Latar Belakang Masalah Pendahuluan

4 Tabel 1.1 Skandal Akuntansi No Perusahaan Tahun Perusahaan yang Mengaudit Negara 1 Cendant 1998 Ernst Young Amerika Serikat 2 MicroStrategy 2000 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 3 Computer Associates 2000 KPMG Amerika Serikat 4 Xerox 2000 KPMG Amerika Serikat 5 One.Tel 2001 Ernst Young Australia 6 Enron 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 7 Adelphia 2001 Deloitte Touche Amerika Serikat 8 AOL 2001 Ernst Young Amerika Serikat 9 Bristol-Myers Squibb 2001 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 10 CMS Energy 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat 11 Duke Energy 2002 Deloitte Touche Amerika Serikat 12 Dynegy 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 13 El Paso Corporation 2002 Deloitte Touche Amerika Serikat 14 Global Crossing 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 15 Halliburton 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 16 ImClone System 2002 KPMG Amerika Serikat 17 Kmart 2002 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 18 Merrill Lynch 2002 Deloitte Touche Amerika Serikat 19 Peregrine System 2002 KPMG Amerika Serikat 20 Reliant Energy 2002 Deloitte Touche Amerika Serikat 21 Tyco International 2002 PricewaterhouseCoopers Bermuda 22 WorldCom 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat 23 Royal Ahold 2003 Deloitte Touche Belanda 24 Parmalat 2003 Grant Thornton SpA Italia 25 HealthSouth Corporation 2003 Ernst Young Amerika Serikat 26 AIG 2004 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 27 Bernard L. Madoff Investment Securities LLC 2008 Friehling Horowitz Amerika Serikat 28 Anglo Irish Bank 2008 Ernst Young Irlandia 29 Satyam Computer Services 2009 PricewaterhouseCoopers India 30 Lehman Brothers 2010 Ernst Young Amerika Serikat Sumber: Tuanakotta 2011:166 5 Kasus Enron ini menjadi salah satu kasus skandal terbesar yang dapat menjadi simbol kerusakan citra auditor. Dikutip dari Sagara dan Fitri 2013:119, Enron merupakan perusahaan energi di Houston, Texas, Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1930. Pada bulan September 2001, pemerintah Amerika Serikat mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron. Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar US600 juta dan nilai aset Enron menyusut US1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama diakui bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaannya harus gulung tikar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen. Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh Duncan Auditor Arthur Andersen. Panik karena diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Congress, Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja dan e-mail yang berhubungan dengan Enron. Kertas kerja merupakan dokumen penting dalam dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan klien. Secara umum, setiap kertas kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada publik dan Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka takut kehilangan Enron sebagai klien. Arthur Andersen adalah auditor Enron selama beberapa tahun. Enron merupakan salah satu klien terbesarnya Andersen. 6 Enron membayar Andersen sebesar US46,8 juta untuk audit, konsultasi bisnis, dan kerja pajak untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 1999; US58 juta pada tahun 2000; dan lebih dari US50 juta pada tahun 2001. Lebih dari setengah jumlah itu adalah untuk biaya-biaya yang dibebankan untuk layanan-layanan non-audit. Pada tahun 2000, misalnya, Enron membayar Andersen sebesar US25 juta untuk layanan audit dan US27 juta untuk konsultasi dan layanan-layanan lainnya, seperti layanan audit internal. Andersen telah melaksanakan tugas audit internal Enron sejak tahun 1993. Selain kasus enron masih ada banyak lagi kasus kebangkrutan yang melibatkan auditor di dalamnya, seperti kasus runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat AS tanggal 15 September 2008. Banyak hal yang melatarbelakangi atas bangkrutnya perusahaan- perusahaan besar tersebut. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya dapat berasal dari faktor keuangan, faktor non keuangan, faktor pasar, bahkan dapat juga dari faktor pribadi dari orang-orang yang mengelola perusahaan itu sendiri. Maka dibutuhkannya suatu opini auditor atas keberlangsungan suatu perusahaan. Januarti 2009 dalam Dewayanto 2011 mengemukakan bahwa atas dasar banyaknya kasus tersebut, maka AICPA 1988 mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Opini tersebut sangat dibutuhkan oleh para pemegang kepentingan terkait sikapnya terhadap suatu perusahaan. Opini audit going concern membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi atau tidak 7 ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern Ulya, 2012. Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Sebagai contoh, Hidayat 2012 menyatakan bahwa perusahaan tambang PT Bumi Resources diproyeksikan akan mengalami kebangkrutan finansial setelah mencatat kerugian dan kemampuan bayar utang rendah meski manajemen opitimis terhadap operasional. Riset yang dikeluarkan Panin Sekuritas Rabu 298 mengindikasikan perusahaan batu bara ini akan bangkrut karena performa keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar utangnya. Selain faktor keuangan yang menjadi kendala, faktor non keuangan juga menjadi masalah di perusahaan ini. PT Bumi Resources memiliki masalah dalam hal perizinan. Dalam laporan auditor PT Bumi Resources tahun 2013, dinyatakan bahwa entitas anak dari PT Bumi Resources yaitu PT Dairi Prima Mineral Dairi, PT Citra Palu Minerals CPM dan PT Gorontalo Minerals GM, menandatangani Kontrak Karya KK dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengeksplorasi emas dan mineral lainnya di seluruh wilayah konsensi yang berada dalam wilayah hutan lindung. Undang-undang kehutanan No. 41, yang mulai berlaku sejak tahun 1999, melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah hutan lindung, termasuk wilayah KK yang diberikan sebelum deklarasi. Pada tanggal 31 Desember 2013, Dairi, CPM, dan GM masing-masing telah memperoleh izin pinjam pakai kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan dan eksplorasinya. Izin pinjam pakai kawasan hutan lindung memiliki batas waktu dan perlu 8 diperpanjang. Selain itu, CPM dan GM berada dalam tahap studi kelayakan. Pada tanggal 31 Desember 2013, CPM dalam proses untuk memperoleh perpanjangan tahap studi kelayakan dan izin pinjam pakai untuk jangka waktu berikutnya, sedangkan GM telah mengajukan surat permohonan memasuki tahap konstruksi. Seperti halnya PT Bumi Resources yang masih terkendala perizinan dari pemerintah, banyak kasus perusahaan tambang yang tidak memiliki izin dari pemerintah seperti PT Vale Indonesia yang melakukan penambangan illegal di kawasan hutan lindung HL Zeba-zeba, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan membuka jalan main road sepanjang 28 kilometer IS, 2013. Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah tropis dan dilewati garis katulistiwa mempunyai keuntungan tersendiri. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan. Dalam hal cadangan barang tambang, Indonesia merupakan negara yang cukup disegani karenanya. Indonesia memiliki cadangan barang tambang seperti emas, perak, timah, tembaga, nikel, batubara, dan lain-lain. Selanjutnya akan disajikan peringkat tambang di Indonesia atas dunia dan berbagai jenis tambang dan juga jumlah produksi tambang Indonesia: Tabel 1.2 Data Peringkat Tambang Indonesia No Jenis Tambang Keterangan 1 Batu bara Peringkat ke-6 dunia dalam produksi Memiliki 0,5 dari cadangan dunia. 2 Minyak Peringkat ke-25 berpotensi. Sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial Bersambung pada halaman berikutnya 9 Tabel 1.2 Lanjutan No Jenis Tambang Keterangan 3 Gas alam Peringkat ke-13 cadangan dunia. Produksinya peringkat ke-8 terbesar. Peringkat ke-2 pengekspor LNG 4 Emas Peringkat ke-7 potensi emas terbesar dunia. Peringkat ke-6 produksi sebesar 6,7 dan memiliki cadangan sebesar 2,3. 5 Timah Peringkat ke-6 cadangan dunia sebesar 8,1. Peringkat ke-2 produksi sebesar 26. 6 Tembaga Peringkat ke-7 cadangan sekitar 4,1. Peringkat ke-2 produksinya sebesar 10,4. 7 Nikel Peringkat ke-8 cadangan dunia sekitar 2,9. Peringkat ke-4 produksi dunia sebesar 8,6. Sumber: http:www.hpli.orgtambang.php Selanjutnya akan disajikan peta lokasi penyebaran salah satu barang tambang yaitu batubara di Indonesia beserta jumlah cadangannya per juta ton: Gambar 1.1 Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara Sumber: Badan Geologi Kementerian ESDM 10 Dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia maka terbukalah kesempatan untuk mengelola sumber daya tersebut. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang berkecimpung di bidang itu. Bukan hanya perusahaan dalam negeri, perusahaan luar negeri seperti Chevron, Freeport, Petro China, dan lain- lain turut ambil bagian dalam mengelola sumber daya Indonesia. Seperti halnya dalam bidang pertambangan, investasi pada bidang pertanian pun mulai berdatangan dari berbagai sumber, seperti yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM. BKPM mencatat minat investasi di sektor pertanian terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sampai 134,8, berdasarkan pengajuan izin prinsip yang diterima Junida, 2015. Dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap hasil sumber daya alam, merupakan tantangan bagi semua perusahaan untuk tetap mempertahankan kondisinya. Hal ini juga merupakan tugas bagi para auditor independen untuk memberikan informasi bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Yang mana peran hasil audit keuangan adalah sebagai referensi bagi para pemegang kepentingan, maka auditor harus sangat teliti dalam menyatakan atau tidak menyatakan opini going concern kepada suatu perusahaan. Auditor bukan hanya menilai dari faktor keuangannya saja, namun faktor lain juga harus diperhatikan. Faktor-faktor non keuangan juga berpengaruh terhadap opini audit going concern yang didapat oleh perusahaan seperti audit tenure , opini audit sebelumnya maupun tingkat disclosure. Banyak penelitian yang meneliti terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi opini audit going concern baik faktor keuangan maupun non 11 keuangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Dewayanto 2011, Ardiani et al. 2012, Foroghi 2012, Zulfikar dan Syafruddin 2013, Rossa dan Rahradjo 2013, Verdiana dan Utama 2013, dan Bedard et al. 2015. Ada perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor- faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud meneliti kembali terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Alasan, proses, dan faktor bagaimana auditor menyatakan opini audit going concern masih menarik mengingat perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan tambang dan agriculture yang memiliki ciri khas tersendiri. Kenyataannya Indonesia dikenal oleh dunia salah satunya karena sumber daya alamnya. Oleh sebab itu opini audit going concern pada perusahaan yang ada harus diprediksi. Penelitian ini meneliti terkait bagaimana pengaruh audit tenure akan mempengaruhi opini audit going concern. Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit Ulya, 2012. Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern Junaidi dan Hartono, 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan Rahardjo 2013 menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono 2010, yang nenyatakan bahwa tenure berpengaruh pada opini going 12 concern didukung. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Selanjutnya penelitian ini juga meneliti pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Menurut Zulfikar dan Syafruddin 2013, opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar dan Syafruddin 2013 menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya 2012 yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini meneliti terkait pengaruh disclosure suatu laporan perusahaan akan mempengaruhi opini audit going concern. Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi opini audit going concern , sebab dengan ketika auditor memberikan opini wajar tanpa 13 pengecualian, informasi buruk mengenai perusahaan seringkali tidak diungkapkan oleh pemimpin perusahaan Lennox, 2000 dalam Verdiana dan Utama 2013. Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang ada Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaidi dan Hartono 2010, disclosure laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerajasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono 2010 menyatakan bahwa disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor. Namun berbeda dengan hasil penelitian Astuti dan Darsono 2012 yang menyatakan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, penelitian ini mengambil data terbaru yaitu data perusahaan dari tahun 2011 sampai 2014. Sektor perusahaan yang diambilpun berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya yaitu hanya pada sektor tambang dan agriculture. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimotivasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar variabel independen yang disajikan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal-hal 14 tersebut, maka penelitian ini ber judul “Pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014 ”.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak diteliti dapat dirumuskan dan dipaparkan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai berikut: 1. Apakah audit tenure perusahaan mempengaruhi opini audit going concern ? 2. Apakah opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi opini audit going concern ? 3. Apakah disclosure mempengaruhi opini audit going concern?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empirisi mengenai: a Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern b Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern c Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern 15 2. Manfaat Penelitian a Kontribusi Teoritis 1 Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini berguna sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga berguna sebagai pembanding bagi penelitian-penelitian lainnya. 2 Masyarakat, penelitian ini bisa menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat agar lebih mengetahui terkait dengan opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3 Peneliti selanjutnya, sebagai rujukan dalam membuat penelitian dengan topik opini audit going concern. 4 Penulis, sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah rujukan terkait dengan opini audit going concern dan perusahaan tambang. b Kontribusi Praktis 1 Auditor dan KAP, sebagai rujukan informasi mengenai langkah- langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan opini audit going concern. 2 Pemegang kepentingan, sebagai rujukan dalam mengambil setiap keputusan. Agar dapat mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak diinginkan. 3 Pemerintah, mengantisipasi keadaan perusahaan-perusahaan yang dapat membuat perekonomian tidak stabil jika bermasalah. 16

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan Agency Theory Teori keagenan merupakan teori yang mengungkapkan adanya dua kepentingan berbeda yang berasal dari dua pihak. Dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda tersebut adalah prinsipal dan agen. Di dalam teori ini prinsipal adalah para pemegang saham atau orang-orang yang menjadi pemilik suatu perusahaan dan agen adalah orang-orang yang menjalankan pengelolaan perusahaan tersebut. Jensen dan Meckling 1976 dalam Zulfikar dan Syafruddin 2013 mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal pemilik menggunakan orang lain atau agen manajer untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, merupakan suatu keharusan dimana agen harus bekerja sesuai dengan wewenang prinsipal. Pada dasarnya para prinsipal sebagai pemilik perusahaan ingin agar perusahaan yang mereka miliki menguntungkan bagi mereka dan bertambah nilainya. Oleh sebab itu mereka mempekerjakan agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan agar tercapainya tujuan mereka. Agar terdapat timbal balik antara prinsipal dan agen, maka agen mendapatkan imbalan dari prinsipal berupa gaji, upah, bonus, dan lain- lain. Agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan memiliki kepentingan tersendiri yaitu memaksimalkan imbalan dari prinsipal baik berupa gaji, bonus, insentif, dan lain-lain. 17 Adanya dua kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang kadang menyebabkan masalah bagi perusahaan, masalah ini biasa disebut dengan masalah keagenan. Masalah keagenan timbul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agen manajemen bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan perusahaan yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agen untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agen dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan Zulfikar dan Syafruddin, 2013. Untuk mengetahui keadaan perusahaan yang dimiliki oleh prinsipal, maka agen diwajibkan untuk memberikan laporan kepada prinsipal. Salah satu laporan yang agen berikan kepada prinsipal adalah laporan keuangan. Laporan yang diterima oleh prinsipal digunakan untuk mengambil keputusan dan menentukan sikap bagi perusahaan di masa mendatang. Oleh sebab itu laporan keuangan harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kondisi perusahaan. Jika laporan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dalam artian agen memanipulasi atau salah dalam memberikan laporan, maka hal ini akan mempengaruhi prinsipal dalam mengambil keputusan. Jika laporannya salah kemungkinan besar keputusan yang diambil kurang tepat. Oleh sebab itu diperlukannya pihak ketiga yang independen atau terbebas dari pengaruh pihak manapun sebagai jembatan antara prinsipal dan agen.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2013)

5 93 109

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

4 72 106

Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 119 108

Pengaruh Likuiditas, Leverage¸Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 61 99

Analisis Pengaruh Opini Audit, Audit Report Lag dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

18 117 88

Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Conern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 34 96

Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

1 12 117

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007-2011)

1 17 150

OPINI AUDIT GOING CONCERN PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 2 14