Sumber Data Survei Surveilens Perilaku SSP

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

3.2. Sumber Data

Penelitian ini umumnya menggunakan data-data hasil survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik BPS, yaitu:

a. Survei Surveilens Perilaku SSP

Survei Surveilens Perilaku SSP yang dilaksanakan atas kerjasama BPS, Dirjen Pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan-Depkes dan proyek Aksi Stop AIDS ASA yang didukung oleh Family Health International FHI dan The United State AID USAID. SSP dilaksanakan di 13 lokasi terpilih dan terletak di 10 propinsi yang menjadi target wilayah kerja ASAFHI dan 3 propinsi dengan dukungan AusAID. Dalam pelaksanaannya SSP dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yang merupakan tahap pengembangan dan sekaligus pembelajaran dilaksanakan antara bulan Juni-Agustus 2002, mencakup 3 propinsi, yaitu kota MedanKabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, Kabupaten Kepulauan Riau Riau, dan Jakarta UtaraJakarta Pusat DKI Jakarta. Tahap kedua yang merupakan implementasi mencakup 7 propinsi, dilaksanakan dalam 2 periode. Periode pertama pada bulan Oktober 2002 di Kabupaten KarawangKabupaten BekasiKota Bekasi Jawa Barat, Kota Surabaya Jawa Timur, Kota ManadoKota Bitung Sulawesi Utara, Kabupaten Merauke Papua. Periode kedua pada bulan Februari-April 2003 di Kota Palembang Sumatera Selatan, Kota Semarang Jawa Tengah, Kota Jayapura Papua, Kota Sorong Papua, dan Kota Ambon Maluku. Tahap ketiga dilaksanakan pada pada bulan Maret 2003 di 3 propinsi yang merupakan konsentrasi program Indonesia HIVAIDS Prevention and Care Project IHPCP Australian Agency for International Development AusAID, yaitu Kota Denpasar Bali, Kota Kupang NTT, dan Kota Makassar Sulawesi Selatan. Sasaran SSP adalah wanita dan pria yang perilaku seksnya berisoko tinggi. Untuk wanita, kelompok berisiko tinggi adalah wanita yang paling sering berganti pasangan seks, seperti penjaja seks komersial PSK yang melakukan transaksi secara terbuka di tempat lokalisasirumah bordil atau di jalanan wantia penjaja seks langsung dan wanita yang melayani seks pelanggannya untuk memperoleh tambahan pendapatan dimana ia bekerja, seperti wanita yang bekerja di panti pijatsalonspa, barkaraokediskotekcaféretoran, dan hotelmotelcottage wantia penjaja seks tidak langsung. Definisi batasan mengenai penduduk dengan perilaku berisiko tinggi yang dicakup dalam SSP adalah sebagai berikut: . Pekerja seks komersial PSK yang dicakup dalam survei ini terdiri atas 2 jenis: PSK langsung dan tidak langsung. PSK langsung adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial, sedangkan PSK tidak langsung adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang perkerjaan tertentu. . Pelanggan yang dicakup dalam survei ini adalah pria yang bekerja dan harus meninggalkan rumah atau keluarganya dalam jangka waktu cukup lama, karena diduga mempunyai kecenderungan membeli jasa seks dan atau mempunyai pasangan seks lain selain istripasangan tetapnya. Misalnya sopirkernet truk, anak buah kapal ABKpelautnelayan, tenaga bongkar muat TKBM, dan tukang ojek. Besarnya sampel SSP dirancang untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik masyarakat yang berperilaku dengan risiko tinggi, dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku tersebut. Perhitungan dengan menggunakan metode cluster survey menunjukkan bahwa besarnya sampel sekitar 200-400 responden pada setiap sasaran masyarakat berperilaku berisiko tinggi sudah cukup mewakili populasi representatif, termasuk mengukur perubahan perilaku. Lokasi SSP ditentukan setelah mendapatkan masukan dari komisi penanggulangan AIDS Daerah KPAD, dengan pertimbangan lokasi survei merupakan daerah konsentrasi kegiatan jasa pelayanan seks dan sekaligus daerah sasaran survei serologi HIV yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Perkiraan jumlah populasi WPS langsung dan WPS tidak langsung diperoleh dari listing secara independen ke setiap lokasi dengan menggunakan peta dasar yang diperoleh dari lembaga pemerintah daerah setempat. Identifikasi lokasi baru beserta populasinya dilakukan dengan cara sistem putaran bola salju snowballing system. Dalam proses listing dari suatu lokasi ke lokasi lain di lapangan, peta wilayah administratif digunakan untuk operasional lapangan dan dalam peta tersebut digambar letak setiap lokasi secara geografis. Hasil listing ini merupakan kerangka sampel untuk pemilihan lokasi dan penentuan target sampel dalam setiap lokasi. Pemilihan acak random sampling digunakan untuk pemilihan sampel. Pemilihan lokasi secara sistematik sampling dengan menggunakan peluang jumlah populasi dalam lokasi. Pemilihan responden dalam setiap lokasi dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara tatap muka antara petugas SSP dengan responden. Tabel 3. Jumlah Sampel menurut Kelompok Sasaran dan Lokasi Survei SSP 20022003 di 19 Kabupaten, 10 Propinsi di Indonesia No KabupatenKota PSK Langsung orang PSK Tidak Langsung orang Jumlah Sampel PSK orang 1 Kab. Deli Serdang 250 - 250 2 Kota Medan - 200 200 3 Kepulauan Riau 250 200 450 4 Kota Palembang 250 200 450 5 Jakarta Utara 250 250 500 6 Kab. Karawang 250 - 250 7 Kab. Bekasi 100 - 100 8 Kota Bekasi - 100 100 9 Kota Semarang 257 193 450 10 Kota Surabaya 246 254 500 11 Kota Manado 100 167 267 12 Kota Bitung 100 123 233 13 Kota Denpasar 255 197 452 14 Kota Kupang 268 182 460 15 Kota Makassar 251 199 450 16 Kota Ambon 107 200 307 17 Kota Jayapura 253 197 450 18 Kota Sorong 248 202 450 19 Kab. Merauke 123 127 250 Jumlah 3509 3051 6560 Sumber: BPS, 2003, diolah dari publikasi SSP 20022003 Bias terhadap hasil SSP telah diupayakan seminimal mungkin, di antaranya: 1. Petugas lapangan adalah tim yang terdiri atas dinas-dinas dan lembaga swadayayayasan yang terkait dan terbiasa dalam berhubungan dengan PSK dan wilayah kerjanya, misalnya dinas sosial, dinas pariwisata, dan kantor pelabuhan. 2. Sebelum melakukan pencacahan tim melakukan rapat kerja untuk mendapatkan informasi daerah-daerah mana yang dianggap sebagai tempat praktek PSK, bagaimana cara menuju tempat tersebut dan siapa yang dapat ditemui sehingga tim dapat memasuki wilayah tersebut. 3. Berdasarkan hasil rapat kerja, tim melakukan penelurusan seluruh wilayah untuk mendapatkan informasi perkiraan jumlah PSK di setiap tempat kerjanya dan waktu yang tepat untuk mewawancarai PSK yang akan terkena sampel agar tidak mengganggu. Data-data yang diambil dari SSP adalah data-data yang berkaitan dengan karakteristik pekerja seks komersial PSK, yaitu: - jumlah PSK berdasarkan daerah asal - tempatlokasi kerja PSK rumah bordil, jalangangtamankuburan, hotelmotelcottage, panti pijatsalonspa, dan karaokediskotikrestoran cafébar - umur PSK - tingkat pendidikan PSK tidak sekolahtidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA ke atas - tarif PSK = Rp 40.000, Rp 41.000 - 75.000, Rp 76.000 - 150.000, Rp 150.000 - rata-rata lamanya bekerja sebagai PSK - persentase PSK yang menderita infeksi menular seksual IMS

b. Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas Tahun 2003