Latar Belakang Analisis kebutuhan tenaga kerja perikanan tingkat menengah untuk memenuhi industri perikanan tangkap di Indonesia

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan khususnya industri perikanan tangkap di Indonesia saat ini masih memiliki peluang untuk dikembangkan, mengingat potensi perikanan tangkap yang masih berpeluang. Potensi lestari sumber daya ikan SDI laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun atau 7 persen dari total potensi lestari SDI laut dunia. Saat ini tingkat pemanfaatannya baru mencapai 4,4 juta ton. Oleh karenanya, masih ada peluang untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap di daerah yang SDI-nya masih belum dimanfaatkan optimal yakni di perairan pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT, sampai ke ZEEI di Samudra Hindia, Teluk Tomini, Laut Sulawesi, Laut Banda, dan ZEEI di Samudra Pasifik Dahuri, 2005. Dampak dari kondisi tersebut adalah masih diperlukannya kebutuhan sumber daya manusia perikanan untuk memenuhi kebutuhan industri penangkapan ikan tersebut pada berbagai usaha perikanan tangkap Badan Usaha Milik Negara, perusahaan swasta nasional perikanan baik PMDN dan PMA serta perusahaan perikanan dari luar negeri. Berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja perikanan khususnya untuk tingkat menengah yaitu tenaga perikanan yang memiliki ijasah perikanan setingkat sekolah menengah, saat ini Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan BPSDM-KP sebagai pihak yang mempunyai tugas utama memformulasikan dan menganalisis kebijakan program pengembangan sumber daya manusia perikanan di Indonesia membina 8 delapan Sekolah Usaha Perikanan Menengah SUPM yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. SUPM merupakan sekolah menengah kejuruan di bidang perikanan dengan lama pendidikan 3 tiga tahun, setiap tahunnya SUPM meluluskan kurang lebih 600 orang tenaga perikanan tingkat menengah yang siap bekerja di kapal. Mengacu dari jumlah yang dihasilkan ini hanya dapat mengawaki 150 unit kapal penangkap ikan ukuran 88 GT- 353 GT yang berlayar di perairan Indonesia sebagaimana ketentuan Keputusan Menteri No. KM 461996 tentang kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan. Selain sekolah menengah kejuruan perikanan yang dikelola oleh BPSDM- KP yang berada di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan, tercatat terdapat 2 161 Sekolah Usaha Perikanan Menengah milik Daerah dan Swasta, serta Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri dan swasta yang terletak di berbagai lokasi di Indonesia yang mengembangkan bidang kelautan dan perikanan yaitu program keahlian Nautika Perikanan Laut NPL dan Teknika Perikanan Laut TPL. Pembinaan SUPM dan SMK tersebut berada di bawah kewenangan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas. Setiap tahunnya diperkirakan sekolah-sekolah tersebut di tahun mendatang akan menghasilkan kurang lebih 3000 lulusan. Selain itu SMK dan SUPM sudah ada yang mengembangkan program keahlian NPL dan TPL, dengan maksud memperluas kesempatan belajar dengan kondisi yang minimal sarana, prasarana dan dukungan dana. Untuk itu Depdiknas merencanakan dan segera akan merealisasikan pengembangan SMK PerbantuanSMK Kecil yang juga membuka program keahlian yang sama. Pengertian SMK Kecil adalah SMK pembantucabang, yang dianjurkan untuk dibuka di daerah-daerah pesisir. Pada tahun 2004 ini Depdiknas menyediakan dana pengembangan SMK Kecil, di 280 Pemerintah KabupatenKota, yang 20 SMK Kecil diantaranya adalah yang membuka program keahlian NPL dan TPL. Seiring dengan berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan, yang dilanjutkan dengan disahkannya UU 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional yang menonjolkan konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan dan mengarah pada pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah sistem desentralisasi maka pengelolaan pendidikan dasar dan menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal menjadi tanggung jawab Pemerintah KabupatenKota. Keadaan tersebut menyebabkan ijin mudah diberikan untuk pendirian sekolah. Cerahnya prospek kerja di bidang perikanan menimbulkan euforia bagi daerah sehingga menyebabkan pengajuan pendirian sekolah perikanan tingkat menengah sangat intensif. Jika tidak dilakukan pengendalian jumlah sekolah yang didasarkan atas kebutuhan optimal akan berdampak pada tidak terserapnya tenaga kerja yang dihasilkan oleh pasar kerja. Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu melakukan suatu penelitian tentang kebutuhan tenaga kerja perikanan tingkat menengah pada industri penangkapan ikan. Kajian kebutuhan tenaga kerja tersebut difokuskan pada jumlah sekolah menengah kejuruan perikanan, dan lulusan yang dihasilkannya serta program strategis pengembangan SDM tingkat menengah serta prospek 3 industri penangkapan ikan sampai 5 tahun mendatang. Melalui hasil kajian tersebut diharapkan akan diperoleh gambaran kebutuhan tenaga kerja berpendidikan menengah kejuruan perikanan disesuaikan dengan perkembangan industri perikanan tangkap di Indonesia.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah