2.7 Gambaran Umum Bahan Baku Pembentuk Kayu Laminasi 2.7.1 Plywood atau Kayu Lapis
Kayu lapis adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat, minimal tiga
lapis SNI 1992. Pemasangan venir dengan arah saling tegak lurus dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi, penyusutan lebih kecil
sehingga menjadikan produk tersebut memiliki stabilitas dimensi yang tinggi. SNI 1992 menyatakan bahwa kayu lapis Indonesia terdiri atas kayu lapis penggunaan
umum, kayu lapis struktural, dan kayu lapis bermuka film. Kayu lapis penggunaan umum adalah kayu lapis yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan tanpa
diproses lebih lanjut. Kayu lapis tersebut dikelompokkan ke dalam kelas mutu A, B, C, dan D, menurut penampilan, kandungan cacat dari venir muka atau
belakang venir luar, dan menurut ukurannya. Toleransi ukuran, kesikuan, dan kadar air merupakan prasyarat dalam pengujian kayu lapis. Tipe kayu lapis
struktural dapat dibedakan berdasarkan kekuatan ikatan perekat, yaitu : 1.
Tipe Eksterior I adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif lama.
2. Tipe Eksterior II adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya
tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif singkat. 3.
Tipe Interior I adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya tahan terhadap kelembaban udara tinggi.
4. Tipe Interior II adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya
tahan terhadap kelembaban udara rendah.
2.7.2 Styrofoam
Styrofoam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada tekanan dan suhu tertentu. Pada umumnya styrofoam digunakan sebagai insulator
dalam bahan konstruksi bangunan. Proses selanjutnya yaitu pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Styrofoam merupakan
bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran berkerapatan rendah yang memiliki bobot ringan serta terdapat ruang antar
butiran yang berisi udara Badan POM RI 2008. Menurut Bpanel 2009,
styrofoam memiliki sifat insulasi panas dan insulasi akustik yang baik serta mudah dalam pengaplikasiannya.
Penelitian Martiandi 2010 menyatakan bahwa penambahan styrofoam pada papan partikel tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk
meningkatkan nilai absorbsi suara bila dibandingkan dengan papan partikel tanpa styrofoam. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengingat bahwa karakteristik
styrofoam yang porous memiliki potensi untuk meredam suara. Penelitian Martiandi 2010 menghasilkan papan komposit campuran kayu afrika dan
styrofoam yang menyerap suara dengan baik pada frekuensi 1250 Hz-1600 Hz, dimana nilai
α mencapai 0,80 dan nilainya terus meningkat sesuai dengan pertambahan frekuensi. Melihat kecenderungan peningkatan nilai koefisien
absorbsi pada penelitian Martiandi, perlu dilakukan uji absorbsi pada frekuensi yang lebih tinggi lagi untuk mengetahui nilai koefisien absorbsinya.
2.7.3 Kayu Balsa Ochroma sp.
Kayu Balsa merupakan kayu berdiameter besar yang termasuk dalam kategori kayu cepat tumbuh fast growing species dan tingginya bisa mencapai
20-30 m. Pohon balsa merupakan tumbuhan asli dari Brasil, Bolivia Utara sampai Meksiko Selatan. Kayunya evergreen dan daunnya rontok bila musim panas yang
terlalu lama. Kayu Balsa merupakan hardwood berdasarkan bentuk daunnya, walaupun kayunya lunak. Kayu balsa sangat lunak dan terang, serta memiliki
permukaan kasar. Kerapatan kering tanur dari kayu balsa berkisar antara 0,04 – 0,34 gcm
3
. Kayu balsa juga sering digunakan sebagai core material pada kayu komposit, contoh : turbin angin, meja tennis yang dibuat dari balsa dengan dilapisi
plywood pada bagian atas dan bawahnya. Kayu balsa juga digunakan sebagai laminasi pada fiberglass untuk meningkatkan kualitas balsa pada surfboard, deck
dan bagian atas dari boats Anonim 2009. Menurut Miller 1999, kayu ini cocok untuk berbagai penggunaan karena
karakteristiknya lunak dan warnanya yang terang. Kayu balsa dikenali berdasarkan berat kayunya yang sangat ringan dan warna kayu yang pucat
biasanya putih, kekuning-kuningan, dan terkadang berona kemerah-mudaan, serta menimbulkan kesan raba beludru. Karena beratnya yang ringan dan
kayunya memiliki pori, balsa sangat efisien sebagai bahan insulasi terhadap panas
dan dingin. Kayu balsa juga mempunyai sifat rambatan yang lambat terhadap suara dan getaran. Penggunaan kayu balsa pada umumnya adalah sebagai alat-alat
penolong, alat pelampung, rakit, bahan penyekat, bantalan, sound modifiers, serta alat peraga.
2.7.4 Medium Density Fiberboard MDF