Warna SIFAT FISIK TEMPE KALENG

26 iris tempe yang telah disterilisasi. Rekapitulasi data hasil pengukuran daya iris dapat diihat pada Lampiran 5b.

2. Warna

Parameter warna sampel dihubungkan dengan nilai L yang menunjukkan tingkat kecerahan Lightness pada kisaran 0 hitam hingga 100 putih. Penampakan visual menunjukkan bahwa warna tempe menjadi sedikit lebih gelap bila dibandingkan dengan tempe segar. Bila dibandingkan dengan tempe segar. tempe hasil sterilisasi memiliki tingkat kecerahan yang relatif sama. Adanya variasi nilai sterilitas yang terdapat pada sampel tempe sterilisasi ternyata juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecerahan tempe hasil sterilisasi. Lampiran 5c dan 5d menunjukkan rekapitulasi data hasil uji warna menggunakan chromameter. Gambar 11 menunjukkan pengaruh nilai sterilitas Fo terhadap tingkat kecerahan tempe segar dan tempe yang disterilisasi dalam medium minyak pada suhu 127 o C. Pada gambar tersebut tampak bahwa tempe segar memiliki tingkat kecerahan yang bervariasi antara 46.22-47.39 satuan. Tempe yang disterilisasi dengan nilai Fo = 4 menit memiliki tingkat kecerahan antara 43.13-45.89 satuan. sedangkan tempe yang disterilisasi dengan nilai Fo = 8 dan 12 menit memiliki tingkat kecerahan yang bervariasi antara 44.79-45.15 satuan dan 43.61-45.82 satuan. Penampakan warna tempe setelah proses sterilisasi dapat dilihat pada Gambar 12. Adanya perbedaan ketebalan tempe terhadap tempe yang disterilisasi ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecerahan tempe yang disterilisasi. Tingkat kecerahan tempe yang disterlisasi juga tidak dipengaruhi secara nyata oleh variasi suhu sterilisasi. Adanya variasi medium yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecerahan tempe hasil sterilisasi. Suhendri 2009 juga menyatakan bahwa pemanasan pada suhu 70 dan 80 o C selama 5 menit menghasilkan tempe dengan tingkat kecerahan 63.39 satuan turun 9.54 dibanding tempe segar dan 61.27 satuan turun 11.26 dibanding tempe segar. Tempe yang disterilisasi pada suhu dan waktu tertentu juga mengalami penurunan tingkat kecerahan dari 84.10 satuan menjadi 62.07 satuan Saputra 2006. Namun demikian, tingkat kecerahan dari tempe yang disterilisasi tidak dipengaruh secara signifikan oleh adanya variasi nilai Fo, medium, dan ketebalan tempe. Gambar 11. Kurva pengaruh nilai sterilitas Fo terhadap tingkat kecerahan tempe segar dan tempe pada berbagai ketebalantempe cm yang disterilisasi dalam medium minyak pada T= 127 o C 35 40 45 50 55 2 4 6 8 10 12 14 Tingkat kecerahan Fo D: 1 cm D: 3 cm D: 5 cm 3. Gamb Peman tempe telah m tempe sehin menyebutkan reaksi pencok terjadi akiba Hutching 19 Nilai pH Penur termasuk ster Fo terhadap dalam mediu sementara te 6.50 satuan. Adany ternyata tida disterilisasi. N oleh perbeda diterapkan ju disterilisasi. memberikan Hasil berbagai perl tempe, mediu a bar 12. Warna medi 127 o C nasan dengan mengalami pro ngga tingkat n bahwa perl klatan non en at reaksi anta 999. Reaksi in runan nilai pH rilisasi. Hal in nilai pH pada um air. Nilai empe dengan ya variasi ni ak memberika Nilai pH temp aan ketebalan uga tidak mem Selain itu, pengaruh yan pengukuran p lakuan yang d um, dan suhu a a tempe denga ium a air, b C dengan nilai n suhu tinggi, oses pemasak kecerahan w lakuan peman nzimatis. Reak ara gula pere ni melibatkan H biasa terjadi ni tampak pa a berbagai ke pH tempe se ketebalan 3 ilai sterilitas an pengaruh pe yang dister n tempe yang mberikan pen adanya per ng signifikan t pH pada temp diberikan pada tidak membe c an ketebalan 3 larutan garam Fo= 4 menit dalam hal in kan yang cuku warnanya berk nasan pada su ksi pencoklata duksi dan as Amadori re-a i pada tempe da Gambar 1 etebalan temp egar dengan k dan 5 cm m yang dilakuk yang signifik rlisasi ternyata ada. Adanya ngaruh yang s rbedaan med terhadap perub pe hasil steril a tempe yang d erikan pengaru b 3 cm yang dist m 2, dan c ni sterilisasi, m up dan rusakny kurang. Syar uhu tinggi m an non enzima sam amino b arrangement yang mengal 3 yang menu e segar dan t ketebalan 1 c memiliki nilai kan dalam p kan terhadap a juga tidak d a variasi suhu ignifikan pad dium yang d bahan nilai pH lisasi menunju disterilisasi n uh yang signif terilisasi dalam minyak pada mengindikasik ya enzim yang rief dan Hal menyebabkan atis atau reaks ebas pada su Awuah et al. lami proses pe unjukkan peng tempe yang d cm adalah 6.4 i pH sebesar roses sterilis nilai pH tem ipengaruhi se u sterilisasi s da nilai pH te digunakan ju H. ukkan bahwa nilai sterilitas, fikan terhadap 27 m a suhu kan bahwa g ada pada id 1993 terjadinya si Maillard uhu tinggi 2007. emanasan. garuh nilai disterilisasi 40 satuan. 6.31 dan asi tempe mpe yang cara nyata suhu yang empe yang uga tidak pengaruh ketebalan p nilai pH. 28 Lampiran 5e menunjukkan rekapitulasi data hasil pengukuran nilai pH pada tempe sterilisasi. Gambar 13. Kurva pengaruh nilai sterilitas Fo terhadap nilai pH tempe pada berbagai ketebalan tempe cm yang disterilisasi dalam medium air pada T = 127 o C Saputra 2006 melaporkan bahwa tempe yang disterilisasi pada suhu dan waktu tertentu mengalami sedikit penurunan nilai pH. Nilai pH tempe segar yang diteliti adalah 5.62 satuan sementara setelah disterilisasi nilai pH turun menjadi 5.34 satuan. Hal serupa juga disampaikan Suhendri 2009 yang menyatakan pemanasan tempe pada suhu 80 o C selama 5 menit menyebabkan penurunan nilai pH sebanyak 0.40 satuan menjadi 5.44 satuan. Penurunan nilai pH terkait dengan gula yang ada pada tempe. Menurut Banks dan Greenwood 1975 molekul gula cenderung menarik partikel bermuatan negatif. Penarikan ion OH - ke sekitar molekul gula akan meningkatkan konsentrasi ion H + sehingga pH menurun. Degradasi oleh panas terhadap molekul gula menurut Syarief dan Halid 1993 akan membentuk glukosa disertai dengan timbulnya beberapa jenis asam. Penurunan pH juga akan menyebabkan penurunan daya ikat air water holding capacity dari protein tempe.

D. SIFAT ORGANOLEPTIK

Sterilisasi pada tempe ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan sifat fisik tempe. Pengaruh perlakuan nilai sterilisasi. suhu. dan ketebalan tempe tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan tekstur, warna, daya iris, dan nilai pH. Oleh karena itu. sampel yang dipilih sebagai sampel untuk diuji secara organoleptik adalah sampel dengan nilai Fo terkecil 4, suhu tertinggi 127 o C, dan ketebalan tempe 3 cm pada berbagai medium air, larutan garam 2, dan minyak. Dasar pemilihan sampel dengan nilai Fo terkecil adalah agar proses sterilisasi yang diterapkan pada tempe lebih efisien secara energi. Pemilihan sampel yang disterilisasi dengan suhu tertinggi sesuai dengan konsep HTST High Temperature Short Time agar kerusakan nilai gizi dari tempe dapat direduksi seminimal mungkin. Burton 1978. menyatakan bahwa kombinasi suhu pemanasan yang lebih tinggi dan waktu pemanasan yang lebih singkat biasanya memberikan perubahan kimia dari produk sterilisasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses pemanasan pada suhu yang lebih rendah. Ketebalan tempe yang dipilih untuk digunakan 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 2 4 6 8 10 12 14 pH Fo D: 1 cm D: 3 cm D: 5 cm