Terumbu Karang ANALISIS DATA

3.3 Ikan Terumbu

Analisis data ikan karang dibagi menjadi kelimpahan ikan, indeks keanekaragamaan H ’, indeks keseragaman E, dan indeks dominasi C. Kelimpahan ikan terumbu merupakan jumlah ikan terumbu yang ditemukan pada suatu luasan transek pengamatan. Kelimpahan ikan terumbu dapat dihitung dengan rumus Odum 1971: A Ni x D   000 . 10 Dimana, D adalah kepadatankelimpahan individu indha, Ni adalah jumlah individu ind, dan A adalah luas pengambilan data ha. Perhitungan keanekaragaman ikan karang dilakukan dengan menggunakan indeks Shannon- Wiener H ’ dengan rumus sebagai berikut Krebs 1972: H ′ = − �� ln �� �=1 Dimana, H’ adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, pi adalah perbandingan jumlah ikan karang spesies ke-i ni terhadap jumlah total N = ni N. Perhitungan indeks keseragaman ikan karang dilakukan dengan rumus : E = �′ � ′ �� Dimana, E adalah indeks keseragaman, H ′ adalah keseimbangan spesies, H ′ max adalah indeks keanekaragaman maksimum yaitu = ln S, dan S adalah jumlah total spesies. Perhitungan indeks dominasi diperlukan untuk mengetahui tingkat dominasi suatu spesies ikan di perairan. Indeks dominasi Simpson C diperoleh dengan rumus sebagai berikut : � = �� 2 �=1 Dimana, C adalah indeks dominasi, pi adalah proporsi jumlah individu pada spesies ikan karang, N adalah jumlah individu seluruh spesies, ni adalah jumlah individu dari spesies ke-i, dan i adalah 1,2,3....n.

3.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Semakin nyata hubungan linier garis lurus, maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi Hasanah 2013. Analisis korelasi dilakukan pada beberapa parameter yaitu: 1. X1: jumlah wisatawan terhadap Y1: jumlah nelayan; 2. X2: persentase tutupan karang keras hidup terhadap Y2: kelimpahan ikan; 3. X3: BOD terhadap Y3: persentase tutupan karang keras hidup. Pengujian korelasi yang dilakukan menggunakan gabungan data olahan primer dan data sekunder dari BKKPN Kupang. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan sotware SPSS 20 Statistical Product and Service Solutions. DeVaus 2002 menyatakan bahwa interval kekuatan hubungan yaitu: 1. 0.00 tidak ada hubungan; 2. 0.01-0.09 hubungan kurang berarti; 3. 0.10-0.29 hubungan lemah; 4. 0.30-0.49 hubungan moderat; 5. 0,50-0.69 hubungan kuat; 6. 0.70-0.89 hubungan sangat kuat; 7. 0.90 hubungan mendekati sempurna.

3.5 Kebutuhan Ruang Ekologis Ecological Footprint

Kebutuhan ruang ekologis atau ecological footprint dapat digunakan untuk menduga daya dukung perikanan. Ecological Footprint adalah konsep daya dukung lingkungan dengan memperhatikan tingkat konsumsi masyarakat. Pendekatan EF perikanan secara statis dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan produktivitas primer primary production requiredPPR Pauly dan Cristensen 1995. Pauly dan Christensen 1995 membagi sistem perairan menjadi enam yaitu 1. Open ocean system; 2. Upwelling system; 3. Tropical shelves; 4. Non tropical shelves; 5. Coastalreef system; 6. Freshwater system. Produktivitas primer masing-masing sistem tersebut secara berurutan yaitu 103, 973, 310, 310, 890, 290 gCm 2 th. Penentuan kebutuhan produktivitas primer PPR dihitung dengan mengkonversi berat ikan ke dalam berat karbon yang dilakukan dengan Ci dibagi 9 sebagai konversi berat atom C. Kebutuhan produktivitas primer dihitung berdasarkan rumus Pauly dan Christensen 1995 yaitu : PPRi = �� 9 × 10 TL i + 1 PPRi adalah kebutuhan produksivitas primer spesies ikan ke-i, C i adalah hasil tangkapan spesies ikan ke-i, dan TL- i adalah rata-rata jumlah transfer trophic level produktivitas primer hasil tangkapan ke-i. Penentuan nilai TL dilakukan berdasarkan nilai Trophic level pada setiap kelompok spesies dan dengan memperhatikan kode grup spesies yang dikeluarkan FAO. Pada kawasan TWP Gili Matra secara umum terdapat dua sistem perairan yaitu tropical shelves, dan coastal and coral system Tabel 3. Jika rata-rata efisiensi transfer adalah 10 Pauly dan Christensen 1995 maka ruang ekologis sistem perairan dapat dihitung dengan formula Wada 1999 sebagai berikut: EF a = ����� �=1 ���