Tabel 2 Nilai kadar air, kerapatan, dan berat jenis rata-rata kayu laminasi
Spesimen Tebal Core cm
KA ρ gcm
3
BJ Core Styrofoam 1 cm
1 11,6
0,46 0,40
Core Styrofoam 2 cm 2
11,6 0,33
0,29 Core Styrofoam 4 cm
4 11,7
0,24 0,21
Core Balsa 1 cm 1
13,8 0,49
0,42 Core Balsa 2 cm
2 13,7
0,39 0,34
Core Balsa 4 cm 4
14,0 0,35
0,30 Core MDF 1 cm
1 12,4
0,62 0,54
Core MDF 2 cm 2
11,4 0,68
0,60 Core MDF 4 cm
4 10,6
0,69 0,62
Keterangan : KA = Kadar air yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanur Brown et al. 1952
ρ = Kerapatan yaitu perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda itu sendiri yang dinyatakan dalam gcm
3
BJ = Berat jenis yaitu perbandingan antara kerapatan suatu benda dengan kerapatan air pada temperatur 4
o
C.
4.1.1 Kadar Air KA
Pengukuran kadar air bahan pembentuk kayu laminasi menggunakan prinsip water displacement dimana berat kering tanur diperoleh setelah bahan
dioven pada suhu 103 ± 2 C. Metode ini tidak dapat diaplikasikan pada styrofoam,
karena karakteristik dari styrofoam yang akan meleleh bila dipanaskan. Nilai kadar air pada styrofoam cukup tinggi dan seragam pada tiap ketebalannya karena
pengukurannya menggunakan moisturemeter. Nilai kadar air rata-rata bahan pembentuk kayu laminasi berkisar antara
8,5-14,2 . Nilai tertinggi terdapat pada kayu balsa 4 cm 14,2 dan terkecil terdapat pada MDF 2 cm 8,5 . Nilai kadar air tertinggi terdapat pada kayu,
yaitu kayu balsa dan akasia. Hal ini disebabkan kayu balsa dan kayu akasia merupakan produk primer, sedangkan plywood dan MDF merupakan produk
turunan dari kayu, sehingga dalam proses pembuatannya, melalui tahapan tertentu yang mensyaratkan kadar air yang sesuai standar pabrik. Kadar air tinggi pada
kayu akasia yang merupakan kayu cepat tumbuh disebabkan adanya proporsi kayu gubal dan juvenile yang tinggi. Sel-sel kayu gubal mempunyai fungsi
biologis, yaitu menyalurkan air dan unsur hara dari akar ke daun untuk proses fotosintesis, sehingga banyak mengandung air Dwianto dan Marsoem 2008.
Kayu balsa memiliki kadar air yang tinggi karena berat jenisnya yang rendah. Semakin rendah berat jenis atau kerapatan, maka tingkat absorbsi kayu
semakin tinggi, karena memiliki tempat penampung air yang lebih banyak daripada kayu dengan berat jenis atau kerapatan lebih tinggi Panshin dan de
Zeeuw 1980 dalam Dwianto dan Marsoem 2008. Semakin tebal core yang
digunakan, kadar air semakin meningkat kecuali pada styrofoam dan MDF. Styrofoam mempunyai kadar air yang sama pada tiap ketebalannya karena berasal
dari pabrik yang sama, sedangkan pada MDF tidak. Kadar air MDF 1 cm dibandingkan dengan MDF 2 cm dan 4 cm berbeda jauh. Hal ini dikarenakan
MDF 1 cm berasal dari pabrik yang berbeda dengan MDF 2 cm dan 4 cm, sehingga menggunakan formulasi perekat dan proses produksi yang berbeda pula.
MDF 2 cm dan 4 cm berasal dari pabrik yang sama. Proses penggabungan 2 buah papan MDF 2 cm menjadi MDF 4 cm menyebabkan papan MDF 4 cm memiliki
kadar air yang lebih tinggi karena adanya perekat yang ditambahkan. Nilai kadar air rata-rata bahan pembentuk kayu laminasi disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10 Histogram kadar air rata-rata bahan pembentuk kayu laminasi. Setelah disatukan menjadi kayu laminasi, nilai kadar air meningkat
kecuali pada kayu laminasi balsa yang cenderung stabil bahkan menurun kadar airnya setelah dijadikan kayu laminasi. Peningkatan kadar air ini disebabkan
adanya perekat yang ditambahkan. Vick 1999 menyatakan bahwa perekat mengandung air sebagai pembawa, sehingga pada proses perekatan, air akan
menguap dan diserap oleh kayu yang mengakibatkan kadar airnya meningkat. Air juga diserap kayu dari udara sehingga kayu mengalami kesetimbangan dengan
udara. Kadar air kayu laminasi balsa tidak berbeda jauh dengan bahan
11.2 9.2
9.2 9.2
13.9 14.0 14.2 10.4
8.5 8.8
13.9
2 4
6 8
10 12
14 16
Kadar Air
Bahan Pembentuk Kayu Laminasi
pembentuknya walaupun telah ditambahkan perekat. Hal ini disebabkan oleh struktur dari kayu balsa itu sendiri yang memiliki rongga, sehingga ketika dioven
air didalamnya baik itu air dalam kayu balsa dan air akibat tambahan perekat akan mudah menguap terevaporasi.
Nilai kadar air rata-rata kayu laminasi berkisar antara 10,6-14,0 . Nilai tertinggi terdapat pada laminasi core balsa 4 cm 14,0 dan terendah pada
laminasi core MDF 4 cm 10,6 . Kelompok laminasi balsa memiliki nilai kadar air lebih tinggi dibandingkan kelompok laminasi styrofoam dan MDF. Hal ini
disebabkan core balsa memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan bahan pembentuk kayu laminasi lainnya.
Selain menghitung nilai kadar air kayu laminasi, kadar air rata-rata bahan terboboti juga dihitung. Nilai kadar air rata-rata bahan terboboti didasarkan pada
kadar air masing-masing bahan pembentuk kayu laminasi. Nilai ini dihitung untuk mengetahui kadar air sebenarnya dari kayu laminasi yang dibuat dan untuk
melihat bagaimana pengaruh nilai kadar air bahan pembentuk kayu laminasi terhadap kayu laminasinya. Nilai kadar air rata-rata bahan terboboti memiliki
kecenderungan yang sama dengan nilai kadar air kayu laminasi, dan nilainya tidak berbeda jauh. Hal ini berarti kadar air dan ketebalan masing-masing bahan
pembentuk laminasi memberikan pengaruh terhadap kadar air kayu laminasinya. Kadar air rata-rata kayu laminasi dapat dilihat pada Gambar 11.
Keterangan : Rata-rata KA bahan terboboti merupakan ratio antara ΣKA tiap lapisan x tebal
dengan Σ tebal kayu laminasi
Gambar 11 Histogram kadar air rata-rata kayu laminasi.
11.6 11.6 11.7 13.8 13.7 14.0
12.4 11.4 10.6
2 4
6 8
10 12
14 16
Kadar Air
Kayu Laminasi
KA Rata-rata KA Bahan Terboboti
4.1.2 Kerapatan ρ dan Berat Jenis BJ