64 harta di laut, menjaga lingkungan laut, serta mampu melaksanakan penangkapan
ikan secara bertanggung jawab responsible fishing. Hal ini perlu didukung sistem ujian pada lembaga uji yang independent, pengawakan yang sesuai
dengan tingkat dan jenis sertifikatnya.
5.4.2.3 Strategi kebijakan sertifikasi
Berkaitan dengan kompetensi pelaut, sekarang ini untuk para pelaut niaga dituntut untuk memenuhi persyaratan Standard Training Certification and
Watchkeeping for Seaferer, sedangkan untuk pelaut kapal perikanan dituntut untuk memenuhi standar kompetensi berdasarkan Standard Training
Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnels STCW-F 1995 dari International Maritime Organization IMO. Pelaut berstandar dimaksud,
yakni memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang keselamatan jiwa, harta dan menjaga lingkungan agar laut tetap bersih dan terbebas dari polusi clean
ocean serta melakukan penangkapan ikan yang bertanggung jawab responsible fishing. Hal yang sama berlaku bagi para pengajar dan penguji
yang harus mempunyai sertifikat IMO model course 6.09 dan 3.12. Pemenuhan kebutuhan awak kapal perikanan pada kapal-kapal
perikanan tangkap sekarang ini sangatlah ditentukan oleh kemampuan lulusan yang ditandai dengan sertifikat yang dimiliki. Sertifikat tersebut merupakan
bentuk pengukuhan terhadap keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dalam hal ini Ditjen Perhubungan
Laut sebagai lembaga pemerintah yang mendapat mandat dari International Maritime Organization. Berdasarkan kondisi tersebut dapat dikatakan sertifikat
ANKAPIN dan ATKAPIN merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh tenaga kerja siap pakai yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan kelautan dan
perikanan. Armada penangkap ikan di luar negeri seperti di kapal: Jepang, Korea, Taiwan, Panama, Spanyol, dan Australia. Demikian pula di luar negeri
pelaut perikanan banyak tenaga kerja perikanan tingkat menengah yang bekerja pada kapal penangkap ikan tuna long liner, kapal pukat cincin purse-seiner
dan kapal pukat harimau trawler sebagai pemegang sertifikat pelaut perikanan Indonesia, ANKAPIN atau ATKAPIN.
Untuk menghasilkan SDM pelaut perikanan yang memenuhi standar internasional tahan bekerja di laut diperlukan lembaga pendidikan dan pelatihan
65 yang didukung dengan kurikulum berdasarkan kompetensi kerja competency
based training, tenaga pengajar yang berpengalaman lapangan, sesuai standar kurikulum yang digunakan, serta memiliki sarana prasarana pendidikan sesuai
dengan STCW-F 1995 dari IMO. Pengukuhan yang diberikan kepada lulusan pendidikan menengah belum seluruhnya dilakukan oleh seluruh lembaga
pendidikan yang ada. Hal ini selain belum adanya kesadaran pada pengelola pendidikan, juga disebabkan oleh keterbatasan sarana, prasarana serta dana
penyelenggaraan ujian. Oleh karenanya diperlukan suatu penetapan kebijakan terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan harus dikukuhkan dengan sertifikasi.
Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan SDM pembangunan sektor kelautan dan perikanan khususnya kebutuhan tenaga yang berkualifikasi
nahkoda dan perwira kapal penangkap ikan, baik untuk beroperasi di perairan Indonesia maupun perairan bebas unlimited water, dan untuk persiapan
ratifikasi STCW-F 1995 dari IMO oleh Pemerintah Indonesia, maka telah ditetapkan suatu ketentuan oleh pihak yang berwenang yang berisi pengaturan
tentang pengujian dan sertifikasi keahlian pelaut serta pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan ketentuan STCW-F.
5.4.2.4 Strategi pengembangan kerjasama