Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan

mempengaruhi aktor politik dalam proses implementasi tersebut sebagai bentuk politik kebijakan karena peraturan daerah ini sudah berjalan selama tiga tahun. Sehingga yang menjadi pertanyaan penelitiannya adalah: bagaimana politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor?

1.3 Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebatas pada politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan profil Kecamatan Medan Johor dan peraturan daerah Kota Medan no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah 2. Untuk mencari tahu politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai politik kebijakan tentang rencana tata ruang wilayah 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bukan hanya bagi peneliti tapi juga akademisi lainnya mengenai kajian politik kebijakan dalam implementasinya terkait penataan ruang wilayah Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Johor. Serta dapat menjadi referensi bagi departemen ilmu politik FISIP USU 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah yang diterapkan di Kecamatan Medan Johor. 1.6 Kerangka Teori 1.6.1 Teori Kebijakan Publik Menurut James Anderson kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan Universitas Sumatera Utara dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. 19 Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus dari kebijakan publik. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa yang dikatakan David Easton sebagai “penguasa” dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif, administrator, penasihat, raja, dan semacamnya. Menurut Easton, mereka ini merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem politik, diakui oleh sebagian terbesar anggota sistem politik, mempunyai tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang diharapkan. 20 Menurut James Anderson, implikasi dari kebijakan publik yaitu:  Selalu mempunyai tujuan tertentutindakan yang berorientasi pada tujuan  Berisi tindakan atau pola-pola tindakan pemerintah atau pejabat  Merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bahkan merupakan apa yang pemerintah maksud atau melakukan sesuatu atau menyatakan melakukan sesuatu  Bersifat positif, yang berarti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai masalah tertentu, dan bersifat negatif sebagai keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu 19 Budi Winarno. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS. hal. 21 20 Ibid., hal. 23. Universitas Sumatera Utara  Kebijakan publik setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan atau selalu dilandaskan pada peraturan undang-undang yang bersifat memaksa otoritatif. Sifat otoritatif dari kebijakan tersebut: Easton 1953 menyatakan dalam kebijakan publik, hanya pemerintahlah yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya, atau sering disebut pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Berarti bukan tindakan golongan yang sengaja merebut posisi pemerintah dalam urusan negara. Dari beberapa pengertian tersebut pada gilirannya di tingkatan praktik banyak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sepenuhnya tidak terimplementasikan. Justru kebijakan hanya sebatas simbol dan formalitas dari suatu tatanan pemerintahan. Dalam tataran idealnya tindakan yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya memberi makna yang berarti atau setidaknya akan berdampak positif bagi masyarakat. Dengan rasionalisasi bahwa kebijakan publik adalah yang berasal dari masyarakat dan mampu menjawab persoalan masyarakat. 21 Sifat kebijakan publik sebagai arah tindakan dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori, antara lain: 1. Tuntutan-tuntutan kebijakan policy decisions adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Tuntutan-tuntutan tersebut berupa desakan agar pejabat-pejabat pemerintah mengambil 21 Saiful Arif. 2006. Reformasi Birokrasi dan Demokratisasi Kebijakan Publik. Malang: PLaCID’s dan KID.hal. 3-4 Universitas Sumatera Utara tindakan atau tidak mengambil tindakan mengenai suatu masalah tertentu. Biasanya tuntutan-tuntutan ini diajukan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat dan mungkin berkisar antara desakan secara umum bahwa pemerintah harus “berbuat sesuatu” sampai usulan agar pemerintah mengambil tindakan tertentu mengenai suatu persoalan. 2. Keputusan-keputusan kebijakan policy demands didefenisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Termasuk dalam kegiatan ini adalah menetapkan undang-undang, memberikan perintah-perintah eksekutif atau pernyataan- pernyataan resmi, mengumumkan peraturan-peraturan administratif atau membuat interpretasi yuridis terhadap undang-undang. 3. Pernyataan-pernyataan kebijakan policy statements adalah pernyataan- pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi kebijakan publik. Yang termasuk dalam kategori ini adalah undang-undang legislatif, perintah- perintah dan dekrit presiden, peraturan-peraturan administratif dan pengadilan, maupun pernyataan-pernyataan atau pidato-pidato pejabat pemerintah yang menunjukkan maksud dan tujuan pemerintah dan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 4. Hasil-hasil kebijakan policy outputs lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan-kebijakan publik, yaitu hal-hal yang sebenarnya Universitas Sumatera Utara dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan. 5. Dampak-dampak kebijakan policy outcomes lebih merujuk pada akibat- akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan dari pemerintah. 22 Teori kebijakan publik digunakan dalam penelitian ini karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai politik kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisis arah tindakan pemerintah Kota Medan sebagai aktor politik yang berkuasa dalam mengatasi masalah tata ruang di Kota Medan, dengan melihat tujuan, isi, tindakan, dan sifat dari kebijakan itu sendiri. Selanjutnya arah kebijakan yang akan dilakukan juga dapat dianalisis berdasarkan sifatnya mulai dari tuntutan sampai pada dampaknya bagi masyarakat. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan apakah kebijakan yang dibuat pemerintah Kota Medan mampu atau tidak dijadikan sebagai penentu arah politik kebijakan para aktor politik dalam mengimplementasikan peraturan daerah tersebut untuk mengatasi masalah tata ruang di Kota Medan.

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik

George C. Edwards menyatakan implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi- konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu 22 Budi Winarno, Op.cit, 2012, hal. 23-26. Universitas Sumatera Utara kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan, Edwards mulai dengan mengajukan dua pertanyaan yakni: prakondisi-prakondisi apa yang diperlukan sehingga suatu implementasi kebijakan berhasil? Dan hambatan hambatan utama apa yang mengakibatkan suatu implementasi gagal? Edwards berusaha menjawab dua pertanyaan penting ini dengan membicarakan empat faktor atau variable krusial dalam implementasi kebijakan publik. Oleh karena empat faktor yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan, maka pendekatan yang ideal adalah dengan cara merefleksikan kompleksitas ini dengan membahas semua faktor tersebut sekaligus untuk memahami suatu implementasi kebijakan perlu menyederhanakan, dan untuk menyederhanakan perlu merinci penjelasan- penjelasan tentang implementasi dalam komponen-komponen utama. Patut diperhatikan disini bahwa implementasi dari setiap kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis yang mencakup banyak interaksi dari banyak variabel. Oleh karenanya, tidak ada variabel tunggal dalam proses implementasi, sehingga perlu Universitas Sumatera Utara dijelaskan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain, dan bagaimana variabel-variabel ini memengaruhi proses implementasi kebijakan. 23 Berdasarkan pandangan yang diutarakan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi san sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif. 24 Dalam mengkaji implementasi kebijakan, empat faktor atau variabel krusial dalam implementasi kebijakan publik yang dimaksud oleh George C. Edwards diantaranya: 1. Komunikasi Agar implementasi menjadi efektif, maka mereka yang tanggungjawabnya adalah untuk mengimplementasikan sebuah keputusan mesti tahu apa yang seharusnya mereka kerjakan. Komando untuk mengimplementasikan kebijakan mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat dan kebijakan ini mesti akurat, jelas dan konsisten. Jika para pembuat keputusan ini berkehendak untuk melihat yang diimplementasikan tidak jelas dan bagaimana rinciannya maka kemungkinan akan timbul kesalahpahaman diantara pembuat kebijakan dan implementornya. 23 Ibid., hal. 177-178. 24 Hesel Nogi S. Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset. hal. 19 Universitas Sumatera Utara Komunikasi yang tidak cukup juga memberikan implementor dengan kewenangan ketika mereka mencoba untuk membalik kebijakan umum menjadi tindakan- tindakan khusus. Kewenangan ini tidak akan perlu dilakukan untuk memajukan tujuan para pembuat keputusan aslinya. Dengan demikian, perintah-perintah implementasi yang tidak ditransmisikan, yang terdistorsi dalam transmisi, atau yang tidak pasti atau tidak konsisten mendatangkan rintangan-rintangan serius bagi implementasi kebijakan. Sebaliknya, ukuran-ukuran yang terlalu akurat mungkin merintangi implementasi dengan perubahan kreativitas dan daya adaptasinya. 2. Sumberdaya Sumberdaya yang penting meliputi staf ukuran yang tepat dengan keahlian yang diperlukan, informasi yang relevan dan cukup tentang cara untuk mengimplementasikan kebijakan dan dalam penyesuaian lainnya yang terlibat dalam implementasi. Kewenangan untuk meyakinkan bahwa kebijakan ini dilakukan semuanya sebagaimana dimaksudkan dan berbagai fasilitas termasuk bangunan, peralatan, tanah, dan persediaan di dalamnya atau dengannya harus memberikan pelayanan. Sumberdaya yang tidak cukup akan berarti bahwa undang-undang tidak akan diberlakukan, pelayanan tidak akan diberikan dan peraturan-peraturan yang layak tidak akan dikembangkan. 3. Disposisi Disposisi atau sikap dari implementor adalah faktor kritis ketiga di dalam pendekatan terhadap studi implementasi kebijakan publik. Jika implementasi adalah untuk melanjutkan secara efektif, bukan saja mesti para implementor tahu Universitas Sumatera Utara apa yang harus dikerjakan dan memiliki kapasitas untuk melakukan hal ini, melainkan juga mereka mesti berkehendak untuk melakukan suatu kebijakan. Para implementor kebanyakan bisa melakukan seleksi yang layak di dalam implementasi kebijakan. Salah satu dari berbagai alasan untuk ini adalah indenpendensinya dari atasan superior nominal yang merumuskan kebijakan. Alasan lain adalah kompleksitas dari kebijakan mereka sendiri. Cara dimana para implementor ini melakukan seleksinya, bagaimanapun juga, bergantung sebagian besar pada disposisinya terhadap kebijakan. Sikap-sikapnya pada gilirannya, akan dipengaruhi oleh berbagai pandangannya terhadap kebijakan masing-masing dan dengan cara apa mereka melihat kebijakan yang mempengaruhi kepentingan organisasional dan pribadinya. Para implementor tidak selalu siap untuk mengimplementasikan kebijakan sebagaimana mereka para pembuat kebijakan. Konsekuensinya, para pembuat keputusan sering dihadapkan dengan tugas untuk mencoba untuk memanipulasi atau mengerjakan semua disposisi implementor atau untuk mengurangi opsi- opsinya. 4. Struktur Birokrasi Bahkan jika sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan ini ada dan para implementor tahu apa yang harus dikerjakan ini ada dan para implementor tahu apa yang harus dikerjakan dan ingin mengerjakannya, implementasi mungkin masih dicegah karena kekurangan dalam struktur birokrasi. Fragmentasi organisasi mungkin merintangi koordinasi yang perlu Universitas Sumatera Utara untuk mengimplementasikan dengan sukses sebuah kebijakan kompleks yang mensyaratkan kerjasama banyak orang, dan mungkin juga memboroskan sumberdaya langka, merintangi perubahan, menciptakan kekacauan, mengarah kepada kebijakan bekerja dalam lintas tujuan, dan menghasilkan fungsi-fungsi penting yang terabaikan. Sebagaimana unit-unit organisasional menyelenggarakan kebijakan mereka mengembangkan prosedur pengoperasian standard standart operating procedure SOP untuk menangani situasi rutin alam pola hubungan yang beraturan. Malangnya, SOP yang dirancang untuk kebijakan-kebijakan masa depan sering tidak tepat bagi kebijakan-kebijakan baru dan mungkin menyebabkan perintangan terhadap perubahan, penundaan, pemborosan, atau tindakan-tindakan yang diinginkan. SOP kadang merintangi bukan membantu implementasi kebijakan. 25 Teori implementasi kebijakan publik digunakan sebagai teori kedua di dalam penelitian ini karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu proses implementasi kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah yang diterapkan di Kecamatan Medan johor. Teori ini digunakan untuk menganalisis tindakan yang dilakukan pemerintah sebagai aktor politik yang melaksanakan kebijakan dalam pencapaian program ditinjau dari variabel komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan penyebab dari keberhasilan atau kegagalan pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan 25 Hessel Nogi. S Tangkilisan. 2003. Implementasi Kebijakan Publik Transformasi Pikiran George Edwards. Yogyakarta: Lukman Offset. hal. 12-14 Universitas Sumatera Utara tentang rencana tata ruang wilayah di Kecamatan Medan Johor sebagai bentuk politik kebijakan yang terjadi di dalam ruang lingkup aktor politik yang terlibat.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitataif. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data. 26

1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Jenis penilitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau subjek amatan secara rinci. 27 26 John W. Creswell. 2012. Research Design. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. hal. 4 27 Bagong Suyanto dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal. 17-18. Universitas Sumatera Utara

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di: 1. Kantor DPRD Kota Medan 2. Kantor Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Medan 3. Kantor Camat Medan Johor 4. Kantor LSM Wahana Lingkungan Hidup WALHI

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. 28 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik wawancara. Wawancara adalah alat yang dipergunakan dalam komunikasi yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan pula oleh informan. Dengan kata lain, wawancara secara sederhana adalah alat pengumpul data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan. 29 Adapun yang menjadi informan dalam wawancara ini yaitu: 1. Anggota DPRD Kota Medan 2. Kepala Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Medan 3. Camat Medan Johor 28 Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hal. 132. 29 Hadari Nawawi dan Martini Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 98 Universitas Sumatera Utara 4. Ketua LSM WALHI 5. Tokoh masyarakat b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber kedua atau data yang sudah ada. Data tersebut dapat diperoleh melalui buku, jurnal, internet, ataupun literatur lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

1.7.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menekankan analisisnya pada sebuah proses pengambilan kesimpulan secara induktif serta analisis pada fenomena yang sedang diamati dengan menggunakan metode ilmiah. 30 Dalam penelitian ini data dan informasi yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder selanjutnya disusun dan diuraikan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan dalam proses pengumpulan data.

1.8 Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 30 Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. hal. 103. Universitas Sumatera Utara Bab II: Profil Kecamatan Medan Johor dan Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bab ini akan menjelaskan mengenai profil Kecamatan Medan Johor dan peraturan daerah kota Medan no.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah Bab III: Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Dalam Implementasinya di Kecamatan Medan Johor Bab ini berisi penyajian data dan analisis data yang diperoleh dari lapangan mengenai politik kebijakan pemerintah Kota Medan dalam implementasinya di Kecamatan Medan Johor. Bab IV: Penutup Bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data, dan memberikan saran atas hasil penelitian yang telah diperoleh. Universitas Sumatera Utara BAB II PROFIL KECAMATAN MEDAN JOHOR DAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO.13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH Bab dua berisi penjelasan secara umum mengenai profil Kecamatan Medan Johor dan penjelasan secara umum mengenai peraturan daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah. Penting untuk diketahui mengenai profil Kecamatan Medan Johor karena Kecamatan Medan Johor merupakan objek di dalam penelitian ini. Hal penting kedua adalah menjelaskan secara umum mengenai perda Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang karena peraturan daerah ini merupakan bentuk kebijakan yang akan dianalisis implementasinya di Kecamatan Medan Johor. Maka penjelasan pertama yang akan dipaparkan pada bab dua adalah profil Kecamatan Medan Johor, dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai peraturan daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah.

2.1 Profil Kecamatan Medan Johor

Dokumen yang terkait

Fungsi Ruang Terbuka Dalam Tata Ruang Kota Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan)

3 73 96

Model Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor - Faktor Lingkungan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Polonia Dan Medan Area)

11 86 135

Kajian Spasial Pedagang Kaki Lima Dalam Pemanfaatan Ruang Publik Kota Studi Kasus: Koridor Jalan Arif Rahman Hakim Jalan Aksara Pasar Sukaramai Kelurahan Sukaramai I Kecamatan Medan Area Medan

2 89 128

Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)

0 3 95

Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)

0 0 9

Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)

0 0 1

Peranan Dinas Tata Ruang Dan Tata Bangunan Kota Medan (Studi Tentang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan Di Kecamatan Medan Johor)

0 2 8

BAB II PROFIL KECAMATAN MEDAN JOHOR DAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO.13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA - Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Politik Kebijakan Pemerintah Kota Medan Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor)

0 0 24

POLITIK KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (Studi Kasus: Implementasi di Kecamatan Medan Johor) Alamanda Cathartica 110906007

0 0 15