34 bersama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga
pemerintah penentu kebijakan sektor telah menyusun kurikulum yang telah menyesuaikan dengan standar yang diacu. Kurikulum berbasis kompetensi telah
dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan menengah perikanan di seluruh Indonesia. Walaupun dalam implementasinya kurikulum tersebut belum
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena kurikulum berbasis kompetensi lebih banyak mengutamakan kelas pemahiran siswa terhadap
kemampuan yang harus dimiliki yang mana hal tersebut sangatlah tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Disamping itu hambatan
utama lain adalah belum banyak memadai dan tersedianya tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan ataupun kompetensi sebagaimana yang telah
dijabarkan dalam STCW-F 1995. Sebagai contoh, pengajar dan penguji pada ujian keahlian pelaut dituntut untuk menempuh dan memiliki sertifikat IMO Model
Course baik sebagai pengajar maupun penguji. Sehingga kebutuhan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap program
studi serta pengembangan wawasan dan keterampilan metodik didaktik dan teknologi bagi tenaga kependidikan tersebut baik melalui pelatihan berjenjang
dan terstruktur serta peningkatan jenjang pendidikan formal dapat berjalan sesuai dengan bidang ilmu di pengajar.
4.4 Proses Sertifikasi
Potensi sumber daya ikan dan sumber daya manusia akan memberi arti apabila diikuti dengan teknologi, pasar dan profesionalisme sumber daya
manusia sehingga menciptakan hubungan ekonomi. Terkait hal yang penting dengan profesionalisme pelaut perikanan adalah bagaimana pendidikan dan
pelatihan dilaksanakan semasa menempuh sertifikasi. Bekerja di kapal perikanan seperti halnya di kapal niaga dituntut memiliki
keberanian tinggi dalam menghadapi segala tantangan alam, ulet, displin tinggi, dan tahan hidup otak segar, mental tegar, dan fisik bugar dalam suatu
komunitas kecil di atas kapal dalam jangka lama, sekitar dua sampai tiga bulan di tengah laut, sehingga perlu dijaga hubungan yang harmonis antar individu di
atas kapal serta profesional terhadap pekerjaan yang dihadapi. Berkaitan dengan kompetensi pelaut, sekarang ini untuk para pelaut
niaga dituntut untuk memenuhi persyaratan Standard Training Certification and Watchkeeping for Seafarer, sedangkan untuk pelaut kapal perikanan dituntut
35 untuk memenuhi standar kompetensi berdasarkan Standard of Training
Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnels STCW-F 1995 dari International Maritime Organization IMO. Pelaut berstandar dimaksud,
yakni memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang keselamatan jiwa, harta dan menjaga lingkungan agar laut tetap bersih dan terbebas dari polusi clean
ocean serta melakukan penangkapan ikan yang bertanggung jawab responsible fishing.
Untuk dapat beroperasi membawa kapal di laut maka nakhoda, perwira dan rating di kapal perlu dilengkapi dengan sertifikat yang sesuai dengan
jabatannya di kapal yang diperoleh melalui suatu pengujian oleh pihak yang berwenang. Untuk pengakuan yang diberikan kepada lulusan pendidikan tingkat
menengah untuk dapat bekerja pada industri penangkapan ikan diberikan dalam bentuk sertifikat Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan ANKAPIN II dan Ahli
Teknika Kapal Penangkap Ikan ATKAPIN II apabila mereka dinyatakan lulusan dalam mengikuti ujian sertifikat yang diikuti. Sertifikat tersebut sekaligus
merupakan bentuk pengukuhan terhadap pemegang sertifikat sebagai personil yang memiliki kemampuan sebagai ahli nautika kapal penangkap ikan dan ahli
teknika kapal penangkap ikan. Ketentuan yang mengharuskan lulusan pendidikan menengah perikanan
yang bekerja pada kapal penangkap ikan untuk memiliki sertifikasi kepelautan telah ditetapkan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2000
tentang kepelautan sebagai standar persyaratan kompetensi bagi tenaga kerja berpendidikan kepelautan yang siap bekerja. Kelemahan terhadap peraturan
tersebut dan perlu diperbaiki adalah mengenai tumpangtindih kebijakan, perhatian dan kompensasi terhadap tenaga yang bersertifikat serta secara umum
adalah rendahnya implementasi peraturan. Jika hal ini terus berlanjut dikawatirkan tidak ada perbedaan signifikan antara tenaga menengah perikanan
bersertifikat dan tidak bersertifikat serta sekaligus ancaman jika ketentuan internasional diberlakukan.
Saat ini penyelenggaraan ujian sertifikasi ANKAPIN dan ATKAPIN diselenggarakan oleh Dewan Penguji Keahlian Pelaut Bidang Pelaut Perikanan
melalui empat wilayah yakni Pelaksana Ujian Keahlian Pelaut Kapal Penangkap Ikan PUKP-KAPIN wilayah I di Belawan, PUKP-KAPIN wilayah II di Jakarta,
PUKP-KAPIN wilayah III di Tegal dan PUKP-KAPIN wilayah IV di Bitung.
36 Pembentukan PUKP-KAPIN tersebut berdasarkan keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut nomor PH 34116DJPL-06. Beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan perikanan di Indonesia yang sudah, sedang dan akan dilengkapi
dengan fasilitas pendidikan dan pelatihan sesuai standar konvensi STCW-F 1995 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Lembaga pendidikan dan pelatihan perikanan tangkap di Indonesia
yang menyelenggarakan pendidikan profesi bersertifikat nasional dan internasional
Nama UPT Rata-rata
lulusan Program
Studi Tingkat
sertifikat Keterangan
Sekolah Tinggi Perikanan
50 TPI ANKAPIN-I
DKP 50
MPI ATKAPIN-I
DKP Akademi Perikanan
Bitung 40 TPI
ANKAPIN-I DKP
40 MPI ATKAPIN-I
DKP Akademi Perikanan
Sorong 40 TPI
ANKAPIN-I DKP
40 MPI ATKAPIN-I
DKP Sub Jumlah
260 SUPM Ladong
40 TPI ANKAPIN-II
DKP 40 MPI
ATKAPIN-I DKP
SUPM Pariaman 40 TPI
ANKAPIN-II DKP
40 MPI ATKAPIN-II
DKP SUPM Tegal
50 TPI ANKAPIN-II
DKP 40 MPI
ATKAPIN-II DKP
SUPM Pontianak 30 TPI
ANKAPIN-II DKP
30 MPI ATKAPIN-II
DKP SUPM Ambon
40 TPI ANKAPIN-II
DKP 40 MPI
ATKAPIN-II DKP
SUPM Sorong 50 TPI
ANKAPIN-II DKP
40 MPI ATKAPIN-II
DKP SMKN 1 Cirebon
100 TPI
ANKAPIN-II Depdiknas
SMKN Muh Tuban 60
TPI ANKAPIN-II
Yayasan SMKK Tuban
60 TPI
ANKAPIN-II Yayasan
SUPM Yamipura 80
TPI ANKAPIN-II
Yayasan Sub Jumlah
780 Balai Diklat Perikanan
Medan 40 TPI
ANKAPIN-III DKP
40 MPI
ATKAPIN-III DKP
Balai Diklat Perikanan Tegal
40 TPI ANKAPIN-III
DKP 40 MPI
ATKAPIN-III DKP
BalaiDiklat Perikanan Banyuwangi
30 TPI ANKAPIN-III
DKP 30 MPI
ATKAPIN-III DKP
Balai Diklat Perikanan Aertembaga
40 TPI ANKAPIN-III
DKP 40
MPI ATKAPIN-III
DKP Balai Diklat Perikanan
Ambon 40 TPI
ANKAPIN-III DKP
40 MPI ATKAPIN-III
DKP Sub Jumlah
380 Jumlah
1420
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Lulusan Pendidikan Menengah Perikanan Saat ini 5.1.1 Jumlah lulusan