Ekosistem Terumbu Karang HASIL DAN PEMBAHASAN
oleh bahan organik Silalahi 2009. Nilai BOD yang didapat berkisar antara 0.9- 1.4 mgl. Umumnya nilai BOD perairan laut sebesar 20 mgl Kepmen LH 2004.
Jika dibandingkan dengan baku mutu perairan laut, maka nilai BOD yang didapat masih jauh lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan parameter fisika
seperti jarak titik dari daratan terdekat, suhu dan arus laut. Selain itu buangan hasil limbah domestik dan industri juga dapat mempengaruhi nilai BOD Effendi
2003.
Terumbu Karang
Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap ekosistem terumbu karang pada tiga titik pengamatan. Hasil pengamatan ekosistem terumbu karang dapat
dilihat pada Tabel 11. Tutupan substrat dasar perairan di tiga lokasi pengamatan didominasi oleh kategori abiotik yang berupa pasir dan pecahan karang serta
kategori karang mati. Hal ini diduga oleh kegiatan perikanan yang merusak pada masa lalu yaitu pengeboman ikan.
Tabel 11. Tutupan terumbu karang keras hidup, karang mati, biota lain, alga, dan abiotik pada tiga stasiun pengamatan
di TWP Gili Matra
Kode Statisun
Zona Kategori
MI Karang
keras hidup Karang
mati Biota
lain Alga
Abiotik Total
TK 1 Zona Pemanfaatan
9 38
4 10
38 100
0.81 TK 2
Zona Lainnya 5
18 5
1 71
100 0.76
TK 3 Zona Pemanfaatan
11 22
7 5
55 100
0.67 Rata-rata
8 26
5 5
55 100
0.75 Sumber: Data primer diolah 2014
Tutupan karang keras hidup tertinggi terdapat pada stasiun TK 3 sebesar 11, sedangkan tutupan karang keras hidup terendah terdapat pada stasiun TK 2
sebesar 5 . Rata-rata penutupan karang keras hidup sebesar 8. Hal ini menunjukkan bahwa nilai penutupan karang termasuk kategori 0-24.9 dengan
kriteria penilaian buruk Kepmen LH no 4 2001. Nilai indeks mortalitas yang didapat berkisar antara 0.67-0.81. Rata-rata indeks mortalitas yaitu sebesar 0.75.
Nilai rata-rata indeks mortalitas hampir mendekati 1 yang artinya semakin mendekati 1 menunjukkan semakin banyaknya tutupan karang mati. Menurut
Sofian 2004 bahwa jika nilai indeks mortalitas mendekati 1 menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang berarti dari karang hidup menjadi karang mati.
Karang keras hidup yang terdapat pada stasiun pengamatan terdiri dari jenis acropora branching, acropora tabular, coral branching, coral encrusting,
coral foliose, coral massive, coral millepora dan coral submassive. Karang mati tertinggi terdapat pada stasiun TK 1 dan terendah pasa stasiun TK 2. Jenis karang
mati yang ditemukan yaitu dead coral with algae DCA dan recently dead coral RDC. Biota lainnya yang terdapat di stasiun pengamatan dari yang terbanyak
hingga yang terkecil yaitu jenis sponges, ascidians dan anemones, soft coral dan
zoanthids. Jenis alga yang ditemukan yaitu jenis halimeda, coraline algae, macro algae, dan turf algae.
Ikan Terumbu
Hasil pengamatan pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan terdapat 77 jenis ikan terumbu yang berasal dari 10 famili. Jumlah jenis ikan terumbu
tertinggi yaitu pada famili pomacanthidae sebesar 27 . Jumlah jenis ikan terumbu terendah yaitu pada famili serranidae, kyphosidae, zanclidae,
centriscidae, ostraciidae dan tetraodontidae sebesar 1 . Berikut komposisi famili ikan terumbu disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Komposisi famili ikan terumbu pada tiga stasiun pengamatan di TWP Gili Matra
Kelimpahan ikan terumbu merupakan jumlah ikan terumbu yang ditemukan pada suatu stasiun pengamatan persatuan luas transek pengamatan.
Kelimpahan ikan terumbu dianalisis pada tiga stasiun pengamatan di kawasan TWP Gili Matra. Kelimpahan ikan terumbu pada masing-masing stasiun
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Kelimpahan ikan terumbu pada tiga stasiun pengamatan di TWP Gili
Matra
19 2
8 18
3 27
4 3
4 4
8 ACANTHURIDAE
BALISTIDAE CHAETODONTIDAE
LABRIDAE LUTJANIDAE
POMACANTHIDAE SCARIDAE
SIGANIDAE MULLIDAE
NEMIPTERIDAE OTHERS
15 640 11 360
4 480 5000
10000 15000
20000
TK 1 TK 2
TK 3 K
e li
m p
ah an
i n
d h
a
Stasiun Pengamatan
Kelimpahan ikan terumbu tertinggi yaitu pada stasiun TK 1 sebesar 15 640 indha, sedangkan kelimpahan ikan terumbu terendah terdapat pada stasiun TK 3
sebesar 4 480 indha. Kelimpahan ikan yang tinggi di TK 1 dapat disebabkan oleh banyak terdapat biorock dan transplantasi karang di lokasi pengamatan TK 1.
Biorock di lokasi TK 1 cukup banyak dan memiliki bentuk yang beranekaragam seperti bentuk bolabulat, bentuk rumah dan persegi panjang. Dhahiyat 2003
menyatakan bahwa pembuatan bidang terumbu baru di daerah yang rusak dengan transplantasi karang, menunjukkan peningkatan habitat ikan karang. Nilai indeks
keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi ikan terumbu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi ikan terumbu pada
tiga stasiun pengamatan di TWP Gili Matra
Lokasi Ikan Terumbu
Indeks keanekaragaman H
Indeks keseragaman E
Indeks dominansi D
TK 1 2.8060
0.7957 0.0922
TK 2 2.3588
0.7748 0.1558
TK 3 2.7042
0.8749 0.0880
Sumber: Data primer diolah 2014
Menurut Odum 1993 bahwa semakin besa r nilai keanekaragaman H’
menunjukkan komunitas semakin beragam dan indeks keanekaragaman tergantung dari variasi jumlah spesies yang terdapat dalam suatu habitat. Nilai
indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun TK 1 sebesar 2.8060 dan terendah pada TK 2 sebesar 2.3588. Indeks keanekaragaman di tiga stasiun
pengamata
n tergolong dalam kategori 1 H’ 3, yang artinya memiliki keanekaragaman sedang, penyebaran sedang dan kestabilan komunitas sedang.
Menurut Brower et al. 1990, keanekaragaman jenis adalah suatu ekspresi dari struktur komunitas, dimana suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman
jenis tinggi, jika proporsi antar jenis secara keseluruhan sama banyak.
Odum 1993 menyatakan bahwa indeks kemerataankeseragaman E menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas
ikan. Nilai indeks keseragaman menunjukan kestabilan suatu komunitas. Nilai indeks keseragaman tertinggi terdapat pada TK 3 dan terendah pada TK 2. Indeks
keseragaman termasuk kedalam kategori 0.6 E ≤ 1.0, yang artinya memiliki
keseragaman tinggi dan komunitas stabil. Nilai indeks dominansi tertinggi terdapat pada TK 2 dan terendah pada TK 3. Indeks dominansi termasuk kategori
0 C 0,5, yang artinya memiliki dominasi rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada semua lokasi pengamatan memiliki nilai dominansi
yang rendah. Nilai dominansi yang rendah ini menujukkan nilai keseragamannya akan tinggi. Menurut Latuconsina et al. 2012, jika ada beberapa jenis dalam
komunitas yang memiliki dominansi yang besar maka keanekaragamannya dan keseragamannya rendah.