Dimensi Kelembagaan Transaksi Jasa Seks Komersial dan Implikasi

Keterangan: - Signifikan pada alpha 5 persen - Diolah berdasarkan Tabel Lampiran 1 dengan model log-linear entropi interaksi spasial, estimasi sigma restricted Telah disebutkan di atas bahwa indikator yang memperngaruhi daya tarik adalah jumlah penduduk dan nilai PDRB per kapita dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,478 dan indiaktor yang mempengaruhi daya dorong adalah adalah nilai PDRB per kapita, jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah PSK, angka ketergantungan, dan pengeluaran per kapita dengan nilai koefisien determinasi untuk model yang terakhir adalah sebesar 0,760. Artinya bahwa daya dorong lebih kuat dari daya tarik, menunjukkan bahwa keinginan orang untuk meninggalkan daerah asal lebih kuat dari pada daya tarik tempat tujuan, karena daerah asal yang ditinggalkannya lebih miskin dari daerah tujuan. Kemiskinan atau tingkat kesejahteraan daerah merupakan pemicu utama PSK meninggalkan kampung halamannya. Barangkali pada awalnya mereka tidak ingin menjadi PSK, namun karena tidak adanya harapan di daerah temapt asal sehingga mereka pergi ke daerah lain. Bagi mereka keinginan untuk pergi dari daerah asal merupakan hal yang pasti, karena di daerah asal sudah pasti tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah nasib. Sementara itu daerah tujuan merupakan hal yang tidak pasti, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, sehingga untuk bertahan hidup apa saja dilakukan, misalnya menjadi PSK.

4.8. Dimensi Kelembagaan Transaksi Jasa Seks Komersial dan Implikasi

Kebijakannya Secara umum bentuk kelembagaan kegiatan transaksi jasa seks komersial terbagi menjadi 2, yaitu terorganisir dan tidak terorganisir. Namun bentuk ini tidak memiliki struktur yang pasti. Kegiatan transaksi jasa seks komersial yang dikelola secara “baik” biasanya mempunyai seorang manajer dan ada hubungan kerja antara manajer dan para karyawannya sebagai pekerja seks. PSK yang bekerja biasanya mempunyai tarif standar dan besarnya setoran yang telah ditentukan oleh manajernya. Disamping itu ada perjanjian mengenai minimal seorang PSK bekerja di tempat tersebut. Hal ini berkaitan dengan modal awal yang telah dikeluarkan oleh manajer. Sering pula terjadi penggunaan jasa perantara mediator yang dibayar berdasarkan komisi untuk mempertemukan PSK dengan calon pelanggannya. PSK yang bekerja pada kegiatan transaksi jasa seks komersial tidak terorganisasi akan bekerja sendiri mencari dan menghubungi pelanggannya. Kelompok tertentu seperti call-girl selalu bekerja sendiri atau kadang-kadang juga memanfaatkan jasa pekerja perantara. Dalam merekuit PSK pemilik usaha pelacuran kadangkala menggunakan sistem paksaan dan kekerasan. Sistem ini sangat mengekang pelacur, sehingga tak mungkin keluar dari jeratan “germo”. Misalnya orang tua miskin mengirim anaknya ke calo tenaga kerja yang kemudian memasukkan mereka ke tempat pelacuran. Uang yang seharusnya dibayarkan ke pelacur, dibayarkan ke orang tua mereka, sedangkan orang tua pelacur tidak mengetahui pekerjaan anaknya. Menurut pengakuan PSK, pertama kali memasuki dunia pelacuran secara terpaksa. Umumnya mereka mengatakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama untuk anak mereka bekerja apa saja untuk mendapatkan uang. Ketika ditawarkan bekerja melayani tamu di suatu restoran atau cafe dengan gaji cukup besar dan diberi pinjaman uang untuk, mereka tidak menolak. Akan tetapi melayani tamu yang dimaksud melayani tamu secara khusus, mereka tidak dapat menolak lagi, karena sudah menerima pinjaman. Sampai mereka dapat melunasi pinjamannya, biasanya mereka sudah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena mereka merasa tidak punya kesempatan untuk bekerja di bidang lain dan upah yang diterima umumnya cukup besar. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan tidak ada satu tempat pun yang ada kegiatan transaksi jasa seks komersial terdapat tulisan yang menyatakan tempa t tersebut adalah tempat transaksi jasa seks komersial. Ketika ada razia, para pemilik usaha transaksi jasa seks komersial mengatakan bahwa mereka hanya menyewakan tempat untuk wanita, yang ternyata adalah PSK. Hal inilah yang mengakibatkan pemilik usaha transaksi jasa seks komersial sulit ditangkap dengan menggunakan pasal 296 atau 279 KUHP.

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan