iv
ABSTRACT THE EFFECT OF AUDIT TENURE, PRIOR YEAR AUDIT OPINION, AND
DISCLOSURE TO GOING CONCERN OPINION AUDIT OF MINING AND AGRICULTURE COMPANIES THAT LISTED AT INDONESIAN STOCK
EXCHANGE IN 2011-2014
By Muhammad Nur Fahmi
The purpose of this research is proving the effect of audit tenure, prior year audit opinion, and disclosure to going concern audit opinion. This research
uses samples of mining and agriculture companies that listed at Indonesian Stock Exchange in 2011-2014. Based on purposive sampling method, total of samples of
this research are 56 companies. The hypothesis in this research uses logistic regression.
This research shows that prior year audit opinion has significant effect on the going concern audit opinion. Audit tenure and disclosure do not have
significant effect on the going concern audit opinion. Keywords: audit tenure, prior year audit opinion, disclosure, and going concern
audit opinion.
v
ABSTRAK PENGARUH
AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN
DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PERUSAHAAN TAMBANG DAN
AGRICULTURE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2014
Oleh Muhammad Nur Fahmi
Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern. Penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama tahun 2011-2014. Berdasarkan metode
purposive sampling,
total sampel penelitian adalah sebanyak 56 perusahaan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Audit tenure dan
disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Kata kunci: audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, disclosure, dan opini audit going concern.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
kepada kita semua yang mana semua yang diberikan olehNya tidak bisa dihitung maupun dibalas, dan karena nikmat-Nya pula skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Abahku Moh Iqbal dan Ibunda Laswiyah tercinta, terima kasih atas segala
dukungannya. Terima kasih atas pengorbanan kalian dalam membina anakmu ini dengan segala cinta dan tuntunan ilahi. Serta adikku Abi dan
Alwi semoga menjadi anak yang berguna dan membanggakan. 2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis beserta jajaran dekanat. Juga kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM
selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengingatkan dan memberikan semangat dalam pembuatan skripsi
ini. 4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh perhatian dan dukungan. Terimakasih karena telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan
banyak solusi.
vii 5. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan pengetahuan yang luas. Terimakasih karena telah memudahkan proses skripsi dan memberikan jalan terhadap banyak
permasalahan dalam pembuatan skripsi ini. 6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., selaku dosen Pembimbing
Akademik, telah membimbing selama masa perkuliahan. 7. Teman-teman Akuntansi 2011 khususnya AKUKECE, akuntansi kelas C
yang telah membersamai dalam seluruh proses perkuliahan. Khususnya kepada teman-teman Core I 7, Rizki Fauzi, Irvan Sopian, Arif Setiawan,
Wahyu Heldera, Septiandi Dwi Nugraha, dan Noviansyah Z. yang telah saling mendukung dalam seluruh kebersamaan.
8. Terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh pengurus Komda FEB 2013-2014, kalian merupakan saudara dakwah yang sangat baik.
9. Terima kasih kepada pengurus UKM LDK Syahid 18, 2014-2015 atas segala kebersamaan dalam perjuangan dakwah kampus.
10. Terima kasih pula yang tidak terlupakan kepada teman-teman KESTARI 18, Ali, Annisa, Ganis, Umi, yang tidak pernah lelah saling mengingatkan
dan menebarkan semangat dalam proses pembuatan skripsi. 11. Terima kasih kepada Rohis 46 2011 yang telah mendukung dan
memanasmanasi agar terselesaikannya skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan serta keterbatasan yang lainnya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan masukan dan kritik konstruktif dari
berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, September 2015
Muhammad Nur Fahmi
viii
DAFTAR ISI
Hal COVER
COVER DALAM LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
………………………….. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………….……………………………………... ii
ABSTRACT …………………………………………………………………….. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………
v KATA PENGANTAR
………………………………………………………….. vi DAFTAR ISI
……………………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL
……………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xi
BAB I Pendahuluan
………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah
……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah
…………………………………………... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
………………………………. 14
BAB II Tinjauan Pustaka
…………………………………………………... 16
A. Tinjauan Literatur
…………………………………………….. 16
1. Teori Keagenan
…………………………………………… 16
2. Auditing
………………………………………………… 18
a. Pengertian Audit
……………………………………... 18 b.
Jenis-jenis Audit ……………………………………… 18
1 Audit Operasional
……………………………. 18 2
Audit Kepatuhan ……………………………..
19 3
Audit Laporan Keuangan ……………………
19
ix
3. Opini Audit Going Concern
………………………………... 20 4.
Audit Tenure ………………………………………………… 26
5. Opini Audit Tahun Sebelumnya
…………………………... 27 6.
Disclosure ………………………………………………...
28 B.
Penelitian Sebelumnya …………………………………………… 31
C. Kerangka Berpikir
……………………………………………… 45 D.
Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis ……… 46
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern. 46
2. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going Concern
…………………………………. 47 3.
Pengaruh Disclosure Terhadap Opini Audit Going Concern
………………………………………………………. 48 BAB III
Metodologi Penelitian …………………………………………………. 50
A. Ruang Lingkup Penelitian
……………………………………….. 50 B.
Metode Penentuan Sampel ………………………………………. 50
C. Metode Pengumpulan Data
……………………………………… 51 D.
Metode Analisis Data …………………………………………….. 52
E. Operasional Variabel Penelitian
………………………………… 57 BAB IV
Analisis dan Pembahasan ……………………………………………... 60
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
……………………. 60 B.
Analisis dan Pembahasan ………………………………………... 64
BAB V Kesimpulan dan Saran
………………………………………………... 79 A.
Kesimpulan ……………………………………………………….. 79
B. Saran
……………………………………………………………… 80 DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………... 81 LAMPIRAN
………………………………………………………………………… 84
x
Daftar Tabel No
Keterangan Hal
1.1 Skandal Akuntansi
……………………………………………………… 4 1.2
Data Peringkat Tambang Indonesia …………………………………….. 8
2.1 Disclosure Item
………………………………………………………………… 30 2.2
Hasil Penelitian Sebelumnya …………………………………………… 32
3.1 Variabel Pengukuran dan Operasional
…………………………………. 59 4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ………………………………. 61
4.2 Sampel Penelitian
………………………………………………………. 62 4.3
Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit ……………..………… 63
4.4 Descriptive Statistics
………………………………………………………….. 65 4.5
Iteration History ………………………………………………………... 68
4.6 Iteration History
1 ……………………………………………………… 69
4.7 Koefisien Determinasi………………………………………………….. 70
4.8 Hosmer and Lemeshow Test
………………………………………………….. 70 4.9
Correlation Matrix …………………………………………………………….. 71
4.10 Classification Table …………………………………………………………… 72
4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ………………………………….... 73
4.12 Ringkasan Hasil Penelitian ……………………………………………... 78
xi
Daftar Gambar No
Keterangan Hal
1.1 Peta Lokasi penyebaran Sumber daya dan Cadangan Batubara
………... 9 2.1
Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern …….. 26
2.2 Kerangka Berpikir
……………………………………………………… 45
1
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Akuntan publik merupakan salah satu profesi yang memiliki lisensi yang diberikan oleh Departemen Keuangan setelah melalui ujian Certified Public
Accountant CPA. Salah satu jasa akuntan publik adalah assurance services yang
mana bertujuan untuk meningkatkan mutu dari laporan keuangan. Dalam hal ini auditing merupakan salah satu daripada assurance services tersebut. Jasa auditing
berusaha untuk memeriksa dan memberikan opini terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, terkait dengan apakah laporan yang disajikan oleh manajemen
sudah disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak, serta apakah laporan disajikan dengan sewajar-wajarnya. Maka dari itu akuntan publik
memiliki peran penting dalam hal pengeluaran hasil audit laporan keuangan. Akuntan publik memiliki tanggung jawab penuh atas seluruh hasil audit yang
dikeluarkannya. Akuntan publik atau auditor independen bertugas memberikan jasanya terutama jasa audit laporan keuangan kepada para kliennya. Boynton dan
Johnson 2006:10 menyatakan bahwa klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, dan
kantor pemerintah. Auditor independen dalam melaksanakan tugasnya harus mengacu pada
standar yang dibuat oleh masing-masing negara tempat auditor tersebut beroperasi. Di Indonesia standar yang digunakan untuk acuan para auditor adalah
2 Standar Profesional Akuntan Publik SPAP. Dengan adanya standar ini, maka
seluruh kegiatan auditor telah terstandarisasi. Auditor harus mengupayakan menciptakan kondisi audit yang paling
efektif. Salah satu kondisi yang diperlukan untuk menciptakan kondisi audit yang efektif adalah independensi auditor Foroghi, 2012. Auditor independen dalam
melaksanakan tugasnya harus bersikap jujur dan objektif. Hal-hal tersebut harus ada pada diri seorang auditor, sehingga keputusan laporan audit tidak terpengaruh
pihak manapun. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar dapat memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan Maulina et al. 2010.
Boynton dan Johnson 2006:5 menyatakan bahwa auditing memainkan peran penting dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan ekonomi kita. Hal ini
dikarenakan hasil audit atas laporan keuangan yang telah diaudit diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan pemegang
kepentingan. Laporan keuangan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari suatu perusahaan, karena laporan keuangan merupakan salah satu media
utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak yang berkepentingan Rossa dan Rahardjo,
2013. Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan Singgih dan Bawono, 2010. Investor merupakan salah satu pihak pemegang kepentingan atas suatu perusahaan, karena salah satu sumber
3 modal adalah dana dari investor. Sumber modal inilah yang bisa menjadi salah
satu faktor atas keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Salah satu referensi yang digunakan investor untuk mengambil keputusan berkaitan dengan
investasinya adalah opini audit atas laporan keuangan perusahaan yang diberikan oleh auditor independen Rossa dan Rahardjo, 2013.
Opini audit sangat berperan dalam pengambilan keputusan pemegang kepentingan, oleh sebab itu opini audit harus mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari perusahaan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaifuddin dan Fitriyani 2014, opini yang dikeluarkan auditor atas laporan keuangan suatu
perusahaan merupakan salah satu komponen penting yang akan dipertimbangkan para investor dalam pengambilan keputusan bisnis mereka.
Namun, di balik itu semua ada beberapa kasus skandal audit yang mana hasil laporan audit tidak mencerminkan keadaan suatu perusahaan yang
sebenarnya dan tentu saja melibatkan auditor di dalamnya, sehingga auditor menjadi pihak yang harus bertanggung jawab atas kasus tersebut, seperti kasus
Enron, Worldcom, Xerox, dan lain-lain Dewayanto, 2011. Tucker et al., 2003 dalam Ardiani et al. 2012 menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang
mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Alhasil
kesalahan pemberian opini yang dikeluarkan auditor tersebut membuat salah satu Kantor Akuntan Publik big-5 yaitu Arthur Andersen terlibat dan berhenti
beroperasi. Selanjutnya akan disajikan beberapa kasus skandal akuntansi Tuanakotta, 2011:166:
4
Tabel 1.1 Skandal Akuntansi
No Perusahaan
Tahun Perusahaan yang
Mengaudit Negara
1 Cendant
1998 Ernst Young
Amerika Serikat 2
MicroStrategy 2000
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 3
Computer Associates 2000
KPMG Amerika Serikat
4 Xerox
2000 KPMG
Amerika Serikat 5
One.Tel 2001
Ernst Young Australia
6 Enron
2001 Arthur Andersen
Amerika Serikat 7
Adelphia 2001
Deloitte Touche Amerika Serikat
8 AOL
2001 Ernst Young
Amerika Serikat 9
Bristol-Myers Squibb 2001
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 10
CMS Energy 2002
Arthur Andersen Amerika Serikat
11 Duke Energy
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 12
Dynegy 2001
Arthur Andersen Amerika Serikat
13 El Paso Corporation
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 14
Global Crossing 2001
Arthur Andersen Amerika Serikat
15 Halliburton
2001 Arthur Andersen
Amerika Serikat 16
ImClone System 2002
KPMG Amerika Serikat
17 Kmart
2002 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
18 Merrill Lynch
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 19
Peregrine System 2002
KPMG Amerika Serikat
20 Reliant Energy
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 21
Tyco International 2002
PricewaterhouseCoopers Bermuda 22
WorldCom 2002
Arthur Andersen Amerika Serikat
23 Royal Ahold
2003 Deloitte Touche
Belanda 24
Parmalat 2003
Grant Thornton SpA Italia
25 HealthSouth Corporation
2003 Ernst Young
Amerika Serikat 26
AIG 2004
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 27
Bernard L. Madoff Investment Securities
LLC 2008
Friehling Horowitz Amerika Serikat
28 Anglo Irish Bank
2008 Ernst Young
Irlandia 29
Satyam Computer Services
2009 PricewaterhouseCoopers India
30 Lehman Brothers
2010 Ernst Young
Amerika Serikat Sumber: Tuanakotta 2011:166
5 Kasus Enron ini menjadi salah satu kasus skandal terbesar yang dapat
menjadi simbol kerusakan citra auditor. Dikutip dari Sagara dan Fitri 2013:119, Enron merupakan perusahaan energi di Houston, Texas, Amerika Serikat yang
didirikan pada tahun 1930. Pada bulan September 2001, pemerintah Amerika Serikat mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron.
Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar US600 juta dan nilai aset Enron menyusut US1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama
diakui bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok
dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaannya harus gulung tikar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen. Yang lebih mengejutkan dunia
akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh Duncan Auditor Arthur Andersen. Panik karena diminta kesaksiannya di Dewan
Perwakilan Rakyat Amerika Congress, Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja dan e-mail yang berhubungan dengan
Enron. Kertas kerja merupakan dokumen penting dalam dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan klien. Secara umum, setiap kertas
kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada
publik dan Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka
takut kehilangan Enron sebagai klien. Arthur Andersen adalah auditor Enron selama beberapa tahun. Enron merupakan salah satu klien terbesarnya Andersen.
6 Enron membayar Andersen sebesar US46,8 juta untuk audit, konsultasi bisnis,
dan kerja pajak untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 1999; US58 juta pada tahun 2000; dan lebih dari US50 juta pada tahun 2001. Lebih
dari setengah jumlah itu adalah untuk biaya-biaya yang dibebankan untuk layanan-layanan non-audit. Pada tahun 2000, misalnya, Enron membayar
Andersen sebesar US25 juta untuk layanan audit dan US27 juta untuk konsultasi dan layanan-layanan lainnya, seperti layanan audit internal. Andersen
telah melaksanakan tugas audit internal Enron sejak tahun 1993. Selain kasus enron masih ada banyak lagi kasus kebangkrutan yang melibatkan auditor di
dalamnya, seperti kasus runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat AS tanggal 15 September 2008.
Banyak hal yang melatarbelakangi atas bangkrutnya perusahaan- perusahaan besar tersebut. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya dapat berasal
dari faktor keuangan, faktor non keuangan, faktor pasar, bahkan dapat juga dari faktor pribadi dari orang-orang yang mengelola perusahaan itu sendiri. Maka
dibutuhkannya suatu opini auditor atas keberlangsungan suatu perusahaan. Januarti 2009 dalam Dewayanto 2011 mengemukakan bahwa atas dasar
banyaknya kasus tersebut, maka AICPA 1988 mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Opini tersebut sangat dibutuhkan oleh para
pemegang kepentingan terkait sikapnya terhadap suatu perusahaan. Opini audit going concern
membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi atau tidak
7 ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern Ulya,
2012. Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke
depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Sebagai contoh, Hidayat 2012 menyatakan bahwa perusahaan tambang
PT Bumi Resources diproyeksikan akan mengalami kebangkrutan finansial setelah mencatat kerugian dan kemampuan bayar utang rendah meski manajemen
opitimis terhadap operasional. Riset yang dikeluarkan Panin Sekuritas Rabu 298 mengindikasikan perusahaan batu bara ini akan bangkrut karena performa
keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar utangnya. Selain faktor keuangan yang menjadi kendala, faktor non keuangan juga menjadi masalah di
perusahaan ini. PT Bumi Resources memiliki masalah dalam hal perizinan. Dalam laporan auditor PT Bumi Resources tahun 2013, dinyatakan bahwa entitas anak
dari PT Bumi Resources yaitu PT Dairi Prima Mineral Dairi, PT Citra Palu Minerals CPM dan PT Gorontalo Minerals GM, menandatangani Kontrak
Karya KK dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengeksplorasi emas dan mineral lainnya di seluruh wilayah konsensi yang berada dalam wilayah hutan
lindung. Undang-undang kehutanan No. 41, yang mulai berlaku sejak tahun 1999, melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah hutan lindung, termasuk
wilayah KK yang diberikan sebelum deklarasi. Pada tanggal 31 Desember 2013, Dairi, CPM, dan GM masing-masing telah memperoleh izin pinjam pakai
kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan dan eksplorasinya. Izin pinjam pakai kawasan hutan lindung memiliki batas waktu dan perlu
8 diperpanjang. Selain itu, CPM dan GM berada dalam tahap studi kelayakan. Pada
tanggal 31 Desember 2013, CPM dalam proses untuk memperoleh perpanjangan tahap studi kelayakan dan izin pinjam pakai untuk jangka waktu berikutnya,
sedangkan GM telah mengajukan surat permohonan memasuki tahap konstruksi. Seperti halnya PT Bumi Resources yang masih terkendala perizinan dari
pemerintah, banyak kasus perusahaan tambang yang tidak memiliki izin dari pemerintah seperti PT Vale Indonesia yang melakukan penambangan illegal di
kawasan hutan lindung HL Zeba-zeba, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan membuka jalan main road sepanjang 28 kilometer IS, 2013.
Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah tropis dan dilewati garis katulistiwa mempunyai keuntungan tersendiri. Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan.
Dalam hal cadangan barang tambang, Indonesia merupakan negara yang cukup disegani karenanya. Indonesia memiliki cadangan barang tambang seperti emas,
perak, timah, tembaga, nikel, batubara, dan lain-lain. Selanjutnya akan disajikan peringkat tambang di Indonesia atas dunia dan berbagai jenis tambang dan juga
jumlah produksi tambang Indonesia:
Tabel 1.2 Data Peringkat Tambang Indonesia
No Jenis Tambang
Keterangan
1 Batu bara
Peringkat ke-6 dunia dalam produksi Memiliki 0,5 dari cadangan dunia.
2 Minyak
Peringkat ke-25 berpotensi. Sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial
Bersambung pada halaman berikutnya
9 Tabel 1.2 Lanjutan
No Jenis Tambang
Keterangan
3 Gas alam
Peringkat ke-13 cadangan dunia. Produksinya peringkat ke-8 terbesar. Peringkat ke-2
pengekspor LNG
4 Emas
Peringkat ke-7 potensi emas terbesar dunia. Peringkat ke-6 produksi sebesar 6,7 dan
memiliki cadangan sebesar 2,3.
5 Timah
Peringkat ke-6 cadangan dunia sebesar 8,1. Peringkat ke-2 produksi sebesar 26.
6 Tembaga
Peringkat ke-7 cadangan sekitar 4,1. Peringkat ke-2 produksinya sebesar 10,4.
7 Nikel
Peringkat ke-8 cadangan dunia sekitar 2,9. Peringkat ke-4 produksi dunia sebesar 8,6.
Sumber: http:www.hpli.orgtambang.php Selanjutnya akan disajikan peta lokasi penyebaran salah satu barang
tambang yaitu batubara di Indonesia beserta jumlah cadangannya per juta ton:
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Sumber: Badan Geologi Kementerian ESDM
10 Dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia maka terbukalah
kesempatan untuk mengelola sumber daya tersebut. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang berkecimpung di bidang itu. Bukan hanya perusahaan dalam
negeri, perusahaan luar negeri seperti Chevron, Freeport, Petro China, dan lain- lain turut ambil bagian dalam mengelola sumber daya Indonesia.
Seperti halnya dalam bidang pertambangan, investasi pada bidang pertanian pun mulai berdatangan dari berbagai sumber, seperti yang dicatat oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. BKPM mencatat minat investasi di sektor pertanian terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sampai 134,8,
berdasarkan pengajuan izin prinsip yang diterima Junida, 2015.
Dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap hasil sumber daya alam, merupakan tantangan bagi semua perusahaan untuk tetap mempertahankan
kondisinya. Hal ini juga merupakan tugas bagi para auditor independen untuk memberikan informasi bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Yang mana
peran hasil audit keuangan adalah sebagai referensi bagi para pemegang kepentingan, maka auditor harus sangat teliti dalam menyatakan atau tidak
menyatakan opini going concern kepada suatu perusahaan. Auditor bukan hanya menilai dari faktor keuangannya saja, namun faktor
lain juga harus diperhatikan. Faktor-faktor non keuangan juga berpengaruh terhadap opini audit going concern yang didapat oleh perusahaan seperti audit
tenure , opini audit sebelumnya maupun tingkat disclosure.
Banyak penelitian yang meneliti terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi opini audit going concern baik faktor keuangan maupun non
11 keuangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Dewayanto 2011,
Ardiani et al. 2012, Foroghi 2012, Zulfikar dan Syafruddin 2013, Rossa dan Rahradjo 2013, Verdiana dan Utama 2013, dan Bedard et al. 2015.
Ada perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor- faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Oleh sebab itu penelitian
ini bermaksud meneliti kembali terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Alasan, proses, dan faktor bagaimana auditor
menyatakan opini audit going concern masih menarik mengingat perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan tambang dan agriculture yang memiliki ciri khas
tersendiri. Kenyataannya Indonesia dikenal oleh dunia salah satunya karena sumber daya alamnya. Oleh sebab itu opini audit going concern pada perusahaan
yang ada harus diprediksi. Penelitian ini meneliti terkait bagaimana pengaruh audit tenure akan
mempengaruhi opini audit going concern. Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Perikatan audit yang lama akan
menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit Ulya, 2012. Semakin lama
hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern Junaidi dan Hartono, 2010. Penelitian
yang dilakukan oleh Rossa dan Rahardjo 2013 menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan
Hartono 2010, yang nenyatakan bahwa tenure berpengaruh pada opini going
12 concern
didukung. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Selanjutnya penelitian ini juga meneliti pengaruh opini audit tahun
sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun
sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun sebelumnya.
Menurut Zulfikar dan Syafruddin 2013, opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor
pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern
pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda
– tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh positif
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini meneliti terkait pengaruh disclosure suatu laporan
perusahaan akan mempengaruhi opini audit going concern. Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin
mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi opini audit going
concern , sebab dengan ketika auditor memberikan opini wajar tanpa
13 pengecualian, informasi buruk mengenai perusahaan seringkali tidak diungkapkan
oleh pemimpin perusahaan Lennox, 2000 dalam Verdiana dan Utama 2013. Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin
banyak pula informasi yang ada Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaidi dan Hartono 2010, disclosure
laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan
metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerajasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono 2010
menyatakan bahwa disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor. Namun berbeda dengan hasil
penelitian Astuti dan Darsono 2012 yang menyatakan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, penelitian ini mengambil data terbaru yaitu data perusahaan dari tahun 2011
sampai 2014. Sektor perusahaan yang diambilpun berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya yaitu hanya pada sektor tambang dan agriculture.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimotivasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern.
Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar variabel independen yang disajikan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal-hal
14 tersebut, maka penelitian ini ber
judul “Pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan
disclosure terhadap opini audit going concern perusahaan tambang dan
agriculture yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 ”.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak diteliti dapat dirumuskan dan dipaparkan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai berikut:
1. Apakah audit tenure perusahaan mempengaruhi opini audit going
concern ?
2. Apakah opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi opini audit going
concern ?
3. Apakah disclosure mempengaruhi opini audit going concern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empirisi mengenai:
a Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern b Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern c Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern
15 2.
Manfaat Penelitian a Kontribusi Teoritis
1 Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini berguna sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga berguna
sebagai pembanding bagi penelitian-penelitian lainnya. 2 Masyarakat, penelitian ini bisa menjadi informasi yang berguna bagi
masyarakat agar lebih mengetahui terkait dengan opini audit going concern
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3 Peneliti selanjutnya, sebagai rujukan dalam membuat penelitian
dengan topik opini audit going concern. 4 Penulis, sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah rujukan
terkait dengan opini audit going concern dan perusahaan tambang. b Kontribusi Praktis
1 Auditor dan KAP, sebagai rujukan informasi mengenai langkah- langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan opini
audit going concern. 2 Pemegang kepentingan, sebagai rujukan dalam mengambil setiap
keputusan. Agar dapat mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak diinginkan.
3 Pemerintah, mengantisipasi keadaan perusahaan-perusahaan yang dapat membuat perekonomian tidak stabil jika bermasalah.
16
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan merupakan teori yang mengungkapkan adanya dua kepentingan berbeda yang berasal dari dua pihak. Dua pihak yang memiliki
kepentingan berbeda tersebut adalah prinsipal dan agen. Di dalam teori ini prinsipal adalah para pemegang saham atau orang-orang yang menjadi pemilik
suatu perusahaan dan agen adalah orang-orang yang menjalankan pengelolaan perusahaan tersebut. Jensen dan Meckling 1976 dalam Zulfikar dan Syafruddin
2013 mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal pemilik menggunakan orang lain atau agen manajer untuk
menjalankan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, merupakan suatu keharusan dimana agen harus bekerja sesuai dengan wewenang prinsipal. Pada dasarnya para
prinsipal sebagai pemilik perusahaan ingin agar perusahaan yang mereka miliki menguntungkan bagi mereka dan bertambah nilainya. Oleh sebab itu mereka
mempekerjakan agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan agar tercapainya tujuan mereka. Agar terdapat timbal balik antara prinsipal dan agen,
maka agen mendapatkan imbalan dari prinsipal berupa gaji, upah, bonus, dan lain- lain. Agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan memiliki kepentingan
tersendiri yaitu memaksimalkan imbalan dari prinsipal baik berupa gaji, bonus, insentif, dan lain-lain.
17 Adanya dua kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang kadang
menyebabkan masalah bagi perusahaan, masalah ini biasa disebut dengan masalah keagenan. Masalah keagenan timbul karena adanya konflik kepentingan antara
prinsipal dan agen Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agen
manajemen bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan perusahaan yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agen untuk melakukan
operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agen dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang
ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan Zulfikar dan Syafruddin, 2013.
Untuk mengetahui keadaan perusahaan yang dimiliki oleh prinsipal, maka agen diwajibkan untuk memberikan laporan kepada prinsipal. Salah satu laporan
yang agen berikan kepada prinsipal adalah laporan keuangan. Laporan yang diterima oleh prinsipal digunakan untuk mengambil keputusan dan menentukan
sikap bagi perusahaan di masa mendatang. Oleh sebab itu laporan keuangan harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kondisi perusahaan. Jika laporan
tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dalam artian agen memanipulasi atau salah dalam memberikan laporan, maka hal ini akan
mempengaruhi prinsipal dalam mengambil keputusan. Jika laporannya salah kemungkinan besar keputusan yang diambil kurang tepat. Oleh sebab itu
diperlukannya pihak ketiga yang independen atau terbebas dari pengaruh pihak manapun sebagai jembatan antara prinsipal dan agen.
18 Pihak ketiga tersebut ialah auditor independen. Pihak ketiga ini berfungsi
untuk memonitor perilaku manajer agen apakah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal Dewayanto, 2011. Tugas dari auditor adalah memberikan
jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Selain itu, auditor
juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan Praptitorini dan Januarti, 2007 dalam Zulfikar dan Syafruddin 2013.
2. Auditing
a. Pengertian Audit Auditing
menurut Arens 2014:24 adalah: “ Auditing is the accumulation and evaluating of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria.”
Artinya auditing ialah pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti terkait dengan informasi-informasi untuk menjelaskan dan melaporkan
derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Jenis-jenis Audit Arens 2014:33 menjelaskan tiga jenis audit sebagai berikut:
1 Audit Operasional Operational Audit Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas berbagai
bagian dari prosedur operasi perusahaan dan metodenya. Pada
19 tahap penyelesaian audit operasional, biasanya manajemen
mengaharapkan rekomendasi untuk perbaikan operasi. 2 Audit Kepatuhan Compliance Audit
Audit kepatuhan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah auditee telah mengikuti prosedur, aturan, atau regulasi yang diatur oleh
pembuat kebijakan di atasnya. 3 Audit Laporan Keuangan Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah laporan keuangan telah di laporkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku umum. c. Opini Audit
SA seksi 508 paragraf 10 SPAP, 2011:508.6 menjelaskan berbagai tipe pendapat auditor yaitu:
1 Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku seperti yang
diuraikan dalam paragraf 08. 2 Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk
baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
20 menambahkan suatu paragraf penejelasan atau bahasa
penjelasan yang lain dalam laporan auditnya. 3 Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan
pengecualian, menyatakan
bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
4 Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
5 Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. 3.
Opini Audit Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh
auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan besar tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang
layak dan, jika berlaku, untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan serta untuk mencantumkan paragraf penjelasan dalam
laporannya yang mencerminkan kesimpulannya SPAP, 2011. Laporan ini
21 digunakan guna mengetahui keadaan-keadaan yang akan terjadi pada perusahaan
agar dapat segera diantisipasi. Riahi dan Belkoui 2006:271 menyatakan going concern adalah:
“Dalil kelangsungan usaha going-concern postulate, atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan
operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan”
Opini going concern menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka pendek Syaifuddin dan Fitrianasari, 2014. Praptitorini dan Januarti 2007 dalam Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa
tanggung jawab utama manajemen untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor
untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan
keuangan. Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa laporan audit dengan
modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari
sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Menurut Arens 2014:76 hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakmampuan
suatu perusahaan dalam melanjutkan usahanya terdiri dari empat faktor yaitu:
22 a. Kerugian operasi yang berulang-ulang dan signifikan atau kekurangan
modal kerja. b. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya yang telah
jatuh tempo. c. Kehilangan pelanggan utama, bencana alam yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir, atau kekurangan karyawan yang luar biasa.
d. Permasalahan kelegalan, perundang-undangan, atau mengenai hal-hal yang telah terjadi yang mungkin membahayakan kemampuan entitas
untuk beroperasi. Hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat
dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih Dewayanto, 2011. Menurut SA seksi 341, evaluasi terhadap kelangsungan usaha perusahaan
ini meliputi SPAP, 2011:341.2: a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau
peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi
dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
23 b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
1 Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut, dan 2 Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas. Selanjutnya adalah keadaan yang mengarah pada kesangsian atas
kelangsungan hidup perusahaan SPAP, 2011:341.3 :
a. Tren negatif-sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai
contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode
pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset.
24
c. Masalah intern-sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
d. Masalah luar yang telah terjadi-sebagai contoh: pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk
beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana
besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang
tidak memadai. Boynton dan Johnson, 2006:64 menyatakan bahwa laporan standar
memuat pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar tanpa pengecualian ini
diterbitkan pula apabila tidak ada kesangsian atas keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Louwers, 2005:416 menyatakan pula bahwa salah satu daftar situasi
yang mengakibatkan penerbitan laporan penjelas adalah adanya “going concern“
yaitu paragraf yang menggambarkan peringatan terkait dengan permasalahan atas kemampuan entitas melanjutkan usahanya.
25 Berikut adalah contoh laporan auditor yang memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan SPAP, 2011:341.15: Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor] [Paragraf pengantar: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
[Paragraf ligkup: Sama seperti laporan auditor bentuk baku] [Paragraf pendapat: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]
Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Seperti
yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari kegiatan usahanya, sehingga
pada tanggal 31 Desember 20X8 telah mengakibatkan saldo ekuitas negatif dan jumlah liabilitas lancar Perusahaan telah melebihi jumlah
asetnya sebesar RpXX. Kondisi ini menimbulkan keraguan substansial atas kemampuan Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi tersebut juga telah diungkapkan dalam Catatan X atas laporan keuangan. Laporan
keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari kondisi tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin
kantor akuntan publik ]
[Tanggal]
Berikutnya akan digambarkan langkah-langkah pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern:
26
Gambar 2.1 Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern
Sumber: Seksi 341 Paragraf 19 SPAP, 2011:341.10
4. Audit Tenure
Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan
auditee . Lama waktu ini dihitung dengan bilangan tahun. Zulfikar dan Syafruddin
SA Seksi 508 PSA No. 29
27 2013 mengatakan Auditor Client Tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP
melakukan perikatan audit pada perusahaan yang sama. Semakin lama auditor mengaudit perusahaan yang sama, maka pemahaman auditor akan perusahaan
tersebut akan terus bertambah menjadi lebih baik. Sehingga bila terdapat masalah keberlangsungan usaha pada perusahaan auditee dan auditor dapat tetap menjaga
independensinya, maka auditor akan cepat mendeteksi masalah keberlangsungan usaha tersebut Ulya, 2012. Namun dilain hal, hubungan yang lama antara
auditor dengan auditee dikhawatirkan dapat mempengaruhi indepedensi auditor. Menurut Januarti 2009 dalam Rossa dan Rahardjo 2013 semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Pada peraturan menteri keuangan nomor 17PMK.012008 menyebutkan
“ Pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut
”. 5.
Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima
perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat
mempengaruhi pemberian opini going concern oleh auditor Rossa dan Rahardjo, 2013. Menurut Zulfikar dan Syafruddin 2013, opini audit going concern yang
telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan
28 yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada
tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda
perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan.
Mutchler 1984 dalam Zulfikar dan Syafruddin 2013, melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang
menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler 1985 dalam
Zulfikar dan Syafruddin 2013, menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah
diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.
6. Disclosure
Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh
perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi Verdiana dan Utama, 2013. Pengungkapan informasi oleh perusahaan diperlukan oleh investor
dalam mengambil keputusan. Untuk meyakinkan bahwa investor memperoleh kembalian yang dikehendaki dengan risiko tertentu, investor memerlukan
informasi sebagai landasan keputusannya Nuswandari, 2009. Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah
29 menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan
keputusan pemakai Nuswandari, 2009. Pengungkapan
yang ditunjukkan
oleh laporan
tahunan harus
mencerminkan elemen-elemen informasi yang luas dan dapat digunakan oleh pengguna dalam membuat proyeksi, memberikan pinjaman, maupun menilai
perusahaan. Elemen-elemen tersebut adalah model pelaporan oleh komite Jenkins dalam Nuswandari 2009:
a. Data keuangan dan non keuangan: 1 Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait
2 Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan oleh manajemen untuk mengelola bisnis.
b. Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan 1 Alasan terjadinya pengubahan dalam data yang terkait dengan
keuangan, operasi, dan kinerja, serta identifikasi dan dampak tren yang penting pada masa lalu.
c. Informasi mengenai keadaan masa mendatang 1 Kesempatan dan risiko, termasuk hasilnya dari tren yang penting.
2 Rencana manjemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang penting.
3 Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dan kesempatan, risiko, dan rencana manajemen yang diungkapkan sebelumnya.
30 d. Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham
1 Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan dengan pihak-
pihak terkait. e. Latar belakang perusahaan
1 Tujuan dan strategi secara luas 2 Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan
3 Dampak struktur industry pada perusahaan. Item-item yang digunakan untuk menghitung skor disclosure dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Fitriani dan Sudarsono 2007 yang menyebutkan bahwa terdapat 33 item disclosure Verdiana dan Utama, 2013:
Tabel 2.1 Disclosure Item
No Keterangan
1 Ikhtisar data keuangan penting
2 Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan
3
Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan.
4 Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha
perusahaan yang disusun oleh direksi 5
Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan. 6
Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan perusahaan
7
Nama alamat perusahaan
8
Riwayat Singkat Perusahaan
9 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
10
Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan
11 Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12 Visi misi perusahaan
13 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14
Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi Bersambung pada halaman berikutnya
31 Tabel 2.1 Lanjutan
No Keterangan
15
Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya misal: aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan.
16 Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya
17 Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut
18
Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham
perusahaan tersebut dicatatkan
19 Nama alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal.
20
Penghargaan sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala nasional maupun internasional
21
Nama alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang kantor perwakilan
22 Tinjauan operasi per segmen usaha
23
Analisis kinerja keuagan yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya.
24 Prospek usaha dari perusahaan
25
Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi pemasaran dan pangsa pasar
26 Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27 Tata kelola perusahaan Good Corporate Governance
28 Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29 Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30 Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris
31 Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32 Ringkasan statistik keuangan untuk 3 sampai 5 tahun
33 Informasi tentang penelitian dan pengembangan
Fitriani dan Sudarsono 2007
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu terkait dengan topik opini audit going concern
akan disajikan dalam tabel 2.1
32
Tabel 2.2 Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai
Audit Tenure X
1
; Opini Audit Tahun Sebelumnya X
2
; Disclosure X
3
; Opini Audit Going Concern Y
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
1 The Relationship between
Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going
Concern Opininions W. Robert Knechel and
Ann Vanstraelen, 2007
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan swasta di Belgia 1992-1996 yang bekerjasama
dengan Belgian National Bank
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Audit Quality
√ √
Audit Tenure berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan yang tidak bangkrut
nonbankrupt.
Bersambung pada halaman berikutnya
33 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
2 Analisis Rasio Keuangan
dan Rasio non Keuangan yang Mempengaruhi
Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern
pada Auditee Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ 2000- 2005
Indira Januarti dan Ella Fitrianasari, 2008
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Manufaktur terdaftar BEJ 2000-2005
- Analisis:
Regresi logistik
- Variabel lainnya:
Rasio Likuiditas Rasio Profitabilitas
Rasio Aktivitas Rasio Leverage
Rasio Pertumbuhan Penjualan
Rasio Nilai Pasar Ukuran Perusahaan
Reputasi KAP Audit Lag
√ √ √
Penerimaan opini audit going concern terjadi paling banyak tahun 2000 dan
2001 karena masih terpengaruh krisis ekonomi tahun 1997. Rasio likuiditas,
opini audit sebelumnya, dan audit lag yang berpengarh signifikan terhadap
pemeberian opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
34 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
3
Analisis Respon Auditor terhadap Asumsi
Going Concern Akibat Krisis
Moneter dan
Financial Distres Model Study
Kasus pada Perusahaan di BEI yang Mengalami
Kerugian
Abby Seno Higar dan Achmad Djazuli, 2010
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan terdaftar BEJ 2008-2009
- Analisis:
Analisis Statistik Deskriptif Analisis Z-Score
Uji Kruskal Wallis
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan Krisis Moneter
√
Pada tahun 2008 dengan menggunakan uji Kruskal Wallis
respon yang diberikan auditor kepada semua kelompok itu berbeda
Significant
. Adapun pada tahun 2009 dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis maka disimpulkan bahwa respon yang diberikan auditor kepada
semua kelompok itu berbeda Significant
. Pada tahun 2008 dan 2009 menunjukan bahwa respon yang
diberikan auditor kepada semua kelompok itu berbeda Significant
Bersambung pada halaman berikutnya
35 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
4
Faktor non Keuangan pada Opini Going Concern
Junaidi dan Jogiyanto Hartono, 2010
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
89 Perusahaan listing BEI 2003-2008
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran Peruahaan Reputation
√ √
Ada 3 variabel non keuangan yang diuji adalah signifikan tenure,
reputation , dan disclosure dan1
variabel non keuangan tidak signifikan size.
Bersambung pada halaman berikutnya
36 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
5
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerimaan Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Totok Dewayanto, 2011
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009
- Analisis:
Analisis Deskriptif Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan Ukuran Peruahaan
Reputasi Auditor Opinion Shopping
√ √
√
Kondisi keuangan, opini audit, berpengaruh signifikan dengan
penerimaan opini audit going concern
. sedangkan ukuran, auditor client tenure, . opinion shopping,
reputasi auditor perusahaan tidak berpengarug terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
37 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
6 Pengaruh Kondisi
Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kualitas
Audit terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
pada Perusahaan Wholesale and
Retail Trade di BEI
Hans Juniarto Kuswardi, 2012
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan wholesale dan retail trade
di BEI 2007- 2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kondisi Keuangan Pertumbuhan Perusahaan
Kualitas Audit
√
1. Kondisi keuangan perusahaan berupa rasio solvabilitas perusahaan
memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern
, sedangkan kondisi keuangan perusahaan berupa rasio profitabilitas
dan rasio likuiditas tidak berpengaruh. 2. Pertumbuhan perusahaan memiliki
arah negatif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini
audit going concern
. 3. Kualitas audit memiliki arah positif
namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern
karena semua Kantor Akuntan Publik baik yang berskala
besar ataupun kecil akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan
pendapat.
Bersambung pada halaman berikutnya
38 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
7 Pengaruh Faktor
Keuangan dan Non Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern
Irtani Retno Astuti dan Darsono, 2012
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan publik terdaftar di BEI 2006-2010
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Financial Distress Debt Default
Reputasi Auditor Audit Lag
Opinion Shopping
√ √
Financial distress, opinion shopping, dan disclosure tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going.
Sedangkan debt default, reputasi auditor, dan audit lag
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
39 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
8 Pengaruh Audit Tenure,
Disclosure
, Ukuran Kap, Debt Default
, Opinion Shopping
, dan Kondisi Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Real Estate
dan Property Di Bursa Efek Indonesia
Nurul Ardiani, Emrinaldi Nur DP dan Nur Azlina,
2012
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan Real Estate dan Property
listing di BEI 2009- 2011
- Analisis:
Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP Debt Default
Kondisi Keuangan Opinion Shopping
√ √
Disclosure , ukuran KAP dan debt
default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
. Sedangkan audit tenure, opinion shopping
dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
.
Bersambung pada halaman berikutnya
40 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
9 Pengaruh Faktor Non
Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Muslim Zulfikar dan Muchamad Syafruddin,
2013
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor Ukuran Perusahaan
√ √ √ √
Variabel reputasi auditor, auditor tenur
, mandatory disclosure , dan opini audit tahun sebelumnya
berpengaru secara signifikan terhadap opini audit going concern. Variabel
ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
41 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
10 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan
Maydica Rossa Arsianto dan Shiddiq Nur Rahardjo,
2013
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di BEI 2008-2011
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor Ukuran Perusahaan
√ √ √
Audit tenure, ukuran perusahaan dan
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern
.
Bersambung pada halaman berikutnya
42 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
11 Pengaruh Reputasi
Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure
pada Kemungkinan
Pengungkapan Opini Audit Going Concern
Verdiana dan Utama, 2013
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan real estate dan property
di BEI 2009-2012
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Reputasi Auditor
√ √ √
Reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan pada pengungkapan opini
audit going concern. Disclosure berpengaruh signifikan pada
pengungkapan opini audit going concern.
Audit client tenure tidak mampu memoderasi hubungan antara
reputasi auditor dengan kemungkinan pengungkapan opini audit going
concern
. Audit client tenure mampu memoderasi hubungan antara
disclosure dengan kemungkinan
pengungkapan opini audit going concern
namun memiliki hubungan memperlemah.
Bersambung pada halaman berikutnya
43 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
12 Pendapat Going Concern:
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan yang Mengalami Financial
Distress
Raisa Nanda Barlian, Yona Perwitasari, Agung
Nur Probohudono, 2014
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan manufaktur di BEI 2010-2013
- Analisis:
Regresi Logistik
- Variabel lainnya:
Kualitas Audit Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan Debt to equity ratio
Penundaan RUPS
√
Kualitas audit, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, debt
to equity ratio , dan penundaan rapat
umum pemegang saham berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
pendapat audit
Bersambung pada halaman berikutnya
44 Tabel 2.2 Lanjutan
No Judul dan Peneliti
tahun Metlit
X
1
X
2
X
3
Y Hasil Penelitian
13 Opini Going Concern,
Tingkat Ketergantungan Auditor pada Klien dan
Pergantian Auditor Ahmad Syaifuddin dan
Fitriyani, 2014
- Jenis Penelitian:
Kuantitatif
- Sumber Data:
Data Sekunder
- Sampel:
Perusahaan kesulitan keuangan di BEI 2007-2012
- Analisis:
Regresi Probit
- Variabel lainnya:
Ukuran KAP Return Saham
Ukuran Perusahaan Audit Lag
Fee Audit Prediksi Kebangkrutan
Kondisi Keuangan Opinion Shopping
√ √ √
- Tingkat ketergantungan auditor pada klien klien tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern. - Opinion Shopping tidak
berpengaruh terhadap pergantian auditor
- Kondisi keuangan, return saham, audit lag, dan opini going concern
tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going
concern
Sumber: data sekunder yang diolah 2015
45
C. Kerangka Berpikir
Selanjutnya akan ditampilkan kerangka pemikiran penelitian ini akan ditunjukkan pada gambar 2.2:
2.2
Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Disclosure
terhadap Opini Audit Going Concern
Standar Profesional Akuntan Publik 2011
Perushaan Tambang dan Agriculture yang listing di BEI Tahun 2011- 2014
Audit Tenure X
1
Knechel and Vanstraelen 2007
Rossa dan Rahardjo 2013 Opini Audit Sebelumnya X
2
Kartika 2012 Zulfikar dan Syafruddin 2013
Disclosure X
3
Ardiani et al. 2012 Verdiana dan Utama 2013
Opini Audit Going Concern
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
46
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern
Menurut Carey dan Simnett 2006 dalam Zulfikar dan Syafruddin 2013 dalam penelitiannya mengenai auditor tenure dan kualitas audit terhadap
perusahaan-perusahaan di Australia, menemukan bukti bahwa lama hubungan auditor dengan klien dapat mempengaruhi kualitas audit. Pesan
pergantian Kantor Akuntan Publik KAP ini berawal dari kegagalan KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001, yang gagal
mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, skandal ini melahirkan The Sarbanes-Oxley Act SOX tahun 2002 Suparlan dan
Andayani, 2010. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan
opini audit going concern akan sulit Ulya, 2012. Menurut Januarti 2009 dalam Rossa dan Rahardjo 2013 semakin lama
hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan
untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Knechel dan Vanstraelen 2007 menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak bangkrut.
Penelitian Junaidi dan Hartono 2010 menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan
47 Rahardjo 2013 yang juga menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh
negatif signifikan terhadap pemeberian opini audit going concern.
H
1
: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
2. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going
concern
Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern akan berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal
pinjaman, ketidak percayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan. oleh karena itu perusahaan yang pada tahun sebelumnya telah menerima opini audit
going concern , berpotensi secara signifikan menerima kembali opini going
concern pada tahun sekarang Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Menurut Rossa dan Rahardjo 2013, opini tahun sebelumnya dapat menjadi pertimbangan
yang penting bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern
pada tahun beriktnya. Auditee yang menerima opini audit going concern
pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor
untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan Dewayanto, 2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto 2010 menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh postif terhadap pemberian opini
audit tahun sebelumya. Dewayanto 2010 juga menyatakan bahwa Auditor dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini
48 audit going concern yang diterima perusahaan sebelumnya, mengingat untuk
memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Zulfikar dan Syafruddin 2013 yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit
going concern .
H
2
: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern. 3.
Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern
Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa semakin luasnya informasi yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi
keuangan yang buruk, maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan bukti dalam menilai kelangsungan usaha perusahaan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ardiani et al. 2012 yang menyatakan bahwa adanya disclosure
dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih bila disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya
menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi antara
disclosure dengan opini audit going concern.
Hal ini diperkuat dengan berbagai penelitian yang meneliti terkait dengan disclosure
. Penelitian yang telah dilakukan oleh Verdiana dan Utama 2013, Zulfikar dan Syafruddin 2013, dan Junaidi dan Hartono 2010
49 menyimpulkan bahwa disclosure berpengaruh postif signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern.
H
3
: disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern
50
BAB III Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas yaitu penelitian yang hendak meneliti pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
variabel independen yang hendak diteliti adalah audit tenure, opini audit tahun sebelumnya dan disclosure dengan variabel dependennya yaitu opini audit going
concern . Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang
terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014. Pengambilan data dari tahun
2011 sampai 2014 dikarenakan agar data yang dilihat lebih segar dan dapat menjadi perwajahan dari hasil penelitian. Populasi perusahaan tambang dan
agriculture yang dipilih sebab Indonesia merupakan negara dengan kekayaan
alam yang melimpah dan juga Indonesia dilihat dunia karena sumber daya alam tambangnya. Perusahaan tambang dan agriculture juga sangat dipengaruhi oleh
keadaan harga tambang internasional dan kebijakan pemerintah sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dan dikhususkan menggunakan dengan metode judgement sampling karena sampel