Analisis Deskriptif Peta Persebaran PSK Model Log-Linear Entropi Interaksi Spasial

1 13 P 3 = --- P 31 + P 32 + P 33 3 f. Studi Kasus mengenai sosial ekonomi PSK dan implikasinya terhadap kesehatan reproduksi PSK, yang diselenggarakan oleh Universitas Atmajaya dan UNFPA tahun 2003. g. Penelitian mengenai hukum dan sistem pengelolaan prostitusi di Nusa Tenggara Timur yang diselenggarakan oleh Universitas Nusa Cendana, Kupang tahun 1990, 1993, dan 1995. h. Hasil pengamatan petugas lapangan.

3.3. Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.3.1. Analisis Deskriptif

Untuk menggambarkan karakteristik PSK dan pelanggan secara umum maka digunakan analisis tabulasi silang dari data SSP.

3.3.2. Peta Persebaran PSK

Untuk melihat sebaran pekerja seks berdasarkan daerah kerja dan daerah asalnya, maka digunakan peta Indonesia sampai tingkat kabupatenkota dan data hasil SSP. Tempat kerja yang dimaksudkan adalan tempat dimana pekerja seks diwawancarai saat survei. Daerah administrasi tempat kerja pekerja seks yang digambarkan pada peta adalah daerah tingkat kabupatenkota 19 daerah tempat kerja atau daerah transaksi, yaitu: 1. Deli Serdang Sumatera Utara 2. Kota Medan Sumatera Utara 3. Kepulauan Riau Riau 4. Kota Palembang Sumatera Selatan 5. Jakarta Utara DKI Jakarta 6. Karawang Jawa barat 7. Bekasi Jawa Barat 8. Kota Bekasi Jawa Barat 9. Kota Semarang Jawa Tengah 10. Kota Surabaya Jawa Timur 11. Kota Denpasar Bali 12. Kota Kupang Nusa Tenggara Timur 13. Kota Bitung Sulawesi Utara 14. Kota Manado Sulawesi Utara 15. Kota Makassar Sulawesi Selatan 16. Kota Ambon Maluku 17. Kota Jayapura Papua 18. Sorong Papua 19. Merauke Papua

3.3.3. Model Log-Linear Entropi Interaksi Spasial

Untuk memperoleh gambaran daya tarik dan daya dorong pasar jasa seks komersial serta hambatan spasialnya, maka model yang digunakan adalah Model Log-Linear Entropi Interaksi Spasial Berkendala Ganda yang setara dengan Model Entropi Interaksi Spasial Berkendala Ganda yang dapat ditulis sebagai berikut: ij j i ij d E ⋅ + + + = β µ λ α ln 3.1 Selanjutnya dapat pula dikembangkan dengan menambah k buah covariate X 1ij , X 2ij , ..., X kij , yang merefleksikan berbagai karakteristik yang diperhitungkan dapat mempengaruhi tingkat kemudahankesulitan berinteraksi antara lokasi i dengan lokasi j . Dengan demikian Model pada Persamaan 3.1 dapat ditulis kembali menjadi: ∑ + ⋅ + + + = k kij k ij j i ij X d E δ β µ λ α ln 3.2 ? i ≈ ln A i . O i µ j ≈ ln B j . D j -1 A i = ? exp µ j . exp ß . d ij j -1 B j = ? exp ? i . exp ß . d ij i Upton dan Fingleton menamai model yang terakhir ini sebagai Augmented Doubly Constraint Spatial Interaction Model . Untuk mendapatkan nilai parameter dari model tersebut digunakan metode Log-Linear Poisson Model. Metode ini digunakan karena jumlah PSK, yang merupakan komoditi dari transaksi pasar seks komersial, di suatu daerah sangat berbeda dengan daerah lain. Di daerah yang satu jumlahnya banyak, namun di daerah lain jumlahnya sedikit, bahkan tidak ada. Kalau digambarkan maka data mengenai PSK ini memberntuk distribusi poisson. Berdasarkan model Upton dan Fingleton, formulasi teknis peubah dan parameter untuk model penelitian ini adalah sebagai berikut: E ij : nilai harapan expected value banyaknya individu PSK yang melakukan mobilitas spasial antara tempat asal ke-i dengan tempat tujuan ke-j dalam waktu dua tahun d ij : jarak tempuh rataan biaya mobilitas spasial per individu antara tempat asal ke-i dengan tempat tujuan ke-j. Jarak tempuh diperoleh dari perhitungan selisih koordinat titik tengah setiap wilayah dengan menggunakan phitagoras . O i : jumlah individu PSK yang melakukan mobilitas spasial berasal dari tempat asal ke-i dalam waktu dua tahun D j : jumlah individu PSK yang melakukan mobilitas spasial menuju ke tempat tujuan ke-j dalam waktu dua tahun a : konstanta ? i : parameter daya dorong dari tempat asal ke-i µ j : parameter daya tarik ke tempat tujuan ke-j ß : parameter kendala jarak mobilitas spasial antar tempat asal i dan tempat tujuan k. Jarak ini diperoleh dengan cara menghitung jarak dari nilai koordinat nilai tengah dari masing- masing daerah asal i dan daerah tujuan j. d k : parameter hambatan mobilitas spasial antara tempat asal dan tempat tujuan untuk peubah beda karaktersitik ke-k antara tempat asal dan tempat tujuan Pada tahap Peubah X kij yang digunakan dalam analisis adalah: k = 1 : beda nilai IPM antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 2 : beda nilai IKM antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 3 : beda tingkat pendidikan antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 4 : beda nilai PDRB perkapita antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 5 : beda kepadatan penduduk antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 6 : beda angka ketergantungan antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i k = 7 : beda angka pengangguran antara daerah tujuan tempat kerja j dan daerah asal i. Dengan menggunakan persamaan 3.2 akan diperoleh daya tarikdorong dari masing- masing daerah dan hambatan spasialnya. Untuk mendapatkan nilai parameter- parameter tersebut, pengolahan dilakukan menjadi dua tahap. Tahap pertama dilakukan untuk mendapatkan peubah yang signifikan dari 7 peubah X dan 1 peubah jarak. Peubah signifikan yang diperoleh dari tahap satu tersebut digunakan untuk memperoleh nilai parameter-parameter ? i , µ j dan d k .

3.3.4. Tahapan Proses Analisis