BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih memiliki berbagai persoalan yang dihadapi pemerintah secara kompleks akibat krisis multidimensi
yaitu pertentangan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian kita tidak dapat terlepas dari apa yang disebut sebagai kebijakan publik.
Kebijakan publik merupakan proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik.
1
Kebijakan publik penting untuk dikaji dari sudut pandang ilmu politik untuk memperoleh
pengetahuan yang luas tentang asal muasalnya, proses-proses perkembangannya dan konsekuensi bagi masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan menambah
pengertian tentang sistem politik dan masyarakat secara umum.
2
Kebijakan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah kebijakan pemerintah Kota Medan
tentang rencana tata ruang wilayah. Masalah penataan ruang di Indonesia sedang mengalami percepatan
perkembangan yang membawa dampak pada peningkatan kebutuhan ruang perkotaan yang menyediakan prasarana dan sarana dalam jumlah yang cukup
1
Eddi Wibowo, T.Saiful Bahri, dan Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2004. Kebijakan Publik dan Budaya. Yogyakarta: YPAPI. hal. 29
2
Budi Winarno. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress. hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang.
3
Hal ini terkait dengan pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia yang menunjukkan perkembangan
cukup pesat dari 32,8 juta jiwa pada tahun 1980; 55,4 juta jiwa pada tahun 1990; 74 juta jiwa pada tahun 1998, 90 juta jiwa pada tahun 2002, dan diperkirakan akan
mencapai angka 150 juta jiwa pada tahun 2015.
4
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi setiap waktu membutuhkan peningkatan
kebutuhan akan ruang. Dimana hal ini berakibat pada perubahan pemanfaatan ruang yang cukup besar. Namun ruang mempunyai keterbatasan dalam
pemanfaatannya, sehingga perlu adanya perencanaan dan penyelenggaraan penataan ruang yang efektif, terintegrasi, dan sinkron untuk setiap sektor.
5
Perencanaan atau konsep tata ruang tersebut sebagai arahan dan pedoman dalam melaksanakan pembangunan sehingga masalah-masalah yang akan timbul
sebagai akibat dari hasil pembangunan akan dapat diminimalisir.
6
Bentuk kebijakan yang dihasilkan pemerintah dalam menangani masalah penataan ruang
di Indonesia yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang penting untuk dikaji karena kebijakan ini
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Maka kebijakan penataan ruang diperlukan agar
dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan dampak
3
Prasetijo Rijadi. 2005. Pembangunan Hukum Penataan Ruang Dalam Konteks Kota Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press. hal. 35
4
Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana. 2003. Kebijakan, Strategi dan Program Direktorat Jenderal Penataan Ruang-Depkimraswil. Jakarta: Widyaiswara. hal. 15.
5
Bambang Susantono. 2009. Strategi Dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka. hal. 81
6
Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, 2008. Hukum Tata Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah. Bandung: Nuansa.hal. 21
Universitas Sumatera Utara
negatif lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
7
Undang Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 menyebutkan bahwa untuk memperkukuh ketahanan
nasional berdasarkan wawasan nusantara dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka kewenangan tersebut perlu diatuar demi menjaga keserasian dan keterpaduan antar daerah dan antara pusat dan
daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan antar daerah. Berdasarkan ketentuan ini, maka setiap daerah perlu memiliki peraturan daerah tentang penataan ruang
masing masing, baik di tingkat provinsi maupun kabupatenkota. Daerah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Kota Medan, khususnya Kecamatan
Medan Johor. Dipandang dari segi tata ruang dan bentuk pola perkembangan perkotaan di
Indonesia, Kota Medan merupakan kota yang berkembang cepat bersama dengan Semarang dan Ujung Pandang Makassar.
8
Ini menunjukkan bahwa Kota Medan merupakan kota yang paling unggul diantara kota-kota lainnya yang ada di Pulau
Sumatera sehingga menarik untuk dibahas. Ditetapkannya Medan sebagai pusat kegiatan nasional tentu memiliki konsekuensi bahwa Medan mengemban fungsi
tidak hanya melayani wilayah administratifnya tetapi juga melayani kegiatan skala nasional dan wilayah yang lebih luas. Kondisi ini membawa implikasi yang
cukup besar bagi perkembangan kota sehingga tidak menutup kemungkinan memunculkan berbagai permasalahan kota metropolitan pada umumnya seperti
7
Bambang Susantono. Op.cit., hal. 51
8
Prasetijo Rijadi, Op.cit., hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
kepadatan penduduk yang terus meningkat dari 1.895.317 jiwa pada tahun 1996; 1.926.520 jiwa pada tahun 2001; 2.067.288 jiwa pada tahun 2006; dan 2.117.224
jiwa pada tahun 2011.
9
Selanjutnya adalah masalah banjir, transportasi dan kemacetan, kebersihan dan persampahan, penataan pedagang kaki lima, ruang terbuka hijau yang tidak
memadai, pemukiman kumuh dan lain-lain.
10
Untuk mengantisipisasinya, dibutuhkan produk rencana tata ruang wilayah yang berkualitas untuk
menciptakan Kota Medan yang semakin aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan sekaligus mempunyai daya saing dan daya tarik tersendiri sebagai
daerah tujuan investasi. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemerintah Kota Medan menetapkan sebuah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah Kota
Medan No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2011-2031.
Pasal 1 ayat 8 peraturan daerah tersebut menyatakan bahwa tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Rencana struktur ruang wilayah kota
adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumberdaya air dan sistem jaringan
9
Hotlim P Sirait, Ujian Sinulingga, dan Rahmat Sitepu. 2013. Aplikasi Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Brown Dalam Meramalkan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Medan. Medan:
Saintia Matematika Vol. 1 no.1 hal. 3
10
Sirojuzilam. 2011. Problematika Wilayah Kota dan Daerah. Medan: USU Press. hal. 95
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Rencana pola ruang wilayah kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budidaya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 dua puluh
tahun mendatang.
11
Perda No.13 Tahun 2011 yang telah disahkan terdiri dari 96 pasal. Secara garis
besar mengatur
rencana struktur
dan pola
ruang. Prinsip
pembangunan menjadi salah satu isu utama dalam perda ini. Salah satu bentuk konkritnya adalah pengalokasian proporsi sebesar 30 dari wilayah kota sebagai
kawasan lindung atau kawasan terbuka hijau. Untuk mewujudkannya, Pemko Medan turut menandatangani piagam komitmen kota hijau yang merupakan
program Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia sebagai pilot project pengembangan kota hijau.
12
Hal ini dilakukan mengingat ruang terbuka hijau di Kota Medan hanya berkisar 7,5-10. Penandatanganan piagam komitmen kota
hijau yang diikuti oleh 60 kabupatenkota dilaksanakan di Jakarta dalam acara peringatan hari tata ruang tahun 2011.
Selain itu perda ini juga mengatur tentang bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang. Guna meningkatkan peranan masyarakat tersebut, Pemko Medan
akan membangun sistem informasi dan dokumentasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Di samping itu akan mengembangkan media
agar masyarakat dapat menyampaikan masukan mengenai implementasi rencana
11
Peraturan Daerah Kota Medan No.13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
12
http:www.medanbisnisdaily.comnewsarsipread20111207615533058-persen-wilayah-kota- jadikawasan-rth.VFM_vRbIZ3s. Diakses pada tanggal 3 November 2014. Pukul 07: 45 WIB
Universitas Sumatera Utara
tata ruang secara langsung.
13
Kebijakan pemerintah Kota Medan dalam bentuk peraturan daerah ini tentu melalui keseluruhan tahap dalam pembuatan kebijakan
seperti agenda kebijakan, perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, hingga evaluasi kebijakan. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tahap
implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan dipandang secara luas mempunyai makna
pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk
meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.
14
Dalam berbagai sistem politik, kebijakan diimplementasikan oleh badan-badan pemerintah. Badan-badan
tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada warganegaranya.
15
Adapun yang menjadi sasaran implementasi dari kebijakan ini meliputi seluruh wilayah administasi Kota Medan
yang terdiri dari 21 Kecamatan. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini.
Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman di Kota Medan yang terletak di sebelah selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan,
dengan penduduknya berjumlah 123.851 jiwa pada tahun 2011. Di Kecamatan Medan Johor banyak terdapat perumahan-perumahan, daerah ini sangat potensial
13
Loc.cit.
14
Budi winarno, Op.cit., hal. 144.
15
Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
bagi para investor yang bergerak di bidang real estate.
16
Posisi Kecamatan Medan Johor sebagai daerah resapan air sangat penting bagi Kota Medan karena daerah
resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresap air hujan, dengan demikian daerah tersebut merupakan tempat pengisian air bumi
yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelestarian lingkungan.
17
Meskipun Kecamatan Medan Johor adalah daerah resapan air bagi Kota Medan, namun efektifitasnya terancam akibat
banyaknya pembangunan perumahan di daerah ini. Banyaknya lahan proyek yang masuk kawasan resapan air Kota Medan tersebut menjadi persoalan baru, yakni
banjir karena hilangnya ruang terbuka hijau. Masalah lainnya yang muncul di Kecamatan Medan johor terkait dengan struktur ruang wilayah kota yaitu sarana
dan prasarana. Sarana dan prasarana infrastrukur di daerah tersebut, seperti jalan raya,
drainase dan penghijauan kian memburuk. Selain itu kondisi sebagian besar badan jalan di wilayah ini dari tahun ke tahun semakin buruk. Bahkan, sebagian besar
jalan raya, seperti Jalan Karya Jaya dan Karya Wisata hampir setiap hari terjadi kemacetan lalu lintas, karena ruas jalan sudah tidak seimbang dengan volume
kendaraan yang melintas. Selain jalan raya, warga di Medan Johor selalu
16
http:www.pemkomedan.go.idmdnjhr.php. Diakses pada tanggal 5 November 2014. Pukul 14.15 WIB.
17
Rahardjo Adisasmita. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal. 61
Universitas Sumatera Utara
mengeluhkan buruknya sebagian saluran drainase, sehingga pada saat turun hujan rentan mengakibatkan banjir.
18
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka kebijakan pemerintah Kota Medan tentang rencana tata ruang wilayah merupakan langkah yang baik dan
diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada khususnya di Kecamatan Medan Johor. Meskipun daerah ini merupakan daerah yang potensial
di bidang real estate, namun segala bentuk pembangunan tersebut harus mengutamakan fungsi utamanya sebagai daerah resapan air. Maka dari itu,
penting untuk diteliti mengenai implementasi kebijakan ini di Kecamatan Medan Johor karena di dalam peraturan daerah no 13 tahun 2011 tercantum secara rinci
mengenai berbagai program sasaran di semua kecamatan untuk menyelesaikan masalah tata ruang yang ada.
Tahap implementasi merupakan tahap yang menarik untuk dikaji karena peraturan daerah ini sudah berjalan selama tiga tahun dan belum pernah ada
penelitian sebelumnya mengenai masalah ini, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan masukan kepada pemerintah dan
akademisi. Maka penting untuk diteliti mengenai sejauh mana para aktor politik yang berkuasa terlibat dalam upaya mengimplementasikan pencapaian program
untuk mewujudkan tata ruang kota yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan
investasi.
18
http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=248268:benahi-infrastruktur- medan-johorcatid=14:medan20amp;Itemid=27. Diakses pada tanggal 5 November 2014 Pukul 11:21
WIB
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah