Latar Belakang Masalah Pendahuluan
4
Tabel 1.1 Skandal Akuntansi
No Perusahaan
Tahun Perusahaan yang
Mengaudit Negara
1 Cendant
1998 Ernst Young
Amerika Serikat 2
MicroStrategy 2000
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 3
Computer Associates 2000
KPMG Amerika Serikat
4 Xerox
2000 KPMG
Amerika Serikat 5
One.Tel 2001
Ernst Young Australia
6 Enron
2001 Arthur Andersen
Amerika Serikat 7
Adelphia 2001
Deloitte Touche Amerika Serikat
8 AOL
2001 Ernst Young
Amerika Serikat 9
Bristol-Myers Squibb 2001
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 10
CMS Energy 2002
Arthur Andersen Amerika Serikat
11 Duke Energy
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 12
Dynegy 2001
Arthur Andersen Amerika Serikat
13 El Paso Corporation
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 14
Global Crossing 2001
Arthur Andersen Amerika Serikat
15 Halliburton
2001 Arthur Andersen
Amerika Serikat 16
ImClone System 2002
KPMG Amerika Serikat
17 Kmart
2002 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat
18 Merrill Lynch
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 19
Peregrine System 2002
KPMG Amerika Serikat
20 Reliant Energy
2002 Deloitte Touche
Amerika Serikat 21
Tyco International 2002
PricewaterhouseCoopers Bermuda 22
WorldCom 2002
Arthur Andersen Amerika Serikat
23 Royal Ahold
2003 Deloitte Touche
Belanda 24
Parmalat 2003
Grant Thornton SpA Italia
25 HealthSouth Corporation
2003 Ernst Young
Amerika Serikat 26
AIG 2004
PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 27
Bernard L. Madoff Investment Securities
LLC 2008
Friehling Horowitz Amerika Serikat
28 Anglo Irish Bank
2008 Ernst Young
Irlandia 29
Satyam Computer Services
2009 PricewaterhouseCoopers India
30 Lehman Brothers
2010 Ernst Young
Amerika Serikat Sumber: Tuanakotta 2011:166
5 Kasus Enron ini menjadi salah satu kasus skandal terbesar yang dapat
menjadi simbol kerusakan citra auditor. Dikutip dari Sagara dan Fitri 2013:119, Enron merupakan perusahaan energi di Houston, Texas, Amerika Serikat yang
didirikan pada tahun 1930. Pada bulan September 2001, pemerintah Amerika Serikat mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron.
Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar US600 juta dan nilai aset Enron menyusut US1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama
diakui bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok
dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaannya harus gulung tikar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen. Yang lebih mengejutkan dunia
akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh Duncan Auditor Arthur Andersen. Panik karena diminta kesaksiannya di Dewan
Perwakilan Rakyat Amerika Congress, Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja dan e-mail yang berhubungan dengan
Enron. Kertas kerja merupakan dokumen penting dalam dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan klien. Secara umum, setiap kertas
kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada
publik dan Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka
takut kehilangan Enron sebagai klien. Arthur Andersen adalah auditor Enron selama beberapa tahun. Enron merupakan salah satu klien terbesarnya Andersen.
6 Enron membayar Andersen sebesar US46,8 juta untuk audit, konsultasi bisnis,
dan kerja pajak untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 1999; US58 juta pada tahun 2000; dan lebih dari US50 juta pada tahun 2001. Lebih
dari setengah jumlah itu adalah untuk biaya-biaya yang dibebankan untuk layanan-layanan non-audit. Pada tahun 2000, misalnya, Enron membayar
Andersen sebesar US25 juta untuk layanan audit dan US27 juta untuk konsultasi dan layanan-layanan lainnya, seperti layanan audit internal. Andersen
telah melaksanakan tugas audit internal Enron sejak tahun 1993. Selain kasus enron masih ada banyak lagi kasus kebangkrutan yang melibatkan auditor di
dalamnya, seperti kasus runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat AS tanggal 15 September 2008.
Banyak hal yang melatarbelakangi atas bangkrutnya perusahaan- perusahaan besar tersebut. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya dapat berasal
dari faktor keuangan, faktor non keuangan, faktor pasar, bahkan dapat juga dari faktor pribadi dari orang-orang yang mengelola perusahaan itu sendiri. Maka
dibutuhkannya suatu opini auditor atas keberlangsungan suatu perusahaan. Januarti 2009 dalam Dewayanto 2011 mengemukakan bahwa atas dasar
banyaknya kasus tersebut, maka AICPA 1988 mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Opini tersebut sangat dibutuhkan oleh para
pemegang kepentingan terkait sikapnya terhadap suatu perusahaan. Opini audit going concern
membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi atau tidak
7 ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern Ulya,
2012. Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke
depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Sebagai contoh, Hidayat 2012 menyatakan bahwa perusahaan tambang
PT Bumi Resources diproyeksikan akan mengalami kebangkrutan finansial setelah mencatat kerugian dan kemampuan bayar utang rendah meski manajemen
opitimis terhadap operasional. Riset yang dikeluarkan Panin Sekuritas Rabu 298 mengindikasikan perusahaan batu bara ini akan bangkrut karena performa
keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar utangnya. Selain faktor keuangan yang menjadi kendala, faktor non keuangan juga menjadi masalah di
perusahaan ini. PT Bumi Resources memiliki masalah dalam hal perizinan. Dalam laporan auditor PT Bumi Resources tahun 2013, dinyatakan bahwa entitas anak
dari PT Bumi Resources yaitu PT Dairi Prima Mineral Dairi, PT Citra Palu Minerals CPM dan PT Gorontalo Minerals GM, menandatangani Kontrak
Karya KK dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengeksplorasi emas dan mineral lainnya di seluruh wilayah konsensi yang berada dalam wilayah hutan
lindung. Undang-undang kehutanan No. 41, yang mulai berlaku sejak tahun 1999, melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah hutan lindung, termasuk
wilayah KK yang diberikan sebelum deklarasi. Pada tanggal 31 Desember 2013, Dairi, CPM, dan GM masing-masing telah memperoleh izin pinjam pakai
kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan dan eksplorasinya. Izin pinjam pakai kawasan hutan lindung memiliki batas waktu dan perlu
8 diperpanjang. Selain itu, CPM dan GM berada dalam tahap studi kelayakan. Pada
tanggal 31 Desember 2013, CPM dalam proses untuk memperoleh perpanjangan tahap studi kelayakan dan izin pinjam pakai untuk jangka waktu berikutnya,
sedangkan GM telah mengajukan surat permohonan memasuki tahap konstruksi. Seperti halnya PT Bumi Resources yang masih terkendala perizinan dari
pemerintah, banyak kasus perusahaan tambang yang tidak memiliki izin dari pemerintah seperti PT Vale Indonesia yang melakukan penambangan illegal di
kawasan hutan lindung HL Zeba-zeba, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan membuka jalan main road sepanjang 28 kilometer IS, 2013.
Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah tropis dan dilewati garis katulistiwa mempunyai keuntungan tersendiri. Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan.
Dalam hal cadangan barang tambang, Indonesia merupakan negara yang cukup disegani karenanya. Indonesia memiliki cadangan barang tambang seperti emas,
perak, timah, tembaga, nikel, batubara, dan lain-lain. Selanjutnya akan disajikan peringkat tambang di Indonesia atas dunia dan berbagai jenis tambang dan juga
jumlah produksi tambang Indonesia:
Tabel 1.2 Data Peringkat Tambang Indonesia
No Jenis Tambang
Keterangan
1 Batu bara
Peringkat ke-6 dunia dalam produksi Memiliki 0,5 dari cadangan dunia.
2 Minyak
Peringkat ke-25 berpotensi. Sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial
Bersambung pada halaman berikutnya
9 Tabel 1.2 Lanjutan
No Jenis Tambang
Keterangan
3 Gas alam
Peringkat ke-13 cadangan dunia. Produksinya peringkat ke-8 terbesar. Peringkat ke-2
pengekspor LNG
4 Emas
Peringkat ke-7 potensi emas terbesar dunia. Peringkat ke-6 produksi sebesar 6,7 dan
memiliki cadangan sebesar 2,3.
5 Timah
Peringkat ke-6 cadangan dunia sebesar 8,1. Peringkat ke-2 produksi sebesar 26.
6 Tembaga
Peringkat ke-7 cadangan sekitar 4,1. Peringkat ke-2 produksinya sebesar 10,4.
7 Nikel
Peringkat ke-8 cadangan dunia sekitar 2,9. Peringkat ke-4 produksi dunia sebesar 8,6.
Sumber: http:www.hpli.orgtambang.php Selanjutnya akan disajikan peta lokasi penyebaran salah satu barang
tambang yaitu batubara di Indonesia beserta jumlah cadangannya per juta ton:
Gambar 1.1 Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Sumber: Badan Geologi Kementerian ESDM
10 Dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia maka terbukalah
kesempatan untuk mengelola sumber daya tersebut. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang berkecimpung di bidang itu. Bukan hanya perusahaan dalam
negeri, perusahaan luar negeri seperti Chevron, Freeport, Petro China, dan lain- lain turut ambil bagian dalam mengelola sumber daya Indonesia.
Seperti halnya dalam bidang pertambangan, investasi pada bidang pertanian pun mulai berdatangan dari berbagai sumber, seperti yang dicatat oleh
Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. BKPM mencatat minat investasi di sektor pertanian terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sampai 134,8,
berdasarkan pengajuan izin prinsip yang diterima Junida, 2015.
Dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap hasil sumber daya alam, merupakan tantangan bagi semua perusahaan untuk tetap mempertahankan
kondisinya. Hal ini juga merupakan tugas bagi para auditor independen untuk memberikan informasi bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Yang mana
peran hasil audit keuangan adalah sebagai referensi bagi para pemegang kepentingan, maka auditor harus sangat teliti dalam menyatakan atau tidak
menyatakan opini going concern kepada suatu perusahaan. Auditor bukan hanya menilai dari faktor keuangannya saja, namun faktor
lain juga harus diperhatikan. Faktor-faktor non keuangan juga berpengaruh terhadap opini audit going concern yang didapat oleh perusahaan seperti audit
tenure , opini audit sebelumnya maupun tingkat disclosure.
Banyak penelitian yang meneliti terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi opini audit going concern baik faktor keuangan maupun non
11 keuangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Dewayanto 2011,
Ardiani et al. 2012, Foroghi 2012, Zulfikar dan Syafruddin 2013, Rossa dan Rahradjo 2013, Verdiana dan Utama 2013, dan Bedard et al. 2015.
Ada perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor- faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Oleh sebab itu penelitian
ini bermaksud meneliti kembali terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Alasan, proses, dan faktor bagaimana auditor
menyatakan opini audit going concern masih menarik mengingat perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan tambang dan agriculture yang memiliki ciri khas
tersendiri. Kenyataannya Indonesia dikenal oleh dunia salah satunya karena sumber daya alamnya. Oleh sebab itu opini audit going concern pada perusahaan
yang ada harus diprediksi. Penelitian ini meneliti terkait bagaimana pengaruh audit tenure akan
mempengaruhi opini audit going concern. Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Perikatan audit yang lama akan
menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit Ulya, 2012. Semakin lama
hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern Junaidi dan Hartono, 2010. Penelitian
yang dilakukan oleh Rossa dan Rahardjo 2013 menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan
Hartono 2010, yang nenyatakan bahwa tenure berpengaruh pada opini going
12 concern
didukung. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Selanjutnya penelitian ini juga meneliti pengaruh opini audit tahun
sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun
sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun sebelumnya.
Menurut Zulfikar dan Syafruddin 2013, opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor
pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern
pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda
– tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh positif
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini meneliti terkait pengaruh disclosure suatu laporan
perusahaan akan mempengaruhi opini audit going concern. Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin
mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi opini audit going
concern , sebab dengan ketika auditor memberikan opini wajar tanpa
13 pengecualian, informasi buruk mengenai perusahaan seringkali tidak diungkapkan
oleh pemimpin perusahaan Lennox, 2000 dalam Verdiana dan Utama 2013. Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin
banyak pula informasi yang ada Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaidi dan Hartono 2010, disclosure
laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan
metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerajasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono 2010
menyatakan bahwa disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor. Namun berbeda dengan hasil
penelitian Astuti dan Darsono 2012 yang menyatakan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, penelitian ini mengambil data terbaru yaitu data perusahaan dari tahun 2011
sampai 2014. Sektor perusahaan yang diambilpun berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya yaitu hanya pada sektor tambang dan agriculture.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimotivasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern.
Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar variabel independen yang disajikan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal-hal
14 tersebut, maka penelitian ini ber
judul “Pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan
disclosure terhadap opini audit going concern perusahaan tambang dan
agriculture yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 ”.