Desa Labuhan Lalar Desa Labuhan Kertasari
asumsi harga per kilogram 7000 rupiah maka nilai produksi dapat mencapai 5 miliar rupiah. Adapun produksi untuk jenis E. spinosum adalah 189 ton per tahun.
Produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat bersifat fluktuatif hal ini di pengaruhi oleh musim yang mempengaruhi kondisi fisika
kimia perairan. Tercatat produksi budidaya rumput laut tertinggi pada bulan April, Mei dan Juni dan mulai menurun pada bulan Juli. Produksi kembali mulai
menanjak naik pada bulan Januari. Daerah Kabupaten Sumbawa Barat adalah beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau,
temperatur maksimal 33,2
C dan minimum 20,5 C. Sedangkan curah hujan rata-
rata dalam setahun 1.190 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan 84 haritahun.
Tabel 17.
Potensi dan Pemanfaatan Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009
No Kecamatan
Potensi Ha
Pemanfaatan Ha
Produksi Tonth
1 2
3 4
5 Taliwang
Maluk Poto Tano
Jereweh Sekongkang
835 100
365 210
40 100
- 20
30 -
600 -
245 100
- Jumlah
1.550 150
945
Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Tabel 18. Nilai Produksi Budidaya Rumput Laut Berdasarkan Jenis Tahun 2009
No Jenis Rumput Laut
Produksi Ton
Nilai Produksi dalam ribu rupiah
1 2
E. cottoni E. Spinossum
756 189
5.292.000 1.323.000
Jumlah 945
6.615.000
Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Tabel 19. Produksi Budidaya Rumput Laut Kabupaten Sumbawa Barat Tahun
2009
No Produksi Bulan
Produksi ton
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 Januari
Februari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober November
Desember 76
75 88
103 102
104 56
69 63
71 76
72
Jumlah 945
Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat, demikian pula pendapatan masyarakat di sektor
perikanan. Produksi perikanan pada tahun 2008 sebanyak 3.481,3 ton yang terdiri dari 3.104,5 ton dari penangkapan, dan 376,8 ton Budidaya.
Tabel 20.
Luas Areal dan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa Barat 2004-2008
Tahun Luas Areal
Produksi Rumput Laut Basah
2004 57,40
1.107,00 2005
62,20 1.116,00
2006 68,40
1.128,00 2007
114,50 2.142,00
2008 130,30
4.673,00
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Adanya program minapolitan menyebabkan pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat berupaya menggenjot produksi rumput laut dengan cara meluaskan areal penanaman rumput laut. Karena ada beberapa kendala teknis,
aplikasi target yang dicanangkan tidak sesuai harapan.
Sebaran nelayan di kabupaten Sumbawa Barat terdapat di Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Jereweh, dan terbanyak ada di Kecamatan Taliwang dan
Poto Tano. Menurut sumber dari Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat areal budidaya yang potensial untuk budidaya rumput
laut mencapai 167 Ha dan baru dimanfaatkan 130,3 Ha.
Potensi areal perikanan untuk budidaya laut di Kabupaten Sumbawa Barat terluas terdapat di Kecamatan Taliwang 477 Ha, diikuti oleh Kecamatan Poto
Tano 229 Ha dan Jereweh 32,3 Ha. Total luasan areal yang potensial untuk budidaya laut mencapai 738,3 Ha.
Tabel 21. Jumlah Nelayan dan Penduduk DesaKelurahan Pantai di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2008
No Nama
Kecamatan Desa Pesisir Jumlah
Nelayan Jumlah
Penduduk Luas
Km
2
Kepadatan Penduduk
1 Sekongkang
Sekongkang Timur
35 2.312
9.661 0,24
2 Jereweh
Desa Beru 64
2.489 13
219,15 3
Maluk Pasir Putih
36 2.086
185 11,28
Benete 33
2.033 1.060,13
1,92 4
Taliwang Lab. Lalar
325 2.752
24,6 111,87
Kerta Sari 87
2.034 2.632
0,77 Batu Putih
53 2.990
65 46,00
5 Brang Ene
- -
- -
- 6
Brang Rea -
- -
- 7
Seteluk -
- -
- 8
Poto Tano Tambak Sari
57 2.609
1.000 2,61
Poto Tano 106
2.808 3.451
0,81 Kuang
Buser 50
1.407 1.500
0,94 Total Jumlah
846 24.726
19.591,73 1,27
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Tabel 22. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten
Sumbawa Barat 2008
Jenis Budidaya Potensi Ha
Pemanfaatan Ha Produksi Ton
Mutiara 550
375 0,15
Kerapu 15
1 2,00
Lobster 17
1 2,00
Rumput Laut 167
130,3 4.673
Teripang -
- -
Kerang-Kerangan -
- -
Jumlah 1.595
507,3 4.677,15
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Tabel 23.
Potensi Areal Perikanan di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2008 Ha
No. Kecamatan
Budidaya Laut
Perairan Umum
Tambak Sawah
Kolam
1 Sekongkang
- -
- -
- 2
Jereweh 32,3
- 168
- 39,4
3 Maluk
- -
- -
- 4
Taliwang 477
468 163
- 247
5 Brang Ene
- -
- -
57,9 6
Brang Rea -
- -
- 348,4
7 Seteluk
157 8
Poto Tano 229
- 615
- -
Jumlah 738,3
468 946
- 857
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Menurut Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan setempat, diduga
potensi produksi komoditas rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat dapat mencapai 10.780 ton. Potensi produksi beberapa komoditas selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 24.
Potensi Produksi Perikanan di Kabupaten Sumbawa Barat Dirinci Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2008
No. Kecamatan
Perikanan Laut
Rumput Laut
Tambak Ikan Air
Tawar
1 Sekongkang
850 -
- 21,9
2 Jereweh
910 2.710
901 118,2
3 Maluk
1.250 -
- -
4 Taliwang
8.450 6.420
875 741
5 Brang Ene
- -
- 173
6 Brang Rea
- -
- 1.045,2
7 Seteluk
- -
- 471
8 Poto Tano
3.540 1.650
3.300 -
Jumlah 15.000
10.780 5.076
2.570
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Jalan dan Transportasi
Menurut kondisinya, persentase jalan kabupaten di wilayah Sumbawa Barat berupa aspal dan kerikil sekitar sekitar 221,05 dan 19,90. Sedangkan
menurut kualitas jalan tercatat 184,47 baik, sedang dan 56,85 rusak, 54,36 rusak berat. Jembatan sebagai sarana penunjang transportasi yang lain, pada tahun 2008
tercatat sebanyak 87 buah dengan panjang 1.565 meter. Dengan rincian, no buah bentangan 6 meter dan 87 buah bentangan 6 meter. Kendaraan bermotor
merupakan angkutan darat utama. Pada tahun 2008, jumlah kendaraan bermotor di Sumbawa Barat mencapai 8.950 kendaraan.
Potensi Perikanan Budidaya Laut
Kegiatan perikanan budidaya laut atau marikultur mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Kabupaten Sumbawa Barat, meliputi komoditas
rumput laut potensi 1.550 Ha, pemanfaatan 150 Ha, kerapu potensi 125 Ha, pemanfaatan 1 Ha, lobster potensi 125 Ha, pemanfaatan 1 Ha dan mutiara
potensi 1.425 Ha, pemanfaatan 600 Ha. Total potensi lahan budidaya air laut mencapai 3.225 Ha dengan pemanfaatan seluas 752 Ha, seperti tercantum dalam
tabel berikut.
Tabel 25
. Potensi, Pemanfaatan Areal, Jumlah RTP Budidaya Laut Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009
No Jenis
Kegiatan Areal
PembudidayaRTP orangbuah
Sentra Lokasi
Potensi Ha
Pemanfaatan Ha
∑ Pembudidaya
∑ RTP
DesaDusun 1
Rumput Laut 6,550
150 796
796 Kertasari,
Jelenga, Pototano
2 Kerapu
125 1
18 18
Lalar, Pototano
3 Lobster
125 1
14 14
Lalar, Pototano
4 Mutiara
1,425 600
8 8
Poto Tano, Taliwang,
Pototano Jumlah
3,225 752
836 836
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas usaha budidaya rumput laut
telah dilakukan Kabupaten Sumbawa Barat, salah satu hasil yang tampak diantaranya yaitu ditetapkannya Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah
pengembangan klaster industri rumput laut tahun 2009 yang berkembang menjadi penetapan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah minapolitan rumput laut
pada tahun 2010. Komoditi unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu rumput laut, udang, ikan nila, kerapu dan lobster. Lebih banyak didominasi oleh aktivitas
budidaya pesisir payau dan laut.
Untuk komoditi rumput laut dari rentang waktu tahun 2005 hingga 2009 tersebar di empat wilayah kecamatan yaitu Pototano 150 Ha, Taliwang 1000
Ha, Jereweh 500 Ha, juga sedang dikembangkan areal pesisir sekongkang untuk pengembangan budidaya seluas 5000 Ha yang sudah dimulai pada tahun
2009, seperti yang tercantum dalam Tabel 26.
Sejauh ini produksi budidaya rumput laut sudah mencapai 7.620 ton per tahun pada 2009, dengan penyumbang terbesar yaitu kecamatan taliwang,
tepatnya di desa Labuhan Kertasari dengan produksi menyentuh angka 5.870 ton. Seperti yang dipaparkan dalam Tabel 27. Selain itu pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat telah merancang upaya peningkatan produksi dengan membuat target peningkatan produksi, yang diikuti uji coba penanaman rumput laut pada
daerah pesisir yang diduga potensial Tabel 28.
Sementara ini usaha budidaya rumput laut yang berhasil dilakukan dan sampai saat sekarang masih dijumpai ada di dua kecamatan yaitu Taliwang dan
Poto Tano. Dari hasil uji coba dan pengukuran berbagai parameter air diperoleh bahwa daerah sepanjang Pantai Selatan Sekongkang Kecamatan Sekongkang
juga memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan rumput laut. Pada tahun 2010 ini dilakukan uji coba penanaman rumput laut seluas 32 Ha dengan
jumlah bibit sebanyak 8 ton.
Pantai selatan sekongkang diduga cukup memiliki potensi yang menjanjikan dengan luas areal 5.000 Ha dan belum dimanfaatkan. Ini merupakan
peluang ekstensifikasi areal budidaya rumput laut. Diperkirakan pengembangan ini dapat menyerap tenaga kerja pembudidayaRTP 10.000 orang. Budidaya
rumput laut tersebut dapat dimanfaatkan oleh 5 desa yaitu Desa Maluk, Tongo, Ai Kangkung, Senutuk dan Talonang.
Tabel 26.
Potensi Wilayah Budidaya Rumput Laut KSB Tahun 2005 - 2009
No Kecamatan
Potensi Ha 2005
2006 2007
2008 2009
1 2
3 4
Pototano Taliwang
Jereweh Sekongkang
- 1.000
500 -
- 1.000
500 -
150 1.000
500 -
150 1.000
500 -
150 1.000
500 5.000
Jumlah 1650
1.650 1.650
1.650. 6.650
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
Tabel 27. Produksi Budidaya Rumput Laut KSB Tahun 2005 - 2009
No Kecamatan
Produksi ton 2005
2006 2007
2008 2009
1 2
3 Pototano
Taliwang Jereweh
- 1.050
57 -
1.000 16
32 1.710
400 100
3.648 925
250 5.870
1.500 Jumlah
1.107 1.116
2.142 4.673.
7.620
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 28.
Target Produksi Budidaya Rumput Laut tahun 2010 - 2014
No Kecamatan
Produksi ton 2010
2011 2012
2013 2014
1 2
3 Pototano
Taliwang Jereweh
550 7.500
2.200 800
9.112,5 2.900
1.100 15.600
3.800 1.700
20.787,5 5.700
2.800 24.575
8.500 Jumlah
10.250 12.812,5
20.500 28.187,5.
35.875
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN Biologi dan Ekologi Rumput Laut
Secara garis besar, rumput laut digolongkan ke dalam 3 famili yaitu Rhodophyceae alga merah, Chlorophyceae alga hijau dan Phaeophyceae alga
biru. Di perairan laut Indonesia diperkirakan terdapat sedikitnya 555 jenis rumput laut yang terbagi ke dalam 3 golongan tersebut di atas. Dari jumlah jenis tersebut,
55 jenis diantaranya diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi. Alga merah merupakan kelompok penting rumput laut di Indonesia karena memiliki jenis
yang penting sebagai komoditas perikanan. Dari kelompok alga merah yang penting adalah jenis Kappaphycus, Gracilaria dan Gelidium.
Hasil identifikasi jenis rumput laut Kappaphycus yang ditemukan di sentra budidaya rumput laut Kabupaten Sumbawa Barat yaitu di Kecamatan Taliwang
dan Kecamatan Poto Tano, Jenis Kappaphycus alvarezii adalah yang paling banyak dibudidayakan. Ada tiga varian E. cottonii yang teridentifikasi yaitu
Tembalang, Sakol dan Maumere. Penamaan lain menyebutkan tembalang dan maumere tergolong dalam jenis K. alvarezii, sedang untuk varian Sakol
dinamakan Kappaphycus striatum.
Menurut Zucarello et al 2006, sistematika dan taxonomi dari Kappaphycus
dan Euchema Solieriaceae membingungkan dan rumit disebabkan oleh plastisitas morfologi, kurang memadainya sejumlah karakter untuk
identifikasi spesies dan nama komersial yang layak. Dalam jurnalnya Zucarello et al
2006 perbedaan genetik yang jelas telah dapat ditemukan pada sampel jenis K. alvarezii
“cottonii” dan K. striatum “sacol”. Adapun K. alvarezii dari Hawaii dan beberapa sampel dari Afrika juga ditemukan perbedaan secara
genetik. Warna dari ketiga varian rumput laut Euchema yang ditemukan di
Kabupaten Sumbawa Barat memiliki warna kuning kecoklatan tambalang, hijau sacol, dan merah-kecoklatan persilangan maumere dan tembalang-menurut
penuturan petani setempat. Akan tetapi hingga saat ini yang menjadi pilihan kebanyakan petani rumput laut setempat adalah strain warna merah kecoklatan
yang banyak dibudidayakan di sekitar pesisir Teluk Kecamatan Poto Tano dan strain warna hijau yang banyak dibudidayakan di Teluk Kertasari Kecamatan
Taliwang. Beberapa strain warna dari Kappaphycus alvarezii merah, hijau dan coklat telah digunakan dalam studi yang dilakukan oleh Munoz et al 2004,
berbagai jenis sampel tersebut sebelumnya dikoleksi oleh Edison Jose de Paula University of Sao Paulo, Brazil. Gambar rumput laut yang di temukan
ditampilkan pada Gambar 5.
Neish 2003 merujuk pada klasifikasi Doty 1985 menggambarkan bentuk, ciri fisik morfologis dari K. alvarezii var. tambalang terlihat berbentuk
axis silindris dengan cabang yang umumnya memanjang kearah sumber cahaya yang kerap disebut candelabra effect Gambar 6 a. Warna dari varian
tambalang adalah coklat hingga coklat tua. Adapun untuk jenis K. alvarezii varian sacol memiliki bentuk seperti brokoli ditemukan di alam berwarna hijau seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6 b. Strain dari Sacol Island ini merupakan satu dari sejumlah alga coklat yang dikultivasi dan dipropagasi secara vegetative dari
stok yang hidup secara liar di alam. Morfologi dari Eucheuma seaplants
dipengaruhi oleh sejumlah variable yang dihasilkan dari perbedaan genetik dari sejumlah strain, faktor lingkungan, teknik budidayapenanaman, dan peran dari
mutasi spontan yang terjadi diantara strain yang ada serta sejumlah perbedaan karakterisik yang berkaitan dengan warna.
Hampir seluruh perairan laut Indonesia bisa ditemukan beragam jenis rumput laut. Secara umum, Eucheuma sp tersebar di perairan laut Kepulauan
Kep. Riau, Kep. Bangka, Kep. Seribu, P. Madura, Kep. Kei, Kep. Tanimbar, P. Rote, P. Sumba dan P. Flores. Khusus untuk Eucheuma cottonii dan Eucheuma
spinosum
mempunyai penyebaran paling luas di seluruh perairan Indonesia karena sudah banyak dibudidayakan. Kedua jenis ini dibudidayakan oleh masyarakat atau
nelayan sekitar pantai.
Gambar 5.
Jenis rumput laut dibudidayakan di Pulau Sumbawa A Kappaphycus alvarezii
Var. Tambalang B K. alvarezii Var.Tambalang + Maumere Tanduk Rusa C K. striatum Var. Sacol
Rumput laut penghasil karaginan termasuk kedalam golongan alga merah Tabel 29. Tumbuhan dari kelompok ini memiliki thallus dengan berbagai
bentuk, tekstur dan warna. Bentuk thallus antara lain silindris, gepeng dan lembaran. Rumpun rumput laut ini terbentuk dari berbagai jenis percabangan,
mulai yang paling sederhana yaitu bentuk fillament sampai bentuk yang kompleks. Warna thallus beragam; merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau.
Alga merah mengandung pigmen fotosintetik berupa karotin, xantofil, fikobilin terutama r-fikoeritin penyebab warna merah dan klorofil a dan b. Alga
merah mempunyai sifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai kemampuan
A B
C
penyesuaian proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan yang dapat menimbulkan berbagai warna thallus. Dalam dinding sel terdapat selulosa dan
produk fotosintetik berupa karaginan, agar, furcelaran dan porpinan.
Gambar 6.
Varian dari K. alvarezii a Tambalang, b Sacol Neish, 2003
Tabel 29.
Karaginan dari beberapa jenis alga Chapman Chapman 1980.
No. Jenis Alga Karaginofit
Fraksi Karaginan
1 Furcellia fastigiata
Kappa 2
Agardhiella tenena Iota
3 Euchema spinosum
Iota 4
Euchema cottonii Kappa, Lambda
5 Anatheca montagnei
Iota 6
Hypnea musciformis Kappa
7 Hypnea nidifica
Kappa 8
Hypnea setosa Kappa
9 Chondrus crispus
Kappa, Lambda, Iota 10
Chondrus sp. Lambda
11 Gigartina stellata
Lambda, Kappa, Iota 12
Gigartina acicularis Lambda, Kappa
13 Gigartina pistillata
Lambda, Kappa 14
Iridea radula Iridophyean, Kappa
15 Phyllophora nervosa
Phyllophoran Lambda 16
Gymnogongrus sp. Iota
17 Tichocrpus crinitus
Lambda, Kappa
Reproduksi Rumput laut sea weed merupakan tanaman air dari golongan alga, atau
ganggang yang hidup di air laut kadar garam 30-35 ppt. Tanaman ini masuk kedalam Divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka
tubuh berupa batang thallus saja, tidak berdaun, berbatang dan berakar. Rumput laut hidup dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur,
pasir, karang, fragmen karang mati, batu, kayu dan benda keras lainnya, sehingga disebut sebagai fitobenthos tanaman yang hidup di dasar perairan. Sebagian
rumput laut hidup menempel pada tumbuhan lain secara epifitik. Reproduksi rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara kawin generatif antara
gamet jantan dengan gamet betina dan secara tidak kawin dengan cara vegetatif, konjugatif dan persporaan. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan
jalan penyebaran spora dan gamet serta fragmentasi thallus. Spora dan gamet umumnya tidak memiliki alat gerak seperti cambuk atau flagella.
Reproduksi seksual dilakukan dengan karpogonia dan spermatangia. Pertumbuhan bersifat uniaksial dan multiaksial. Pertumbuhan vegetatif secara
fragmentasi thallus yang dapat tumbuh dan berkembang. Alat pelekatpenempel holdfast terdiri dari perakaran bersel tunggal dan bersel banyak. Pada
perkembangan biakan secara vegetatif, maka sebagai alga yang bersel banyak multiseluler, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang
meneruskan pertumbuhan. Reproduksi melalui potongan thallus ini bisa diamati pada jenis Euchema, Gracillaria, Enteromorpha dan Polysiphonia, dan
sebagainya. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan spora berupa pembentukan gametofit tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe
perkembangbiakan
seperti ini
umumnya terdapat
pada alga
merah Rhodophyceae.
Ekologi
Rumput laut hidup di perairan laut dari kedalaman 0 permukaan air laut hingga kedalaman pencapaian cahaya matahari. Faktor oseanografis seperti fisika,
kimia dan dinamika perairan dan jenis substrat dasar laut sangat menentukan pertumbuhan rumput laut. Sinar matahari merupakan faktor utama yang mutlak
dibutuhkan untuk kehidupan rumput laut. Pada kedalaman yang tidak terjangkau sinar matahari maka tidak memungkinkan rumput laut dapat hidup. Rumput laut
yang tumbuh di perairan yang selalu berombak dan berarus kuat mempunyai sifat dan karakteristik spora yang cepat tenggelam dan mempunyai kemampuan
menempel yang kuat dan cepat pada substrat. Contoh rumput laut demikian adalah Euchema serra
, E. Spinosum, Gelidium spp. dan Pterocladia spp. Rumput laut yang hidup di perairan laut tenang mempunyai spora yang ringan dan kemampuan
menempel yang lemah pada substrat seperti contohnya Gracillaria, Hypnea, Acanthophora
dan Padina.
Tabel 30.
Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut Euchema cottonii
berdasarkan Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut.
No. Parameter
Satuan Diperbolehkan
Diinginkan A.
Oseanografi
1 Kedalaman
m 5-40
7 –15
2 Arus
mdetik 0.15 - 0.50
0.25-0.35 3
Substrat Dasar -
Pasir Karang
4 Keterlindungan
- Terlindung
Sangat terlindung