Kerapatan ρ dan Berat Jenis BJ

4.1.2 Kerapatan ρ dan Berat Jenis BJ

Kerapatan merupakan suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran. Nilainya sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama pembuatan lembaran Haygreen et al. 2003. Kerapatan sangat berhubungan dengan berat jenis yang merupakan rasio antara kerapatan bahan dengan kerapatan air. Kerapatan rata- rata bahan pembentuk kayu laminasi berkisar antara 0,008-0,73 gcm 3 sebagaimana tersaji pada Gambar 12. Gambar 13 memperlihatkan berat jenis bahan pembentuk kayu laminasi. Kerapatan dan berat jenis tertinggi pada bahan pembentuk kayu laminasi adalah MDF 2 dan 4 cm, serta terendah pada styrofoam 4 cm. Kerapatan dan berat jenis MDF tinggi karena dibuat dari serat kayu fiber yang kemudian dipadatkan melalui proses pengempaan, sedangkan styrofoam memiliki struktur yang berongga sehingga kerapatan dan berat jenisnya lebih rendah dibandingkan MDF. Kerapatan kayu akasia menempati urutan kedua tertinggi setelah MDF, karena secara visual struktur porinya cukup rapat dibandingkan bahan kayu lainnya yaitu kayu balsa. Kayu balsa menunjukkan nilai kerapatan dan berat jenis yang rendah. Hal ini sesuai dengan karakteristiknya yang mempunyai berat ringan dan berpori. Plywood memiliki kerapatan dan berat jenis cukup tinggi karena dibuat dari veneer yang direkatkan secara tegak lurus serat dan dikempa hingga padat. Gambar 12 Histogram kerapatan gcm 3 rata-rata bahan pembentuk kayu laminasi. 0.56 0.010 0.010 0.008 0.25 0.22 0.25 0.58 0.73 0.73 0.62 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Kerapatan gcm 3 Bahan Pembentuk Kayu Laminasi Gambar 13 Histogram berat jenis rata-rata bahan pembentuk kayu laminasi. Nilai kerapatan mengalami perubahan setelah dibentuk menjadi kayu laminasi sebagaimana tersaji pada Gambar 14. Kerapatan rata-rata kayu laminasi berkisar antara 0,24-0,69 gcm 3 . Nilai kerapatan tertinggi terdapat pada kayu laminasi core MDF 4 cm 0,69 gcm 3 dan terendah pada kayu laminasi core styrofoam 4 cm 0,24 gcm 3 . Hal ini berkaitan dengan karakteristik core pembentuknya, dimana core MDF lebih padat dibandingkan core styrofoam, sehingga kerapatan produk akhir lebih tinggi. Secara umum kerapatan meningkat setelah dibentuk menjadi kayu laminasi kecuali pada kayu laminasi dengan core MDF 2 dan 4 cm. Santoso et.al. 2001 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi bertambahnya kerapatan kayu laminasi dibanding bahan pembentuknya adalah adanya lapisan perekat dan pemadatan pada proses pengempaan. Kayu laminasi dengan core MDF 2 cm dan 4 cm memiliki nilai kerapatan yang lebih rendah dibanding bahan pembentuknya. Hal ini disebabkan oleh kerapatan bahan pembentuknya yang tinggi 0,73 gcm 3 sehingga penetrasi perekat kurang maksimal. Penetrasi perekat yang kurang maksimal menyebabkan kontak antara perekat dan kayu yang kurang baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Vick 1999 yang menyatakan bahwa ikatan rekat akan maksimal apabila perekat membasahi semua permukaan kayu selaku bahan yang direkat, sehingga terjadi kontak antara molekul perekat dan molekul kayu daya tarik intermolekulnya dapat mengikat dengan baik. 0.50 0.009 0.009 0.008 0.22 0.19 0.21 0.52 0.66 0.67 0.53 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Berat Jenis Bahan Pembentuk Kayu Laminasi Semakin tebal core pembentuknya, kerapatan kayu laminasi cenderung menurun, kecuali pada laminasi MDF yang mengalami kenaikan nilai kerapatan seiring dengan meningkatnya tebal core yang digunakan. Core yang memiliki kerapatan lebih rendah dari bagian face dan back akan menurunkan kerapatan produk akhir seiring dengan meningkatnya ketebalan core, sedangkan core yang memiliki kerapatan lebih tinggi dari bagian face dan back akan mengalami peningkatan kerapatan produk akhir seiring dengan bertambahnya tebal core. Core MDF memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan bagian face dan back, sehingga presentase berat core yang semakin tinggi seiring dengan ketebalannya akan meningkatkan kerapatan kayu laminasi. Hal ini sesuai dengan rata-rata kerapatan bahan terboboti yang nilainya tidak berbeda jauh serta memiliki kecenderungan yang sama dengan kerapatan kayu laminasinya. Kerapatan mengalami penurunan atau kenaikan dipengaruhi oleh nilai berat jenisnya. Grafik berat jenis kayu laminasi dapat dilihat pada Gambar 15. Berat jenis yang tinggi pada produk akhir kayu laminasi dipengaruhi oleh berat jenis dari bahan pembentuknya. Keterangan : Rata-rata kerapatan bahan terboboti merupakan ratio antara Σkerapatan tiap lapisan x tebal dengan Σ tebal kayu laminasi Gambar 14 Histogram kerapatan rata-rata kayu laminasi. 0.46 0.33 0.24 0.49 0.39 0.35 0.62 0.68 0.69 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 Kerapatan gcm 3 Kayu Laminasi Kerapatan gcm3 Rata-rata Kerapatan Bahan Terboboti Keterangan : Rata-rata BJ bahan terboboti merupakan ratio antara ΣBJ tiap lapisan x tebal dengan Σ tebal kayu laminasi Gambar 15 Histogram berat jenis rata-rata kayu laminasi.

4.2 Sifat Mekanis Bahan Pembentuk Kayu Laminasi