Telah disebutkan di atas bahwa tingkat pendidikan anggota keluarga yang tidak ada PSK-nya lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan anggota keluarga
yang ada PSK-nya, hal ini bertolak belakang dengan tingkat pengangguran rata-rata anggota keluarga. Tingkat pengangguran rata-rata anggota keluarga yang tidak ada
PSK-nya lebih tinggi dibandingkan keluarga yang ada PSK-nya Gambar 11.
Gambar 11. Tingkat Pengangguran anggota Keluarga
25.6 35.2
40.9 46.1
50.6 56.5
10 20
30 40
50 60
Banyuwangi Indramanyu
Jepara Persen
Keluarga ada PSK Keluarga tidak ada PSK
Hal lain yang mendukung banyaknya PSK dari ketiga daerah tersebut adalah faktor lingkungan, yaitu 1 mengenai nilai anak, terutama anak perempuan yang
merupakan tumpuan keluarga, 2 usia perkawinan muda yang mendorong tinggi angka perceraian, 3 persepsi tentang pekerja seks, yang umumnya bisa diterima oleh
masyarakat setempat terutama di Indramanyu, dan 4 kehidupan yang lebih baik bila menjadi PSK.
4.5. Pola Spasial Daya Tarik Transaksi Jasa Seks Komersial dan Indikator yang Mencirikan Daya Tarik
Perkembangan kegiatan transaksi jasa seks komersial di suatu daerah dapat mempengaruhi perkembangan semakin meningkat atau menjadi mati kegiatan yang
sama di tempat lain. Artinya bila dilakukan pengembangan usaha transaksi di suatu tempat, kemungkinan perkembangannya kemungkinan bisa diikuti oleh
perkembangan di tempat lain atau tidak mempengaruhi perkembangan kegiatan di
tempat lain atau bahkan mematikan kegiatan di tempat lain. Tingkat pengaruh perkembangan dapat dilihat dari parameter daya tarik daerah tersebut.
Besarnya parameter daya tarik dari suatu daerah diduga ditentukan oleh besarnya 8 peubah yang digunakan, yaitu perbedaan IPM, perbedaan IKM, perbedaan
tingkat pendidikan penduduk, perbedaan nilai PDRB perkapita, jarak dari daerah tersebut ke daerah asal PSK, perbedaan angka ketergantungan, perbedaan kepadatan
penduduk, dan perbedaan tingkat pengangguran terbuka. Dari 8 indikator tersebut hanya 3 indikator yang dapat digunakan sebagai peubah daya tarik alpha 5 persen,
yaitu beda tingkat pendidikan, beda nilai PDRB per kapita, dan jarak seperti terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Likelihood Type I Model Log-Linear Entropi Interaksi Spasial
Peubah Degrees of
Freedom Log
Likelihood Chi Square
Probabilita Intercept
1 - 7962,84
Daerah Kerja PSK 18
- 7568,45 788,780
0,000000 Daerah Asal PSK
258 - 4859,07
5418,761 0,000000
Beda IPM 1
- 4859,07 0,000
3E30 Beda IKM
1 - 4859,07
0,000 3e30
Beda Tingkat Pendidikan 1
- 4855,43 7,279
0,000000 Beda nilai PDRB per
kapita 1
- 4836,58 37,705
0,000000 Jarak
1 - 3823,90
2025,355 0,000000
Beda Kepadatan Penduduk 1
- 3823,67 0,427
Beda Angka Ketergantungan
1 - 3823,45
0,424 Beda Angka pengangguran
1 - 3823,45
0,000 3E30
Keterangan: - Siginifikan pada alpha 5 - Diolah berdasarkan Lampiran 1 dengan estimasi sigma restricted
Dalam Tabel 9 dan Gambar 12 ditunjukkan daerah yang berdaya tarik positip berada di wilayah paling timur, yaitu Papua, sedangkan daerah yang berdaya tar ik
negatip terletak di wilayah barat dan tengah. Artinya bahwa: 1. Bila daya tarik tempat kerja PSK di Kota Jayapura, Sorong dan Merauke
ditingkatkan, maka perkembangan tempat kerja tidak hanya terjadi di daerah tersebut, tetapi juga di daerah lainnya.
2. Bila daya tarik tempat kerja di Kepulauan Riau, Kota Semarang, Kota Denpasar, Kota Palembang, Bekasi, Karawang, dan Kota Bekasi ditingkatkan,
maka perkembangan tempat kerja hanya terjadi di daerah tersebut dan diikuti matinya perkembangan tempat kerja di daerah lainnya. Tempat kerja PSK
memusat hanya di tujuh tempat tersebut. 3. Sementara itu bila tempat kerja di daerah yang tidak signifikan dan nilainya
mendekati nol, seperti Kota Medan dan Kota Surabaya, daya tariknya ditingkatkan maupun diturunkan relative tidak akan berdampak terhadap
perkembangan tempat kerja PSK di tempat tersebut maupun tempat lainnya. Tabel 9.
Estimasi Parameter Daya Tarik
µ
j
yang telah diurutkan
Tempat Kerja j Daya
Tarik µ
j
Kota Jayapura 3.9566
Sorong 2.9632
Merauke 2.4178
Jakarta Utara 2.304
Kota Kupang 0.6044
Kota Ambon 0.6031
Kota Manado 0.4564
Kota Bitung 0.3296
Kota Medan -0.1653
Kota Surabaya -0.1838
Kota Makassar -0.6341
Kepulauan Riau -0.721
Deli Serdang -0.8588
Kota Semarang -1.1537
Kota Denpasar -1.1538
Kota Palembang -1.1795
Bekasi -1.6508
Karawang -2.4418
Kota Bekasi -3.4925
Keterangan: - Signifikan pada alpha 5 persen
- Diolah berdasarkan Lampira 1 dengan model log-linear entropi interaksi spasial, estimasi sigma restricted
KabKota by Daya Tarik
5 2.5
0.5 -0.5
-2.5 -5
Gambar 12. Peta Daya Tarik Daerah Transaksi Jasa Seks Komersial Daerah yang paling kuat daya tariknya terletak di Propinsi Papua. Papua
merupakan salah satu propinsi yang mendapat otonomi khusus, sehingga pembangunan wilayah dilakukan secara besar-besaran. Untuk itu banyak pendatang
yang datang ke tempat ini, baik untuk tinggal sementara maupun menetap. Diantara 3
daerah tersebut, Kota Jayapura yang merupakan ibukota Propinsi Papua mempunyai daya tarik tertinggi, kemudian Sorong dan Merauke.
Sebagai daerah yang sedang berkembang, banyak pendatang di daerah ini mulai dari pekerja kasar sampai dengan konsultan dari negara asing. Karena letak
daerah ini cukup jauh dari tempat tinggal para pendatang tersebut, mereka terpaksa menetap sementara dalam waktu cukup lama. Hal ini yang kemudian dimanfaatkan
oleh pebisnis hiburan seks. Tempat hiburan tidak hanya diminati oleh para pendatang, namun juga oleh penduduk setempat.
Lokalisasi di Sorong cukup besar, yaitu terdiri dari 32 bangunan. Masing- masing bangunan paling sedikit terdapat 4 PSK. Begitu pula dengan jumlah
karaokediskotikcafébar yang ada, yaitu sebanyak 20 tempat. Di Sorong juga terdapat 2 panti pijat yang melakukan transaksi seks komersial. Akan tetapi PSK
jalanan di daerah ini hanya bekerja di 2 lokasi saja. Yang unik di daerah ini adalah pengguna jasa PSK cukup banyak dari kalangan tukang ojek, yang umumnya adalah
pendatang. Di Merauke terdapat satu lokalisasi, satu rumah bordil dan 13 tempat
karaokediskotikcafébar. Selain di tempat-tempat tersebut, terdapat 3 lokasi jalan sebelah timur pelabuhan yang juga digunakan oleh PSK sebagai tempat kerjanya.
Letak rumah bordil di sebelah barat pelabuhan yang berbaur dengan perumahan penduduk, sedangkan letak lokalisasi sangat terpencil. Jumlah rumah bordil hanya 4
rumah dan lingkungannya tidak sehat, karena dekat dengan pinggir kali. Pemilik rumah bordil ini adalah seorang ibu yang gagal menjadi transmigran di Merauke.
PSK yang bekerja di sini berasal dari daerah yang sama dengan pemilik rumah bordil, yaitu Jawa Timur.
Di daerah lokalisasi tersebut terdapat 8 bangunan rumah panggung yang menjadi tempat kerja PSK. Masing-masing bangunan ada pemiliknya, yang
umumnya adalah transmigran. Sementara itu 13 karaokediskotikcafébar letaknya menyebar di pusat daerah kota.
Dari Tabel 9 juga terlihat bahwa daerah yang koefisiennya besar namun tandanya negatip yaitu Bekasi, Karawang, Kota Bekasi Jawa Barat dan kota
Semarang, ternyata sebagian besar PSK yang bekerja di daerah-daerah tersebut berasal dari daerah yang bersangkutan, secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1. Di Karawang, hampir semua 92,8 persen PSK berasal dari Jawa Barat.
Umumnya mereka berasal dari berasal dari Karawang 49,6 persen, Subang 21,6 persen dan Indramanyu 12,4 persen. PSK yang lainnya berasal dari
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Daerah kerja PSK ini adalah lokalisasi yang menyebar di 10 kecamatan. Tempatnya pun menyebar di antara
perumahan pendud uk. 2.
Di Bekasi, sebagian besar PSK berasal dari Jawa Barat, terutama Karawang 21 persen, Bekasi 20 persen, Subang 10 persen, Bandung 8 persen dan
Cianjur 7 persen. 3.
Kota Bekasi yang letaknya sangat dekat dengan Kabupaten Bekasi, umumnya PSK dari Jawa Barat 39 persen, Jawa Tengah 19 persen dan jawa Timur
18 Persen. PSK yang bekerja baik di Kota maupun Kabupaten Bekasi umumnya bekerja di panti pijat, karaoke, salon, kafe, bar ataupun diskotik.
4. PSK yang bekerja di Kota Semarang paling banyak dari Jawa Tengah,
terutama Kota Semarang 28,2 persen yang umumnya datang dari Kendal 8 persen, Jepara 7,1 persen, Grobogan 6,4 persen, Demak 4,2 persen,
Boyolali 3,3 persen, Wonosobo 2,9 persen, dan Semarang 2,7 persen. Seperti terlihat pada Tabel 9, tempat kerja yang tidak signifikan pada alpha 5
persen adalah Deli Serdang, Kota Medan, Jakarta Utara, Kota Surabaya, Kota Kupang, Kota Manado, Kota Bitung, Kota Makassar, dan Kota Ambon. Diantara 9
daerah tersebut, terdapat 4 kota besar yang dianggap sebagai tempat transaksi PSK yang cukup besar, yaitu: Kota Surabaya, Kota Medan, Jakarta Utara, dan Kota
Makassar. Hampir semua PSK yang bekerja di Kota Surabaya berasal dari berbagai
daerah di Propinsi Jawa Timur 93,6 persen, terutama dari Kota Surabaya dan Malang. PSK yang berasal dari luar Jawa hanya sekitar 1 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa Kota Surabaya tidak membutuhkan PSK dari luar. Sementara
itu sekitar 95 persen PSK yang bekerja di Jakarta Utara berasal dari Pulau Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Kota Makassar hampir setengahnya
berasal PSK dari daerah Jawa Timur dan sepertiganya berasal dari propinsi setempat Sulawesi Selatan. PSK yang bekerja di Kota Medan umumnya berasal dari daerah
yang ada di Pulau Sumatera dan sebagian lagi berasal dari daerah yang ada di Pulau Jawa.
Di Kota Manado, Kota Bitung dan Deli Serdang, meskipun bukan merupakan kota besar, namun sebagian besar PSK-nya berasal dari daerah di propinsi yang sama,
terutama di Kota Manado. Sekitar 93 persen PSK yang bekerja di Kota Manado berasal dari propinsi Sulawesi Utara.
PSK yang bekerja di Kota Ambon dan Kupang lebih dari 60 persen berasal dari luar propinsi. Di Kota Ambon kegiatan transaksi seks komersial dikuasai oleh
PSK dari Jawa Timur 49,8 persen dan Sulawesi Utara 17,6 persen. Terdapat dua indikator yang mempengaruhi daya tarik, yaitu jumlah
penduduk dan nilai PDRB per kapita dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,478. Kedua indikator ini mencerminkan tingkat pertumbuhan daerah. Daya tarik
dipengaruhi secara negatif oleh jumlah penduduk dan secara positif nilai PDRB per kapita. Artinya semakin tinggi nilai PDRB semakin kuat daya tarik, sebaliknya
banyak jumlah penduduk semakin lemah daya tarik. Apabila PDRB dianggap sebagai indikator keberhasilan pembangunan, maka daerah yang sedang berkembang
atau bahkan daerah maju mempunyai daya tarik yang tinggi untuk menjadi daerah pasar PSK.
4.6. Pola Spasial Daya Dorong Transaksi Jasa Seks Komersial dan Indikator yang Mencirikan Daya Dorong
PSK yang pergi untuk bekerja di tempat lain, mempunyai daya dorong dari daerah tempat tinggalasal sehingga mereka meninggalkan daerah asalnya. Semakin
tinggi posistip daya dorongnya semakin banyak PSK yang pergi meninggalkan daerahnya untuk bekerja berbagai di tempat lain menyebar, sebaliknya daya dorong
yang semakin kecil negatip, maka PSK tidak akan pergi meninggalkan daerahnya melainkan tetap bekerja di daerahnya masing- masing memusat.
Dengan menggunakan indikator yang sama dengan indikator daya tarik diperoleh hasil bahwa dari 259 daerah tingkat II yang menjadi daerah asal PSK,
terdapat 119 daerah yang signifikan pada level 5 persen. Dari jumlah tersebut terdapat 82 daerah yang berdaya dorong positip menunjukkan apabila dilakukan
penambahan total supply di 82 dearah tersebut, maka tidak saja derah tersebut yang semakin berkembang jumlah PSK-nya, tetapi daerah lain juga semakin berkembang
jumlah PSK-nya. Sebaliknya di 37 daerah yang berdaya dorong negatif, menunjukkan bahwa apabila dilakukan penambahan jumlah PSK di 58 daerah
tersebut, maka perkembangan jumlah PSK hanya terjadi di 58 daerah itu dan perkembangan di daerah lainnya tidak ada. Sisanya sebanyak 140 daerah yang tidak
signifikan pada alpha 5 persen, menunjukkan bahwa apabila di daerah tersebut dilakukan penambahanpengurangan jumlah PSK, maka tidak akan memperngaruhi
perkembangan jumlah PSK di daerah lain.
Tabel 10.
Estimasi Parameter Daya Dorong ?
i
yang Signifikan pada Alpha 0,05 untuk Beberapa Daerah yang Lebih Besar dari 2,5
Tempat Asal i Daya Dorong ?
i
Bojonegoro 3,4314
Malang 3,4285
Jember 3,39
Karawang 3,2335
Banyuwangi 3,2145
Lampung Barat 3,1312
Sumba Barat 2,8747
Mandailing Natal 2,8289
Subang 2,7838
Jepara 2,6935
Blitar 2,6682
Lombok Tengah 2,6462
Kediri 2,6439
Indramanyu 2,6167
Cirebon 2,6165
Grobogan 2,5727
Keterangan: Diolah berdasarkan Lampiran 1 dengan model log-linear entropi interaksi spasial, estimasi sigma restricted
Daerah yang daya dorongnya positip umumnya daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten. Nilai daya dorong terbesar adalah daerah
Bojonegoro 3,4314, kemudian diikuti secara berturut-turut oleh daerah yang nilai daya dorongnya lebih dari 2,5 yaitu Malang, Jember, Karawang, Banyuwangi,
Lampung Barat, Sumba Barat, Subang, Mandailing Natal, Jepara, Blitar, Lombok Tengah, Kediri, Indramanyu, Cirebon, dan Grobogan, seperti terlihat pada Tabel 10.
Seluruh daerah berdasarkan daya dorong yang positif dapat dilihat pada Lampiran 2. Daerah yang estimasi parameter daya dorongnya negatip tidak didominasi
oleh daerah tertentu. Dari 37 daerah terdapat 10 daerah di Pulau Sumatera, 9 daerah di Papua, masing- masing 5 di Maluku dan Sulawesi, masing- masing 3 daerah di
Pulau Jawa dan Nusa Tenggara, serta 2 daerah di Kalimantan, seperti terlihat pada Lampiran 3.
Tabel 11.
Estimasi Parameter Daya Dorong ?
i
yang Signifikan pada Alpha 0,05 untuk Beberapa Daerah yang Lebih
Kecil dari -2,5
No. KabupatenKota
Daya Dorong ?
i
1 Kota Kediri -11.7274
2 Kutai -8.2053
3 Jakarta Pusat -7.8099
4 Bengkalis -5.6538
5 Fakfak -5.1948
6 Kota Balikpapan -5.0469
7 Sorong -4.7732
8 Jayapura -4.6975
9 Nabire -4.3882
10 Kota Cilegon -4.3333
11 Yapen Waropen -3.848
12 Manokwari -3.7687
13 Kota Jayapura -3.743
14 Kota Batam -3.4115
15 Maluku Tenggara Barat -3.3743
16 Biak Numfor -2.9635
17 Badung -2.9311
Keterangan: Diolah berdasarkan Lampiran 1 dengan model log-linear entropi interaksi spasial, estimasi sigma restricted
Seperti disebutkan di atas daya dorong negatip akan menga kibatkan adanya pemusatan ke suatu daerah tertentu. Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai daya dorong
di daerah Kediri paling kecil, yaitu sebesar -11.7274. Artinya bahwa bila dilakukan peningkatan jumlah PSK dari daerah ini, maka akan terjadi perkembangan jumlah
PSK di daerah ini saja dan perkembangan PSK yang berasal dari tempat lain tidak ada. Sementara itu, diantara 17 daerah yang nilai daya dorongnya lebih kecil dari -
2,5 terdapat 8 daerah yang berasal dari Papua, yaitu Fakfak -5,1948, Sorong - 4,7732, Jayapura -4,6975, Nabire -4,3882, Yapen Waropen -3,848, Manokwari
-3,7687, Kota Jayapura -3,743, dan Biak Numfor -2,9635. Untuk lebih jelasnya dapat juga dilihat pada Gambar 13.
Terdapat enam indikator yang mempengaruhi daya dorong adalah nilai PDRB per kapita, jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah PSK, angka ketergantungan, dan
pengeluaran per kapita dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,760. Indikator tersebut mencerminkan tingkat kemiskinan.
Daya dorong dipengaruhi secara positif oleh jumlah penduduk, jumlah PSK sesuai daerah asalnya, angka ketergantungan, dan secara negatif oleh nilai PDRB per
kapita, luas wilayah, dan pengeluaran per kapita. Artinya bila jumlah penduduk, jumlah PSK dan angka ketergantungan semakin besar, maka daya dorong semakin
besar. Sebaliknya semakin besar nilai PDRB per kapita, semakin luas wilayah, dan semakin tinggi pengeluaran per kapita maka semakin kecil daya dorong. Hal ini
menunjukkan bahwa kemiskinan di suatu daerah merupakan faktor utama daya dorong untuk menjadi suatu daerah pemasok PSK.
ind_kab by daya dorong
12 6
1.2 -1.2
-6 -12
Gambar 13. Peta Daya Dorong Daerak Asal PSK Disamping masalah kemiskinan, pengaruh budaya dan lingkungan juga
merupakan factor yang menjadi pemicu sesorang menjadi PSK. Indramanyu, Karawang, Jepara, Grobogan, Malang, Blitar, dan Banyuwangi merupakan daerah
yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan dan sampai sekarang daerah-daerah tersebut terkenal sebagai pelacur untuk daerah kota. Di
daerah asalnya, seperti Indramanyu, Banyuwangi dan Jepara perempuan yang menjadi PSK diterima oleh masyarakat setempat, karena keluarga yang ada PSK-nya
kehidupan lebih sejahtrera dibandingkan keluarga yang tidak ada PSK-nya. Di daerah tempat kerja, misalnya di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, PSK umumnya
bertempat tinggal di lingkungan perumahan biasa. Mereka merasa aman, tanpa diganggu oleh masyarakat, asalkan mereka tidak melakukan transaksi di tempat
tinggalnya tersebut.
4.7. Indikator Hambatan Spasial Transaksi Jasa Seks Komersial