Tujuan Penelitian Hasil dan Manfaat Penelitian Hipotesis SDM Perikanan Tangkap

5 dalam UU 322004 tentang Pemerintah Daerah maupun aspek legal lain yang dikeluarkan daerah diidentifikasi berkaitan dengan kebijakan nasional. Kompetensi lulusan diidentifikasi berdasarkan kemampuan lulusan dan permintaan pengguna lulusan. Perkembangan investasi yang dicerminkan dengan industri penangkapan diidentifikasi perkembangannya berkaitan dengan kebutuhan SDM. Keterkaitan aspek tritunggal antara diklat, SDM, dan investasi diidentifikasi ketergantungannya. Terkait dengan perkembangan armada kapal ikan saat ini, terjadinya penangkapan yang berlebihan overfishing pada beberapa daerah penangkapan tentunya sangat berpengaruh terhadap fishing capacity di suatu wilayah. Penambahan unit penangkapan secara signifikan merupakan fenomena input yang berlebih pada kondisi daerah penangkapan yang sudah mulai berkurang. Sehingga penambahan unit penangkapan yang signifikan tidak akan memberikan output yang memadai. Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil tangkap per upaya CPUE yang diduga telah cenderung menurun dengan meningkatnya upayajumlah unit penangkapan, dan akhirnya pemanfaatan palka ikan terpasangnya juga turun. Secara nyata bertambahnya unit penangkapan memerlukan penambahan SDM namun dengan beban individu SDM di kapal yang diduga semakin berkurang dalam arti produktivitas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : • Menghitung jumlah tenaga kerja menengah perikanan tangkap saat ini yang bekerja di kapal dan jumlah kapal penangkap ikan. • Memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja perikanan tingkat menengah untuk industri penangkapan ikan sampai dengan 5 tahun mendatang • Merumuskan program strategis pengembangan sumberdaya manusia perikanan tingkat menengah

1.5 Hasil dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini adalah diperolehnya identifikasi, proyeksi dan perumusan kebutuhan tenaga kerja kepelautan perikanan tingkat menengah untuk memenuhi kesempatan bekerja pada kapal perikanan skala industri baik di 6 beroperasi di perairan Indonesia maupun yang beroperasi di perairan di luar wilayah Indonesia. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan lembaga pendidikan penghasil tenaga – tenaga teknis tersebut Manfaat dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pertimbangan bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pengelolaan sekolah perikanan menengah yang optimal, selaras dengan pengembangan dan rencana investasi industri penangkapan ikan. Implementasi dari kegiatan ini adalah adanya pengaturan tentang pengembangan sekolah menengah kejuruan perikanan yang ada di suatu daerah dengan mempertimbangkan daya serap tenaga kerja yang ada.

1.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ƒ Tidak terdapat keseimbangan antara permintaan dan suplai terhadap SDM perikanan tingkat menengah ƒ Kebutuhan SDM perikanan tingkat menengah pada industri perikanan tangkap tidak linier dengan penambahan jumlah kapal 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SDM Perikanan Tangkap

Tenaga kerja adalah sumber daya manusia SDM yang memiliki potensi, kemampuan, berpribadi, dan berperan dalam pembangunan sehingga berhasil guna bagi diri dan masyarakat. Terkait dengan hal ini, aspek yang terkandung dalam SDM adalah aspek potensial, aspek profesional, aspek fungsional, aspek operasional, aspek personal, dan aspek produktivitas. Perhatian khusus banyak diberikan kepada pengembangan SDM karena adanya kesadaran bahwa indikator kemajuan negara banyak dipengaruhi oleh kualitas SDM. Tujuan pengembangan SDM di tingkat nasional bertujuan untuk mengintegrasikan SDM kedalam pembangunan sehingga terjadi pengunaan SDM yang rasional dan efektif Barthos, 2002. Efektif dalam arti pemilihan profesi dengan benar. Kesadaran ini juga terkait dengan peran institusi yang tidak hanya sebagai organiser namun berperan sebagai think tank pengembangan SDM. Salah satu strategi ini adalah melalui pengembangan pendidikan yang mampu menghadapi tuntutan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan selanjutnya ditunjang dengan proses politik serta sekaligus akan mendukung knowledge-based economy. Di sisi lain efek desentralisasi dalam otonomi daerah diharapkan dapat memproses pengembangan ini lebih tajam sesuai dengan sumber daya, peluang, dan kebutuhan masing-masing daerah. Pengembangan SDM tidak sekedar formalitas sertifikasi namun lebih pada penilaian kebutuhan yang diinginkan. Kebutuhan dan penetapan tujuan sebagai fase penilaian dilaksanakan sebelum implementasi program dan evaluasi. Tujuan ini terkait erat dengan kinerja dan standar yang dituntut, serta lingkungan kerja. Konsep pengembangan ini tentunya mengarah sebagaimana dikehendaki secara internasional yakni peningkatan skill, knowledge, dan ability yang lebih dikenal sebagai competency-based. Apalagi dengan berbagai persaingan dan mobilisasi SDM dan kemajuan teknologi. Makna skill termasuk mencakup selain fisik, seperti mental, bahkan kemampuan sosial individu. Secara tidak langsung konsep ini akan menepis kekurangan kapabilitas SDM pada umumnya seperti rendahnya penguasaan keahlian spesifik, wawasan yang tidak adaptif, dan kurangnya tingkat kemampuan mengatasi masalah Irianto, 2001 8 Potensi sumberdaya ikan dan sumber daya manusian akan memberi arti jika diikuti dengan teknologi pasar, dan profesionalisme sumber daya manusia sehingga menciptakan hubungan ekonomi. Hal terkait yang penting dengan profesionalisme adalah program pendidikan dan pelatihan semasa menempuh sertifikasi. Sertifikasi pelaut kapal penangkap ikan terdiri dari dua, yaitu Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan ANKAPIN, sebelumnya disebut MPL Mualim Perikanan Laut dan Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan ATKAPIN, sebelumnya disebut AMKPL Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut. ANKAPIN dan ATKAPIN tingkat I diujikan pada lulusan institusi pendidikan setingkat Sekolah Tinggi atau Akademi, dan untuk tingkat II diujikan pada lulusan Sekolah Usaha Perikanan Menengah atau setingkat. Data panitia Ujian Pelaut Kapal Penangkap Ikan PUPKPI menunjukkan bahwa, rata-rata lulusan ANKAPIN dan ATKAPIN tingkat I per tahun adalah 90 orang dari 2 institusi, sedangkan untuk tingkat II sebanyak 540 orang dari 13 institusi. Ujian keahlian ini didasarkan pada SK Dirjen Perla DL 2219-2000 tentang Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan dan Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan. ANATKAPIN tingkat I dapat menjabat NakhodaKepala Kamar Mesin Penangkap Ikan dengan ukuran 88 GT untuk daerah pelayaran seluruh lautan, sementara untuk tingkat II dengan jabatan yang sama pada kapal penangkap ikan di daerah pelayaran seluruh Indonesia. Ketentuan ini sebagaimana tertuang dalam Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan dalam Keputusan Menteri Perhubungan KM 461996. Sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan merupakan salah satu indikator bagi industri perikanan tangkap dalam memilih awak kapal yang sesuai dengan kebutuhan Dephub, 1996. Pengawakan kapal perikanan telah dirumuskan dalam sinkronisasi UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan UU No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran DKP, 2006 sebagai berikut: keselamatan pelayaran khususnya di dalam kegiatan operasi penangkapan ikan merupakan hal terpenting untuk menjamin keberhasilan penangkapan ikan. Untuk itu diperlukan awak kapal yang cakap dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan tugas di atas kapal. Berkaitan dengan hal tersebut, secara internasional pengaturan pengawakan kapal penangkap ikan yang dianggap spesifik sesuai dengan pekerjaannya diatur dalam konvensi Standard of Training, Certification and Wachkeeping for Fishing Vessel Personnel STCW-F 1995. Tujuan konvensi ini mengenalkan keselamatan dan hal penting lainnya serta perlindungan 9 lingkungan laut dengan persetujuan standar internasional melalui pelatihan, sertifikasi dan tugas jaga bagi pelaut kapal penangkap ikan pada kapal penangkap ikan dengan panjang 24 meter atau lebih. Awak kapal adalah orang yang bekerja di kapal atau dipekerjakan di kapal oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam Buku Sijil IMO, 1995 Studi DKP 2003 menunjukkan bahwa dari sampel 42 kapal penangkap ikan yang tersebar di Pekalongan, Bitung, Belawan, Fak Fak, Kendari dan Sorong diketahui bahwa 18 orang bersertifikat yakni 10 orang ANKAPIN TK II dan 8 orang ATKAPIN II. Ini mengindikasikan bahwa diasumsikan setiap kapal terdapat 3 orang tenaga perikanan menengah yang bersertifikat. Jika dalam satu kapal terdapat 15 awak kapal, berarti baru 20 yang bersertifikat kepelautan dan perikanan. Tabel 1 Peluang kerja pemegang sertifikat ANKAPIN-II dan ATKAPIN-II Jenis Sertifikat Jabatan Pembatasan Persyaratan UKURAN KAPAL DAERAH PELAYARAN ANKAPIN Tingkat II MUALIM I 12 m - 24 m Perairan Indonesia tidak termasuk ZEEI NAKHODA 12 m - 24 m Perairan Indonesia tidak termasuk ZEEI Mualim I sekurang-kurangnya 24 bulan di kapal penangkap ikan yang panjangnya tidak kurang dari 12 m, dan dari 24 bulan dimaksud diperbolehkan berlayar sebagai perwira di kapal niaga selama 12 bulan MUALIM II 24 m Perairan Indonesia tidak termasuk ZEEI Mualim II pada kapal semua ukuran di daerah pelayaran Indonesia tidak termasuk ZEEI setelah berpengalaman berlayar 12 bulan dan dari 12 bulan dimaksud diperbolehkan berlayar sebagai perwira di kapal niaga selama 6 bulan ATKAPIN Tingkat II MASINIS II 100 Kw - 300 KW - KKM 100 kW - 300 kW - Berpengalaman berlayar sebagai Masinis II sekurang-kurangnya 24 bulan pada kapal penangkap ikan yang menggunakan mesin penggerak utama tidak kurang darii 100 kW MASINIS III 300 Kw - Berpengalaman berlayar 12 bulan sebagai Masinis II pada kapal penangkap ikan yang menggunakan mesin penggerak utama tidak kurang dari 100 kW Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan KMNo. 9Tahun 2005 10 Menilik jumlah kapal penangkap ikan tahun 2000 dengan ukuran 50 GT sebanyak 2196 unit dan dengan rata-rata kenaikan tahunan sebesar 21 dalam kurun waktu 1996-2000 DKP, 2002, maka jumlah lulusan bersertifikat yang direncanakan dihasilkan pada tahun 2006 sampai dengan 3000 orang akan memiliki peluang yang tidak terlalu besar untuk mengawaki kapal penangkap ikan. Peluang yang memungkinkan bagi tenaga kerja menengah yang memiliki sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan II ANKAPIN-II untuk bekerja pada