Proyeksi Kebutuhan SDM Perikanan Tingkat Menengah untuk Industri Perikanan

20

3.4.1 Proyeksi Kebutuhan SDM Perikanan Tingkat Menengah untuk Industri Perikanan

Proyeksi kebutuhan tenaga kerja untuk jangka panjang sangat dibutuhkan dalam menentukan strategi penyiapan tenaga kerja yang siap pakai. Industri perikanan yang diidentifikasi sebagai pengguna tenaga perikanan tingkat menengah berbasis pada usaha penangkapan, maupun permesinan. Pemanfaatan SDM memerlukan pertimbangan keputusan penting yang cakupannya tidak sempit. Pertimbangan tersebut adalah permintaan dan pasokan tenaga kerja perikanan. Untuk membantu penyelesaian permasalahan tersebut digunakan pendekatan yang memperlihatkan adanya ketersediaan tenaga kerja yang ada jumlah tenaga kerja yang telah dipekerjakan pada saat ini. Untuk mengetahui perkiraan proyeksi kebutuhan tenaga kerja untuk lima tahun ke depan berdasarkan pada jumlah tenaga yang telah dipekerjakan pada saat sekarang dan lima tahun sebelumnya, dan dengan telah memperhitungkan proyeksi pemanfaatan sumber daya perairan yang masih tersedia pada masa selanjutnya maka pendekatan yang dilakukan untuk melihat hubungan antar parameter tersebut dengan menggunakan regresi. Bentuk hubungan tersebut akan memperlihatkan hubungan yang linier maupun non linier. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja adalah analisis trend dengan pendekatan regresi. Menurut Haluan et al. 2004 langkah-langkah proyeksi adalah sebagai berikut: • Menentukan kebutuhan tahunan tenaga kerja. Sedapat mungkin tersedia data time series yang mendukung. Kebutuhan tenaga kerja merupakan variabel tidak bebas Y, sedangkan pertambahan tahun digunakan sebagai variabel bebas X. Predikasi kenaikan jumlah kapal penangkap dan SDM secara umum dengan mengacu kenaikan tahunan berdasarkan rata-rata geometrik Rata-rata geometrik : n1 x n2 x ... nn 1n • Memilih model trend yang tepat Data yang diperoleh seringkali memiliki respon yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan pemilihan model yang paling sesuai dengan kondisi data yang diperoleh. Model analisis yang diverifikasi antara lain linear, kuadratik, 21 kubik dan eksponensial. Pemilihan model yang paling sesuai digunakan didasarkan atas logika umum atau gambaran scatter plot. ƒ Proyeksi Kebutuhan Proyeksi kebutuhan dilakukan dengan memasukkan nilai tahun X ke dalam persamaan dugaan kebutuhan tenaga kerja Y. Berikut persamaan model dugaan kebutuhan SDM tingkat menengah: Model dugaan linear x b b y 1 + = Model dugaan kuadratik 2 2 1 x b x b b y + + = Model dugaan kubik 3 3 2 2 1 x b x b x b b y + + + = Keterangan y : Dugaan kebutuhan SDM tingkat menengah b : Intercept perpotongan 3 2 1 b b b = = : Rata-rata peningkatan atau penurunan kebutuhan SDM tingkat menengah setiap tahunnya. Hubungan antar variabel dapat positif atau negatif. Hubungan disebut positif jika kenaikanpenurunan variabel x diikuti oleh kenaikanpenurunan variabel y. Atau disebut negatif jika kenaikanpenurunan variabel x diikuti oleh penurunankenaikan variabel y. Kuatnya hubungan dinyatakan dengan kefisien korelasi r, dan besarnya kontribusi dinyatakan oleh koefisien determinasi D. Hubungan antara kebutuhan SDM dan penambahan jumlah kapal diasumsikan akan mengalami kejenuhan sehingga diduga mengikuti kaidah polinomial kuadratik. Hal ini terjadi karena jumlah kapal pada suatu waktu akan tetap atau bahkan berkurang mengacu pada paradigma perikanan yang lestari dengan mengurangi upaya. Adapun kebutuhan tenaga diduga dengan tiga 22 pendekatan, pendekatan pertama adalah jumlah kapal. Pendekatan kedua dengan estimasi potensi dikaitkan dengan hasil tangkapan, dan pendekatan ketiga berdasarkan kajian sebelumnya dengan proporsi. Pendekatan jumlah kapal perikanan mengacu data 1993-2004 dengan indeks tahun 1993. Indeks digunakan untuk membandingkan kegiatan yang sama dalam waktu yang berbeda, bertujuan untuk mengukur secara kuantitatif terjadinya suatu perubahan. Rataan dan standar deviasi digunakan untuk memberikan nilai batas bawah yang selanjutnya dipakai sebagai penambahan jumlah kapal tahunan. Jumlah tenaga kerja perikanan menengah diasumsikan 20 dari total awak kapal hasil rataan dari berbagai jenis dan ukuran kapal pada Bab 4 Pendekatan estimasi potensi dan dikaitkan estimasi hasil tangkapan didasarkan pada estimasi potensi. Estimasi hasil tangkapan dengan asumsi ukuran palka sebesar 60 dari tonase kapal sementara oleh Fyson 1985 disebut sekitar 40 dan volume hasil tangkap diasumsikan 70 kapasitas palka dengan mempertimbangkan efisiensi palka yakni terkait dengan proses pendinginan dan volume berbagai hasil tangkap yang tidak homogen. Sehingga diperoleh rataan porsi hasil tangkap dari total produksi total atau diperoleh kesetaraan jumlah kapal berdasarkan jumlah hasil tangkap. Baruni 2006 menyatakan bahwa rata-rata produksi kapal udang adalah 60 dari volume hasil tangkap sebesar 70 kapasitas pallka. Selanjutnya jumlah tenaga yang diperlukan diasumsikan tetap sebesar 20 total awak kapal sebagaimana pendekatan jumlah kapal. Pendekatan kajian sebelumnya berdasarkan kajian kebutuhan SDM perikanan tangkap total yang telah dilaksanakan tahun 2005. Berkaitan dengan ini, hasil kajian tersebut dijadikan dasar untuk menghitung proyeksi SDM menengah. Porsi SDM perikanan tangkap industri terhadap total SDM perikanan tangkap dihitung berdasarkan asumsi kapal perikanan diawaki oleh 15 orang. Sehingga diperoleh rataan porsi SDM perikanan industri, dilain pihak menurut data 2003 porsi SDM perikanan industri sebesar 2.3.

3.4.2 Optimasi SDM Perikanan Tingkat Menengah