberikan pemerintah dalam suatu kawasan ekonomi berupa insentif pajak penghasilan bagi badan usaha. Fasilitas lainnya adalah penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, tidak dipungut pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah untuk barang kena pajak, dan tidak dipungut pajak penghasilan impor. Sedangkan fasilitas non-fiskal berupa kemudahan perizinan dan prosedur dalam berinvestasi. (www.indonesiafinancetoday.com)
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang diusulkan Pemerintah kabupaten Batu Bara terletak di Dua Kecamatan yaitu Sei Suka dengan luas wilayah 17.147 Ha dan Kecamatan Medang Deras dengan luas wilayah 6.547 Ha. Lahan yang digunakan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah seluas + 1000 Ha, disebabkan di daerah tersebut telah berdiri perusahaan – perusahaan industri berskala besar seperti PT Inalum, PT Multi Mas Nabati, PT Domba Mas dan masing-masing perusahaan tersebut telah memiliki pelabuhan khusus yang dapat digunakan untuk ekspor/impor hasil-hasil produknya.
5.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
Pemerintah telah menetapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dimana telah ditetapkan visi / arah
(43)
pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025 yaitu Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur yang diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antarkawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovation-driven economy
Sejalan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Kuala Tanjung dan Batam ditetapkan sebagai Global Hubuntuk Koridor Ekonomi Sumatera seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.
Dengan ditetapkannya Kuala Tanjung sebagai salah satu Global Hub, maka pemerintah akan mendorong infrastruktur ekonomi yang mendukung pengembangan kawasan ini menjadi kawasan industri modern.
(44)
Gambar 5.2.Global HubKuala Tanjung
(Sumber: Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)
5.5 Deskripsi PT. Asahan Aluminium Alloys
PT Asahan Aluminium Alloys (PT AAA) didirikan dalam rangka pengembangan industri aluminium sebagai salah satu industri yang bersifat strategis. Proyek ini akan meningkatkan nilai tambah produk pabrik peleburan Aluminium di Kuala Tanjung (PT Inalum). Pada tahun 1980-an Pemerintah menugaskan Otorita Asahan untuk mewujudkan pembangunan pabrik paduan aluminium dengan produk berupabilletdanfoundry alloys. (K.L.H Notosuwarso, 2003)
Hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh M+F Engineering Consultants yang berkantor di Zurich Swiss selesai pada Juni 1988. Hasil studi menunjukkan bahwa proyek tersebut layak dibangun dengan tingkat pengembalian modal (rate of return
(45)
on capital) sekitar 10-12% atau setingkat dengan pengembalian modal industri sejenis di luar negeri.
Izin pendirian PT AAA dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia pada Agustus 1988. Komposisi saham pada awal pendirian, 60% PT Aldevco dan 40% Inter Asia Commodities Ltd, dengan modal dasar USD 11,2 juta.
Pembangunan pabrik PT AAA dimulai pada tahun 1990 dan rampung pada tahun 2002 dengan total investasi sebesar USD 32,9 juta serta komposisi kepemilikan saham seperti pada Tabel 5.5:
Tabel 5.5 Komposisi Kepemilikan Saham PT AAA
5.5.1 Jenis usaha
PT. AAA adalah industri antara aluminium yang memproduksi billet dan
foundry dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Billet Bermutu Tinggi
Produk billet berbentuk silinder padat dengan kapasitas : 50.000 ton/tahun
No. PEMEGANG SAHAM PERSENTASE
(%)
1 Inter Asia Commodities Ltd. 40.18
2 Prayogo Pangestu 15.29
3 PT. Setiabhakti Mayapersada 14.8
4 PT. Aldevco 9.91
5 PT. PP. Berdikari 9.91
6 Mohamad Hasan 9.91
TOTAL 100
(46)
mm dan panjang : 380 –1250 mm dan 6 m. Billet (380 – 1250 mm) dikemas dalam tumpukan piramida atau kotak serta berat maks. 1500 kg/bundle. Sedangkan Log Billet (6 m) dikemas dalam tumpukan kotak serta berat maks. 6000 kg/bundle.
2. Foundry alloy
Produk aluminium alloy berbentuk balok dengan kapasitas : 20.000 ton/tahun (Tahap Lanjut)
5.5.2 Lokasi dan Proses Produksi
Lokasi PT AAA sangat strategis karena terletak di Kawasan Ekonomi Khusus Kuala Tanjung dan berdampingan dengan pabrik peleburan aluminium PT INALUM di kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara.
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi PT AAA adalah aluminium cair (PT Inalum) dan aluminium skrap. Fasilitas Casthouse dibangun di atas tanah seluas 10 Ha dengan luas gedung casthouse 7.740 m2 serta luas sarana penunjang 2.720 m2.
Bahan baku berupa aluminium cair dan skrap dimasukkan ke dalam melting furnace. Selanjutnya dilakukan pembersihan kotoran pada permukaan seperti kerak oksidasi ataupun partikel lainnya. Setelah dilakukan pengambilan sample, aluminium cair dipindahkan ke holding furnace dan dilakukan penambahan bahan tambahan pendukung sesuai jenis alloy yang diinginkan. Aluminium cair dibersihkan kembali dan dilakukan pengambilan sampel. Kemudian aluminium cair dialirkan melalui
degassingdan filtering untuk membersihkan gas-gas yang terjebak dalam cairan dan dilakukan pencetakan. Produk di-treatment dalam dapur homogenisasi, didinginkan,
(47)
dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan akhirnya produk siap untuk dijual. Alur proses produksi digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.3 Alur Proses Produksi di PT AAA
Melting Furnace Holding Furnace Degassing & Filtering
Billet Casting Homogenizing
Cooling
(48)
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi dokumentasi beberapa perusahaan aluminium di Indonesia atau secara elektronik dengan fasilitas internet dari laporan, buletin, jurnal tentang industri aluminium. Hasil survei industri aluminium nasional diperoleh dari institusi yang bergerak dalam riset pasar dan industri (Dataindo Inti Swakarsa - DIS). Untuk analisa nilai tambah dilakukan pengumpulan data dan observasi langsung pada PT. Asahan Aluminium Alloy di kawasan industri Kuala Tanjung.
6.1 Kondisi Industri Aluminium di Indonesia
Peleburan aluminium sebagai kegiatan industri adalah kegiatan termuda dan terbesar pada industri logam bukan-besi, karena baru dimulai hanya sekitar satu abad yang lalu. Aluminium dihasilkan pabrik peleburan aluminium melalui proses terhadap bahan baku berupa alumina didalam tungku yang dikenal sebagai pot reduksi. Alumina ini kemudian akan direduksi melalui proses elektrolisis yang disebut proses
Hall-Héroultmenjadi aluminium cair (Aluminiun Handbook 1:1999).
Industri logam dasar aluminium mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 1982. Hal ini ditandai dengan beroperasinya pabrik peleburan aluminium PT. Inalum, di Sumatera Utara dan satu-satunya di Asia Tenggara. Walaupun demikian, industri hilir aluminium di Indonesia sudah ada sejak era 1970 dengan produk utamanya aluminium ekstrusi dan plat aluminium yang mencapai total produksi sebesar 27.500 ton pada tahun 1982/83 (Bappenas, 1983). Sementara itu, di dalam
(49)
negeri sejalan dengan perkembangan industri pemakainya seperti sektor konstruksi, industri komponen otomotif, industri peralatan rumah tangga dan lain sebagainya kebutuhan akan aluminium terus meningkat. ( http://www.datacon.co.id/Al-Stainless1-2009.html).
Berdasarkan kajian Tim Teknis Proyek Asahan, total produksi produk hilir aluminium yang meliputi aluminium ingot alloy, aluminium ekstrusi, aluminium
sheet, dan aluminium foil hanya 375.001 ton pada 2009. Padahal, total kebutuhan produk hilir aluminium di dalam negeri pada saat itu mencapai 535.093 ton sehingga terjadi defisit sekitar 29,92% atau setara 160.092 ton (Yusuf, BI 2010).
Kegiatan perdagangan aluminium Indonesia dari tahun 2006 hingga 2010 terlihat sebagai berikut:
Tabel 6.1 Perdagangan Aluminium Indonesia
Dari tabel di atas terlihat bahwa transaksi perdagangan impor dan ekspor komoditas aluminium masih mengalami defisit. Hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya kebutuhan produk hilir aluminium di dalam negeri dan rendahnya nilai tambah produk aluminium yang diekspor sementara Indonesia masih mengimpor bahan baku aluminium primer (ingot,billet,dan lain-lain).
dalam juta US$
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Total
IMPOR 674.1 815.1 1,242.9 862.3 1,359.7 4,954.1
EKSPOR 862.4 868.1 865.2 527.0 771.8 3,894.5
(Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan)
(50)
6.1.1 Permintaan dan Penawaran Aluminium
Permintaan aluminium di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.2 dimana industri otomotif merupakan industri yang paling banyak menggunakan aluminium diikuti bahan bangunan, penggunaan rumah tangga dan kelistrikan.
Tabel 6.2 Permintaan Aluminium di Indonesia Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa permintaan aluminium pada industri otomotif sebesar 357.280 ton, diikuti struktur sebesar 154.560 ton, peralatan rumah tangga sebesar 134.400 ton dan kelistrikan 104.800 ton. Jenis permintaan didominasi
Prime Grade (Al ingot) Prime Grade (Al alloy) Prime Grade (Al billet) Second Grade 1 Automotive
OEM 112,000 A.356: Al-alloy After market 33,600 A.356: Al-alloy Sweeteners 35,280 Al.99.8%: Al-ingot Second Grade Al-alloy 176,400 ADC 12(50%) AC2B
(30%)
Sub Total 35,280 145,600 176,400 Total 357.280 Ton
2 Structural
Low Player (75% volume) 20,160 100,800 20% (sweetener- Al-ingot)
High Player (25% volume) 33,600
Prime grade alloy 6061 (10%), 6063 (90%)
Sub Total 20,160 33,600 100,800 Total 154.560 Ton
3 Home Appliances
Sheets & Foils 134,400 1xxx, 8xxx: Al-ingot 99.8%
Sub Total 134,400 Total 134.400 Ton
4 Electricity
Rod wire 100,000 1236: Al-ingot 99.8% Conductor 4,800 1236: Al-ingot 99.8%
Sub Total 100,000 4,800 Total 104.800 Ton
TOTAL 289,840 145,600 38,400 277,200 Total 751.040 Ton
(Sumber: Abubakar Subiantoro, 2011)
Jumlah (kg)
(51)
oleh bentuk aluminium ingot 289.840 ton, diikuti olehsecondary grade277.200 ton, aluminiumalloy145.600 ton dan aluminiumbillet38.400 ton.
Estimasi pertumbuhan industri aluminium secara agregat sebesar 5.7%. (DIS:2011). Abubakar Subiantoro, Ketua Asosiasi Produsen Aluminium Ekstrusi (APRALEX) memperkirakan penawaran aluminium meliputi jenis produksi dan kapasitas dari industri yang ditampilkan pada Tabel 6.3.
Tabel 6.3 Penawaran Aluminium di Indonesia Tahun 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan kapasitas terpasang industri aluminium sebesar 14,61% dari 760.000 ton pada tahun 2006 menjadi 871.010 ton pada tahun 2010. Kenaikan kapasitas produksi sebesar 3,65% per tahun.
6.1.2 Distribusi Industri Hilir Secara Geografi
Lokasi industri hilir alauminium di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.4. Dari Tabel 6.4 dapat dilihat bahwa industri hilir aluminium sebagian besar tersebar di daerah Jawa sebanyak 64 industri sementara di Sumatera Utara hanya 11 industri.
2006 2010
Aluminium ingot primer 225,000 225,000
Aluminium secondary alloy ingot 165,000 180,000
Aluminium ekstrusi 120,000 150,000
Aluminium sheet 116,000 160,000
Aluminium foil 20,000 40,000
Aluminium rod 114,000 114,000
Total 760,000 871,010
(Sumber: Abubakar Subiantoro, 2011)
(52)
Tabel 6.4 Lokasi Industri Hilir Aluminium di Indonesia
6.1.3 Pemain Utama Industri Hilir
Pemain utama industri hilir aluminium di Indonesia seperti ditampilkan pada Tabel 6.5:
Tabel 6.5 Pemain Utama Industri Hilir Aluminium di Indonesia
PT Alumíndo Light Metal Industry Tbk. (ALMI) didirikan pada 1978 dan mulai beroperasi pada 1983. ALMI merupakan anak perusahaan Grup Maspion yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Pada awal operasionalnya kapasitas produksi ALMI sebesar 12.000 ton aluminium sheet per tahun. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, secara bertahap ALMI meningkatkan kapasitas produksinya. Saat ini kapasitas produksi aluminium sheet mencapai 70.000 ton per tahun. Dengan demikian, ALMI tercatat
Jumlah industri Tenaga kerja Kapasitas (perusahaan) (orang) (ton)
JABODETABEK 50 18,396 162,393
BANDUNG 3 426 2,340
SURABAYA 11 5,085 88,745
MEDAN 11 2,790 48,530
Total 75 26,697 302,008
(Sumber : PT Inalum)
Lokasi
NAMA PERUSAHAAN PRODUK KAPASITAS
(TON) LOKASI
PT Starmas Inti Aluminium Al.Extr, AlSheet, Al.Foil 36,000 Tangerang
PT Tembaga Mulia Semanan Electric Wire, Copper wire 13,200 Jakarta
PT Alumindo Light Metal IndonesiaAl.Sheet, Coil, Sircle 85,600 Surabaya
PT Indonesia Smelting TechnologySecondary Al.Molten 21,600 Surabaya
PT Indal Aluminium Al.Extrussion 6,300 Surabaya
PT Inti Bumi Al.Slab, Al.Sheet,Al.Foil 24,000 Medan
(53)
sebagai produsen aluminium sheet terbesar di Indonesia, bahkan juga tercatat sebagai produsen terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Produk aluminium sheet terutama digunakan sebagai bahan dasar industri peralatan dapur dan rumah tangga, peralatan listrik dan bahan bangunan. Grup Maspion memiliki beberapa bidang bisnis diantaranya produk-produk peralatan rumah tangga seperti panci, teflon, termos plastik, kulkas, kompor gas, pompa air, kipas angin dan lain-laini. Grup ini juga bergerak di bidang konstruksi, material industri dan properti.
Pada 1985 ALMI mulai merintis pasar di luar Grup Maspion yaitu dengan menawarkan produk aluminium ke pedagang besar aluminium dan pada 1987 sekitar 100 ton aluminium sheet dieskpor ke Singapura.
Pada 1998 ALMI menambah mesin baru merk VAI dari Austria dengan investasi sebesar US$ 15 juta. Mesin tersebut memiliki speed 1.500 meter/ menit, mesin ini juga mampu menghasilkan produk yang kualitasnya benar-benar diakui pelaku industri aluminium. ALMI juga telah berhasil meraih sertifikasi ISO 9002 dari Lloyd's Register dan disesuaikan menjadi ISO 9001:2000, yang membuktikan bahwa kualitas produk-produk yang dihasilkan telah melalui standar baku proses dan telah mendapat pengakuan international.
Menurut rencana pada tahun 2009, ALMI akan melakukan ekspansi dengan meningkatkan kapasitas produksi aluminium sheet menjadi 144.000 ton per tahun. Ekspansi kapasitas ini dilakukan melalui penambahan mesin
separatordandoubler.
(54)
ALMI meningkatkan kapasitas produksi aluminium foil menjadi 15.600 ton per tahun. Produk aluminium foil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kemasan.
6.2 Analisis Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung
Potensi Industri Hilir Aluminium di Kuala Tanjung dianalisa dengan teori Diamod Porter dengan komponen sebagai berikut:
6.2.1 Faktor kondisi
1. Bahan Baku
PT Inalum yang terletak di Kuala Tanjung merupakan satu-satunya industri primer aluminium di Indonesia dengan produksi saat ini sekitar 250.000 ton per tahun. Pasokan bahan baku industri hilir aluminium nasional sebahagian sangat tergantung dari pasokan aluminium ingot PT Inalum. Dari 75 perusahaan industri hilir aluminium tersebut, 58 diantaranya dipasok oleh PT Inalum.
PT ALMI sebagai pemain utama industri hilir aluminium masih mengimpor 77% dari bahan bakunya. Saat ini, 77% bahan baku Alumindo dipasok dari Rio Tinto Alcan-Canada, Southern Aluminium Industry-China dan Vedanta Aluminium Ltd-India. Akibat besarnya bahan baku impor tersebut, biaya bahan baku mencapai 80% dari total beban pokok pendapatan Alumindo.Keberadaan industri hilir di Kuala Tanjung sangat kompetitif dari sisi biaya transportasi sumber bahan baku.
(55)
Industri hilir adalah industri yang padat modal dengan jumlah tenaga kerja sebesar 150-200 orang. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada 11 industri hilir aluminium yang ada di Sumatera Utara sebanyak 2.700 orang. Industri aluminium primer PT Inalum saat ini menyerap sekitar 2.000 orang tenaga kerja. Tenaga kerja kerja tersebut umumnya berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara.
3. Infrastruktur fisik
Kondisi infrastruktur di Indonesia ditampilkan pada Tabel 6.6:
Tabel 6.6 Kondisi Infrastruktur di Indonesia
Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam menunjang industri yang akan dibangun. Kondisi infrastruktur Indonesia pada tahun 2008 ditunjukkan pada tabel di atas.
Di daerah Kuala Tanjung terdapat infrastruktur Dermaga C yang digunakan untuk umum dan dapat disandari kapal berbobot 3.000 DWT. Hal ini akan memudahkan kegiatan ekspor impor maupun pengadaan bahan baku pendukung industri hilir tersebut. Pemerintah melalui MP3EI telah mencanangkan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan internasional. Hal ini akan
KATEGORI SKOR POSISI
Populasi dengan sanitasi yang baik (%) 55 4 dari 6 di Asean
Populasi dengan sumber air bersih (%) 77 7 dari 9 di Asean
Jaringan telepon tetap (per 1000 penduduk) 58 6 dari 10 di Asean
Pengguna telepon selular (per 1000 penduduk) 213 6 dari 10 di Asean
Pengguna internet (per 1000 penduduk) 73 6 dari 10 di Asean
Tingkat elektrifikasi (%) 54 7 dari 9 di Asean
(56)
ditopang dengan infrastruktur listrik, jalan dan lain yang mendukung program pemerintah tersebut.
4. Teknologi
Teknologi yang terpasang pada industri hilir aluminium di Indonesia umumnya adalah teknologi pada tahun 70-an. Industri hilir aluminium dengan produk ekstrusi khususnya billet tidak dilengkapi fasilitas homogenisasi sehingga billet yang dihasilkan memiliki structure as cast. Akibatnya
extrudabilityrendah dan permukaan profil ekstrusi relatif kasar.
Teknologi yang terpasang pada industri hilir aluminium yang ada di Kuala Tanjung adalah teknologi tahun 90-an yang dilengkapi dengan fasilitas homogenisasi merupakan salah satu keunggulan industri di daerah tersebut. Teknologi ini masih update hingga saat ini.
6.2.2 Strategi, Struktur dan Persaingan Antarperusahaan
Struktur industri aluminium ditinjau dari struktur pasar dan karakteristik produk digambarkan sebagai berikut:
(57)
Persaingan antar perusahaan rendah karena jumlah produsen yang banyak dengan barang yang mirip. Strategi yang diterapkan umumnya strategi biaya rendah sehingga efisiensi menjadi sangat penting
Industri hilir aluminium nasional tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Aluminium Extruksi (APRALEX). Melalui asosisasi ini terjalin interaksi antar perusahaan, pertukaran informasi tentang pasar dan bahan baku, masukan / usulan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri aluminum.
6.2.3 Industri Terkait dan Pendukung
Keberadaan industri primer PT Inalum di Kuala Tanjung tentu saja membuka peluang bagi industri hilir aluminium. Posisi PT Inalum yang kompetitif dapat menyebabkan industri hilirnya juga memiliki daya saing yang kuat.
Industri hilir saat ini yang ada di kota Medan 11 industri, sedangkan di Kuala Tanjung hanya 1 industri yaitu PT Asahan Aluminium Alloys yang masih belum beroperasi.
Industri pendukung bagi industri hilir aluminium hampir sama dengan industri primer yang selama ini mendukung kegiatan PT Inalum. Keberadaan industri hilir aluminium tentu saja akan oleh industri pendukung yang ada seperti: industri batu tahan api, flux dan pihak-pihak yang terkait dengan operasional laiinya. Namun sejauh ini belum banyak penelitian tentang pengembangan industri hilir aluminium.
(58)
6.2.4 Kondisi Permintaan.
Permintaan dalam negeri terhadap aluminium industri hilir dalam negeri cukup tinggi. Tingginya tingkat permintaan menyebabkan konsumen dalam negeri tidak terlalu menuntut sehingga kualitas permintaan dalam level potensi sedang.
Berdasarkan uraian di atas potensi industri hilir aluminium ditabulasikan dalam Tabel 6.7 seperti berikut:
Tabel 6.7 Komponen Keunggulan BersaingDiamondPorter Industri Hilir Aluminium
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan industri hilir aluminium di Kuala Tanjung memiliki potensi yang tinggi (besar) dengan keunggulan pada komponen kondisi faktor khususnya sumber bahan baku dan teknologi.
Selanjutnya kondisi klaster industri antara aluminium di Kuala Tanjung dapat digambarkan dengan modelDiamondPorter sebagai berikut:
Nasional * Kuala Tanjung
Kondisi faktor Sumber bahan baku Rendah Tinggi
Sumber daya manusia Sedang Tinggi
Teknologi Sedang Tinggi
Infrastruktur jalan Sedang Tinggi
Infrastruktur listrik Tinggi Tinggi
Strategi perusahaan Sedang Tinggi
Struktur dan persaingan Tinggi Rendah
Industri terkait dan pendukung
Industri terkait Tinggi Tinggi
Industri pendukung Sedang Tinggi
Kondisi permintaan Ukuran market dalam negeri Tinggi Tinggi
Kualitas permintaan Sedang Sedang
(Catatan: * survey oleh DIS 2011)
KOMPONEN ITEM
LEVEL POTENSI
Strategi, struktur dan
(1)
49
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Kawasan industri Kuala Tanjung memiliki potensi yang besar bagi
pengembangan industri hilir dalam menunjang pengembangan industri
aluminium nasional. Hal ini antara lain disebabkan :
-
Potensi pembelian bahan baku berupa aluminium cair sebagai insentif
langsung bagi industri hilir aluminium dalam bentuk biaya operasional
(energi listrik) yang lebih murah.
-
Biaya transportasi bahan baku yang lebih murah bagi produk orientasi
ekspor.
-
Kemudahan distribusi bahan baku menyebabkan rendahnya biaya
penyimpanan bahan baku.
-
Pelaksanaan MP3EI koridor Sumatera khususnya Global Hub Kuala
Tanjung dimana Pemerintah akan meningkatkan infrastruktur ada
sehingga akan menunjang industri yang ada di Kuala Tanjung..
2. Manfaat secara ekonomis beroperasinya industri hilir PT AAA akan
menunjang pengembangan ekonomi kabupaten Batu Bara melalui peningkatan
Pendapatan Daerah Regional Bruto kabupaten Batu Bara dengan nilai tambah
terhadap pengembangan ekonomi sebesar:
-
109,13 juta US$ (dengan metode Multiplier Investasi)
-
40,38 juta US$/tahun (dengan metode pendekatan nilai tambah dengan
harga jual dan marginal
cost
).
(2)
50
7.2 Saran
1. Potensi pengembangan industri hilir di kawasan industri Kuala Tanjung perlu
ditindaklanjuti dengan pembangunan industri hilir dengan PT Inalum sebagai
sentral industri aluminium.
Industri terkait dan pendukung industri hilir juga
perlu terus dikembangkan guna meningkatkan nilai tambah industri hilir
aluminium.
2. Potensi industri hilir yang ada (PT AAA) dapat dikembangkan dengan
pembangunan industri ekstrusi terpadu dengan memproduksi aluminium ingot
sekunder berbahan baku aluminium primer dan skrap serta foundry.
3. Para pihak yang berkepentingan (
stakeholder
), diharapkan dapat memperkuat
dukungan terhadap operasional PT AAA melalui integrasi industri primer dengan
industri hilir akan lebih memperkuat struktur industri aluminium nasional.
(3)
51
DAFTAR PUSTAKA
Aluminium Verlag, “Aluminiun Handbook 2. Forming, Casting, Surface Treatment,
Recycling and Ecology”, 1999, Aluminium-Zentrale e.V., first edition,
Germany
Aluminium Verlag,
“Aluminiun Handbook 1. Fundamental and Materials”, 1999,
Aluminium-Zentrale e.V., first edition, Germany
Bappenas, “Laporan Perkembangan Industri” 1983,
www.bappenas.go.id/getfileserver/node/6823/
-Cuihong, Yang, 2000,
“Study on Multiplier Effect of China Township and Village
Enterprises on National Economy, Institute of Systems Science. Chinese
Academy of Sciences. Paper submitted to the 13
th
International Conference on
Input-Output Technique, August 21-25, 2000, Macerata, Italy.
DedySaputra dkk, “Studi Klaster Pengolahan Kakao”, Pusat Penelitian
Pengembangan Iptek LIPI, Jakarta, 2006
Doeringer, P.B., dan Terkla, D.G. 1995, “Business Strategy and Cross-industri
Clusters”, Economic Development Quarterly, Vol.9, No.3, 225_237, SAGE
Publications
Dataindo
Inti Swakarsa (DIS), “Basic Non-Ferrous Metal Manufacturing in
Indonesia, Indonesia Industry Report and Market Research”, 2011
Eugene F Brigham dan Joel F Houston, 2001,
“Manajemen Keuangan
“
Erlangga,
Jakarta
Hayami Y., Thosinori, M., dan Masdjidin S. 1987, “Agricultural Markerting and
Processing in Upland Java: A prospectif From A Sunda Village”, Bogor.
K.L.H Notosuwarso, “Pembangunan Pabrik Aluminium Alloys Casthouse Kuala
Tanjung
– Sumatera Utara”, PT Asahan Aluminium Alloys 2003
Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 “Masterplan
Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025”,
Jakarta
OECD Proceedings, “Boosting Innovation: The Cluster Approach”, OECD,1999,
Paris
Outlook Ekonomi Indonesia 2008 - 2013, Edisi Juli 2008 Economy, Institute of
Systems Science. Chinese Academy of Sciences.
(4)
52
Porter M. E., 1998,”
The Competitive Advantage of Nations”. The Free Press, New
York.
Subiantoro, Abubakar. 2011, ”Seminar Pertumbuhan Industri Aluminium Indonesia”,
Asosiasi Produsen Aluminium Ekstrusi Indonesia, Jakarta
Yusuf W. J.,
“RI defisit produk hilir aluminium” Harian Bisnis Indonesia, 12 Jun
2010
http://www.bappeda.batubarakab.go.id/
http://www.datacon.co.id/Al-Stainless1-2009.html
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/15527/65-Daerah-Diusulkan-Jadi-Kawasan-Ekonomi-Khusus
http:// www.kemenperin.go.id
http://www.scielo.br/scielo.php/
http://www.wikipedia.com/
http://www.oocities.org/markal_bppt/publish/slistrk/slmuch.pdf
http://www.esdm.go.id/berita/listrik/
(5)
PT. ASAHAN ALUMI NI UM ALLOYS 16,427,621
400.00
0.92
399.08 LAMPI RAN 1 Proyeksi Laba Rugi ( US $) 2,576,358 0.2290%2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rugi Laba
Rencana Penjualan ton 40,000 45,000 55,000 60,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000 70,000
Billet 40,000 45,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000
Foundry 5,000 10,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
93,510,565 104,877,340 127,910,892 139,277,668 161,911,489 161,932,294 161,936,605 162,069,280 161,754,203 161,754,203 161,754,205 161,754,207 161,754,209 161,754,211 161,754,213 161,754,215 161,754,217 161,754,219 161,754,221 161,754,223
Harga Pokok Penjualan US Dollar 2,338 2,331 2,326 2,321 2,313 2,313 2,313 2,315 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311 2,311
Margin Keuntungan 662 669 674 679 687 687 687 685 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689 689
Harga Jual Billet 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843 2,843
Harga Jual Foundry 4,639 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
Penerimaan Penjualan Billet 61.29% 113,731,200 127,947,600 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 142,164,000 Foundry - - 15,000,000 30,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 Total Penjualan 113,731,200 127,947,600 157,164,000 172,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000 202,164,000
1. Biaya Produksi
- Variabel 90,726,480 102,067,290 124,748,910 136,089,720 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340 158,771,340
- Tetap 2,344,790 2,344,790 2,644,790 2,644,790 2,560,255 2,560,255 2,564,566 2,564,566 2,249,489 2,249,489 2,249,490 2,249,491 2,249,492 2,249,493 2,249,494 2,249,495 2,249,496 2,249,497 2,249,498 2,249,499
Sub total 93,071,270 104,412,080 127,393,700 138,734,510 161,331,595 161,331,595 161,335,906 161,335,906 161,020,829 161,020,829 161,020,830 161,020,831 161,020,832 161,020,833 161,020,834 161,020,835 161,020,836 161,020,837 161,020,838 161,020,839 Laba (Rugi) kotor 20,659,930 23,535,520 29,770,300 33,429,490 40,832,405 40,832,405 40,828,094 40,828,094 41,143,171 41,143,171 41,143,170 41,143,169 41,143,168 41,143,167 41,143,166 41,143,165 41,143,164 41,143,163 41,143,162 41,143,161 2. Biaya Non Produksi
- Variabel 207,727 233,692 285,624 311,590 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522 363,522
- Tetap 231,568 231,568 231,568 231,568 216,372 237,177 237,177 369,852 369,852 369,852 369,853 369,854 369,855 369,856 369,857 369,858 369,859 369,860 369,861 369,862
Sub total 439,295 465,261 517,192 543,158 579,893 600,699 600,699 733,374 733,374 733,374 733,375 733,376 733,377 733,378 733,379 733,380 733,381 733,382 733,383 733,384
Laba (Rugi) Usaha 20,220,635 23,070,260 29,253,108 32,886,332 40,252,511 40,231,706 40,227,395 40,094,720 40,409,797 40,409,797 40,409,795 40,409,793 40,409,791 40,409,789 40,409,787 40,409,785 40,409,783 40,409,781 40,409,779 40,409,777
- - - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laba (Rugi) Sebelum Pajak 20,220,635 23,070,260 29,253,108 32,886,332 40,252,511 40,231,706 40,227,395 40,094,720 40,409,797 40,409,797 40,409,796 40,409,795 40,409,794 40,409,793 40,409,792 40,409,791 40,409,790 40,409,789 40,409,788 40,409,787 3. Pajak 25 % (* ) 25% 5,055,159 5,767,565 7,313,277 8,221,583 10,063,128 10,057,926 10,056,849 10,023,680 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,449 10,102,448 10,102,448 10,102,448 10,102,448 10,102,447 10,102,447 10,102,447 Laba (Rugi) Bersih 15,165,477 17,302,695 21,939,831 24,664,749 30,189,383 30,173,779 30,170,546 30,071,040 30,307,348 30,307,348 30,307,347 30,307,346 30,307,346 30,307,345 30,307,344 30,307,343 30,307,343 30,307,342 30,307,341 30,307,340 Keterangan / Tahun Operasi
Universitas
Sumatera
(6)
PT. ASAHAN ALUMI NI UM ALLOYS
LAMPI RAN 2Proyeksi Aliran Kas Masuk & Peningkatan Kapasitas ( US $) 2,470,179 2,470,179 2,370,448 2,370,448 2,370,448 2,370,448 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221 2,050,221
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aliran Kas Masuk :
Laba Bersih 15,165,477 17,302,695 21,939,831 24,664,749 30,189,383 30,173,779 30,170,546 30,071,040 30,307,348 30,307,348 30,307,347 30,307,346 30,307,346 30,307,345 30,307,344 30,307,343 30,307,343 30,307,342 30,307,341 30,307,340
Depresiasi 2,169,879 2,169,879 2,170,179 2,170,179 2,070,448 2,070,448 2,070,448 2,070,448 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221 1,750,221
- - -
-Kas Masuk ( 44,504,397) 17,335,356 19,472,574 24,110,010 26,834,928 32,259,832 32,244,227 32,240,994 32,141,488 32,057,569 32,057,569 32,057,568 32,057,568 32,057,567 32,057,566 32,057,565 32,057,565 32,057,564 32,057,563 32,057,562 32,057,562
Akumulasi Kas Masuk 17,335,356 36,807,929 60,917,939 87,752,867 120,012,699 152,256,926 184,497,920 216,639,409 248,696,978 280,754,547 312,812,115 344,869,682 376,927,249 408,984,815 441,042,380 473,099,945 505,157,509 537,215,072 569,272,634 601,330,196
30,446,329.03
Rencana Pembayaran Pokok 2987218.154 3512974.154 4136847.404 5023456.901 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 5349487.221 Pinjaman & Peningkatan
Kapasitas :
Kas Masuk 1,914,657 1,914,657 1,914,657 2,538,463 2,508,543 2,987,218 3,512,974 4,136,847 5,023,457 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487 5,349,487
- - -
-- - -
-Rencana peningkatan kapasitas - - (1,667,506) - (1,637,401) (1,618,566) (2,410,276) (3,167,979) (1,080,531) - - -
-Akumulasi Kas Masuk 1,914,657 3,829,314 4,076,465 6,614,927 7,486,070 8,854,722 9,957,420 10,926,289 14,869,214 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702 20,218,702
ROI 63
Discount rate 7.50% 7.50% 2,469,879 2,469,879 2,370,148 2,370,148 2,370,148 2,370,148 2,049,921 2,049,921 2,049,921 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251 2049921.251
NPV $ 2,204,810 247,832,173
I RR 6.03% 50.81%
File name : proposal2
Keterangan / Tahun Operasi