Desa Labuhan Lalar Desa Labuhan Kertasari

asumsi harga per kilogram 7000 rupiah maka nilai produksi dapat mencapai 5 miliar rupiah. Adapun produksi untuk jenis E. spinosum adalah 189 ton per tahun. Produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat bersifat fluktuatif hal ini di pengaruhi oleh musim yang mempengaruhi kondisi fisika kimia perairan. Tercatat produksi budidaya rumput laut tertinggi pada bulan April, Mei dan Juni dan mulai menurun pada bulan Juli. Produksi kembali mulai menanjak naik pada bulan Januari. Daerah Kabupaten Sumbawa Barat adalah beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, temperatur maksimal 33,2 C dan minimum 20,5 C. Sedangkan curah hujan rata- rata dalam setahun 1.190 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan 84 haritahun. Tabel 17. Potensi dan Pemanfaatan Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009 No Kecamatan Potensi Ha Pemanfaatan Ha Produksi Tonth 1 2 3 4 5 Taliwang Maluk Poto Tano Jereweh Sekongkang 835 100 365 210 40 100 - 20 30 - 600 - 245 100 - Jumlah 1.550 150 945 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 18. Nilai Produksi Budidaya Rumput Laut Berdasarkan Jenis Tahun 2009 No Jenis Rumput Laut Produksi Ton Nilai Produksi dalam ribu rupiah 1 2 E. cottoni E. Spinossum 756 189 5.292.000 1.323.000 Jumlah 945 6.615.000 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 19. Produksi Budidaya Rumput Laut Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009 No Produksi Bulan Produksi ton 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 76 75 88 103 102 104 56 69 63 71 76 72 Jumlah 945 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan masyarakat, demikian pula pendapatan masyarakat di sektor perikanan. Produksi perikanan pada tahun 2008 sebanyak 3.481,3 ton yang terdiri dari 3.104,5 ton dari penangkapan, dan 376,8 ton Budidaya. Tabel 20. Luas Areal dan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa Barat 2004-2008 Tahun Luas Areal Produksi Rumput Laut Basah 2004 57,40 1.107,00 2005 62,20 1.116,00 2006 68,40 1.128,00 2007 114,50 2.142,00 2008 130,30 4.673,00 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Adanya program minapolitan menyebabkan pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat berupaya menggenjot produksi rumput laut dengan cara meluaskan areal penanaman rumput laut. Karena ada beberapa kendala teknis, aplikasi target yang dicanangkan tidak sesuai harapan. Sebaran nelayan di kabupaten Sumbawa Barat terdapat di Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Jereweh, dan terbanyak ada di Kecamatan Taliwang dan Poto Tano. Menurut sumber dari Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat areal budidaya yang potensial untuk budidaya rumput laut mencapai 167 Ha dan baru dimanfaatkan 130,3 Ha. Potensi areal perikanan untuk budidaya laut di Kabupaten Sumbawa Barat terluas terdapat di Kecamatan Taliwang 477 Ha, diikuti oleh Kecamatan Poto Tano 229 Ha dan Jereweh 32,3 Ha. Total luasan areal yang potensial untuk budidaya laut mencapai 738,3 Ha. Tabel 21. Jumlah Nelayan dan Penduduk DesaKelurahan Pantai di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2008 No Nama Kecamatan Desa Pesisir Jumlah Nelayan Jumlah Penduduk Luas Km 2 Kepadatan Penduduk 1 Sekongkang Sekongkang Timur 35 2.312 9.661 0,24 2 Jereweh Desa Beru 64 2.489 13 219,15 3 Maluk Pasir Putih 36 2.086 185 11,28 Benete 33 2.033 1.060,13 1,92 4 Taliwang Lab. Lalar 325 2.752 24,6 111,87 Kerta Sari 87 2.034 2.632 0,77 Batu Putih 53 2.990 65 46,00 5 Brang Ene - - - - - 6 Brang Rea - - - - 7 Seteluk - - - - 8 Poto Tano Tambak Sari 57 2.609 1.000 2,61 Poto Tano 106 2.808 3.451 0,81 Kuang Buser 50 1.407 1.500 0,94 Total Jumlah 846 24.726 19.591,73 1,27 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 22. Potensi Areal, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di Kabupaten Sumbawa Barat 2008 Jenis Budidaya Potensi Ha Pemanfaatan Ha Produksi Ton Mutiara 550 375 0,15 Kerapu 15 1 2,00 Lobster 17 1 2,00 Rumput Laut 167 130,3 4.673 Teripang - - - Kerang-Kerangan - - - Jumlah 1.595 507,3 4.677,15 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 23. Potensi Areal Perikanan di Kabupaten Sumbawa Barat Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2008 Ha No. Kecamatan Budidaya Laut Perairan Umum Tambak Sawah Kolam 1 Sekongkang - - - - - 2 Jereweh 32,3 - 168 - 39,4 3 Maluk - - - - - 4 Taliwang 477 468 163 - 247 5 Brang Ene - - - - 57,9 6 Brang Rea - - - - 348,4 7 Seteluk 157 8 Poto Tano 229 - 615 - - Jumlah 738,3 468 946 - 857 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Menurut Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan setempat, diduga potensi produksi komoditas rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat dapat mencapai 10.780 ton. Potensi produksi beberapa komoditas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24. Potensi Produksi Perikanan di Kabupaten Sumbawa Barat Dirinci Menurut Kecamatan dan Sub Sektor Tahun 2008 No. Kecamatan Perikanan Laut Rumput Laut Tambak Ikan Air Tawar 1 Sekongkang 850 - - 21,9 2 Jereweh 910 2.710 901 118,2 3 Maluk 1.250 - - - 4 Taliwang 8.450 6.420 875 741 5 Brang Ene - - - 173 6 Brang Rea - - - 1.045,2 7 Seteluk - - - 471 8 Poto Tano 3.540 1.650 3.300 - Jumlah 15.000 10.780 5.076 2.570 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Jalan dan Transportasi Menurut kondisinya, persentase jalan kabupaten di wilayah Sumbawa Barat berupa aspal dan kerikil sekitar sekitar 221,05 dan 19,90. Sedangkan menurut kualitas jalan tercatat 184,47 baik, sedang dan 56,85 rusak, 54,36 rusak berat. Jembatan sebagai sarana penunjang transportasi yang lain, pada tahun 2008 tercatat sebanyak 87 buah dengan panjang 1.565 meter. Dengan rincian, no buah bentangan 6 meter dan 87 buah bentangan 6 meter. Kendaraan bermotor merupakan angkutan darat utama. Pada tahun 2008, jumlah kendaraan bermotor di Sumbawa Barat mencapai 8.950 kendaraan. Potensi Perikanan Budidaya Laut Kegiatan perikanan budidaya laut atau marikultur mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Kabupaten Sumbawa Barat, meliputi komoditas rumput laut potensi 1.550 Ha, pemanfaatan 150 Ha, kerapu potensi 125 Ha, pemanfaatan 1 Ha, lobster potensi 125 Ha, pemanfaatan 1 Ha dan mutiara potensi 1.425 Ha, pemanfaatan 600 Ha. Total potensi lahan budidaya air laut mencapai 3.225 Ha dengan pemanfaatan seluas 752 Ha, seperti tercantum dalam tabel berikut. Tabel 25 . Potensi, Pemanfaatan Areal, Jumlah RTP Budidaya Laut Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2009 No Jenis Kegiatan Areal PembudidayaRTP orangbuah Sentra Lokasi Potensi Ha Pemanfaatan Ha ∑ Pembudidaya ∑ RTP DesaDusun 1 Rumput Laut 6,550 150 796 796 Kertasari, Jelenga, Pototano 2 Kerapu 125 1 18 18 Lalar, Pototano 3 Lobster 125 1 14 14 Lalar, Pototano 4 Mutiara 1,425 600 8 8 Poto Tano, Taliwang, Pototano Jumlah 3,225 752 836 836 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas usaha budidaya rumput laut telah dilakukan Kabupaten Sumbawa Barat, salah satu hasil yang tampak diantaranya yaitu ditetapkannya Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah pengembangan klaster industri rumput laut tahun 2009 yang berkembang menjadi penetapan Kabupaten Sumbawa Barat sebagai daerah minapolitan rumput laut pada tahun 2010. Komoditi unggulan di Kabupaten Sumbawa Barat yaitu rumput laut, udang, ikan nila, kerapu dan lobster. Lebih banyak didominasi oleh aktivitas budidaya pesisir payau dan laut. Untuk komoditi rumput laut dari rentang waktu tahun 2005 hingga 2009 tersebar di empat wilayah kecamatan yaitu Pototano 150 Ha, Taliwang 1000 Ha, Jereweh 500 Ha, juga sedang dikembangkan areal pesisir sekongkang untuk pengembangan budidaya seluas 5000 Ha yang sudah dimulai pada tahun 2009, seperti yang tercantum dalam Tabel 26. Sejauh ini produksi budidaya rumput laut sudah mencapai 7.620 ton per tahun pada 2009, dengan penyumbang terbesar yaitu kecamatan taliwang, tepatnya di desa Labuhan Kertasari dengan produksi menyentuh angka 5.870 ton. Seperti yang dipaparkan dalam Tabel 27. Selain itu pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah merancang upaya peningkatan produksi dengan membuat target peningkatan produksi, yang diikuti uji coba penanaman rumput laut pada daerah pesisir yang diduga potensial Tabel 28. Sementara ini usaha budidaya rumput laut yang berhasil dilakukan dan sampai saat sekarang masih dijumpai ada di dua kecamatan yaitu Taliwang dan Poto Tano. Dari hasil uji coba dan pengukuran berbagai parameter air diperoleh bahwa daerah sepanjang Pantai Selatan Sekongkang Kecamatan Sekongkang juga memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan rumput laut. Pada tahun 2010 ini dilakukan uji coba penanaman rumput laut seluas 32 Ha dengan jumlah bibit sebanyak 8 ton. Pantai selatan sekongkang diduga cukup memiliki potensi yang menjanjikan dengan luas areal 5.000 Ha dan belum dimanfaatkan. Ini merupakan peluang ekstensifikasi areal budidaya rumput laut. Diperkirakan pengembangan ini dapat menyerap tenaga kerja pembudidayaRTP 10.000 orang. Budidaya rumput laut tersebut dapat dimanfaatkan oleh 5 desa yaitu Desa Maluk, Tongo, Ai Kangkung, Senutuk dan Talonang. Tabel 26. Potensi Wilayah Budidaya Rumput Laut KSB Tahun 2005 - 2009 No Kecamatan Potensi Ha 2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 Pototano Taliwang Jereweh Sekongkang - 1.000 500 - - 1.000 500 - 150 1.000 500 - 150 1.000 500 - 150 1.000 500 5.000 Jumlah 1650 1.650 1.650 1.650. 6.650 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 27. Produksi Budidaya Rumput Laut KSB Tahun 2005 - 2009 No Kecamatan Produksi ton 2005 2006 2007 2008 2009 1 2 3 Pototano Taliwang Jereweh - 1.050 57 - 1.000 16 32 1.710 400 100 3.648 925 250 5.870 1.500 Jumlah 1.107 1.116 2.142 4.673. 7.620 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 Tabel 28. Target Produksi Budidaya Rumput Laut tahun 2010 - 2014 No Kecamatan Produksi ton 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 Pototano Taliwang Jereweh 550 7.500 2.200 800 9.112,5 2.900 1.100 15.600 3.800 1.700 20.787,5 5.700 2.800 24.575 8.500 Jumlah 10.250 12.812,5 20.500 28.187,5. 35.875 Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan KSB 2009 HASIL DAN PEMBAHASAN Biologi dan Ekologi Rumput Laut Secara garis besar, rumput laut digolongkan ke dalam 3 famili yaitu Rhodophyceae alga merah, Chlorophyceae alga hijau dan Phaeophyceae alga biru. Di perairan laut Indonesia diperkirakan terdapat sedikitnya 555 jenis rumput laut yang terbagi ke dalam 3 golongan tersebut di atas. Dari jumlah jenis tersebut, 55 jenis diantaranya diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi. Alga merah merupakan kelompok penting rumput laut di Indonesia karena memiliki jenis yang penting sebagai komoditas perikanan. Dari kelompok alga merah yang penting adalah jenis Kappaphycus, Gracilaria dan Gelidium. Hasil identifikasi jenis rumput laut Kappaphycus yang ditemukan di sentra budidaya rumput laut Kabupaten Sumbawa Barat yaitu di Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Poto Tano, Jenis Kappaphycus alvarezii adalah yang paling banyak dibudidayakan. Ada tiga varian E. cottonii yang teridentifikasi yaitu Tembalang, Sakol dan Maumere. Penamaan lain menyebutkan tembalang dan maumere tergolong dalam jenis K. alvarezii, sedang untuk varian Sakol dinamakan Kappaphycus striatum. Menurut Zucarello et al 2006, sistematika dan taxonomi dari Kappaphycus dan Euchema Solieriaceae membingungkan dan rumit disebabkan oleh plastisitas morfologi, kurang memadainya sejumlah karakter untuk identifikasi spesies dan nama komersial yang layak. Dalam jurnalnya Zucarello et al 2006 perbedaan genetik yang jelas telah dapat ditemukan pada sampel jenis K. alvarezii “cottonii” dan K. striatum “sacol”. Adapun K. alvarezii dari Hawaii dan beberapa sampel dari Afrika juga ditemukan perbedaan secara genetik. Warna dari ketiga varian rumput laut Euchema yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa Barat memiliki warna kuning kecoklatan tambalang, hijau sacol, dan merah-kecoklatan persilangan maumere dan tembalang-menurut penuturan petani setempat. Akan tetapi hingga saat ini yang menjadi pilihan kebanyakan petani rumput laut setempat adalah strain warna merah kecoklatan yang banyak dibudidayakan di sekitar pesisir Teluk Kecamatan Poto Tano dan strain warna hijau yang banyak dibudidayakan di Teluk Kertasari Kecamatan Taliwang. Beberapa strain warna dari Kappaphycus alvarezii merah, hijau dan coklat telah digunakan dalam studi yang dilakukan oleh Munoz et al 2004, berbagai jenis sampel tersebut sebelumnya dikoleksi oleh Edison Jose de Paula University of Sao Paulo, Brazil. Gambar rumput laut yang di temukan ditampilkan pada Gambar 5. Neish 2003 merujuk pada klasifikasi Doty 1985 menggambarkan bentuk, ciri fisik morfologis dari K. alvarezii var. tambalang terlihat berbentuk axis silindris dengan cabang yang umumnya memanjang kearah sumber cahaya yang kerap disebut candelabra effect Gambar 6 a. Warna dari varian tambalang adalah coklat hingga coklat tua. Adapun untuk jenis K. alvarezii varian sacol memiliki bentuk seperti brokoli ditemukan di alam berwarna hijau seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6 b. Strain dari Sacol Island ini merupakan satu dari sejumlah alga coklat yang dikultivasi dan dipropagasi secara vegetative dari stok yang hidup secara liar di alam. Morfologi dari Eucheuma seaplants dipengaruhi oleh sejumlah variable yang dihasilkan dari perbedaan genetik dari sejumlah strain, faktor lingkungan, teknik budidayapenanaman, dan peran dari mutasi spontan yang terjadi diantara strain yang ada serta sejumlah perbedaan karakterisik yang berkaitan dengan warna. Hampir seluruh perairan laut Indonesia bisa ditemukan beragam jenis rumput laut. Secara umum, Eucheuma sp tersebar di perairan laut Kepulauan Kep. Riau, Kep. Bangka, Kep. Seribu, P. Madura, Kep. Kei, Kep. Tanimbar, P. Rote, P. Sumba dan P. Flores. Khusus untuk Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum mempunyai penyebaran paling luas di seluruh perairan Indonesia karena sudah banyak dibudidayakan. Kedua jenis ini dibudidayakan oleh masyarakat atau nelayan sekitar pantai. Gambar 5. Jenis rumput laut dibudidayakan di Pulau Sumbawa A Kappaphycus alvarezii Var. Tambalang B K. alvarezii Var.Tambalang + Maumere Tanduk Rusa C K. striatum Var. Sacol Rumput laut penghasil karaginan termasuk kedalam golongan alga merah Tabel 29. Tumbuhan dari kelompok ini memiliki thallus dengan berbagai bentuk, tekstur dan warna. Bentuk thallus antara lain silindris, gepeng dan lembaran. Rumpun rumput laut ini terbentuk dari berbagai jenis percabangan, mulai yang paling sederhana yaitu bentuk fillament sampai bentuk yang kompleks. Warna thallus beragam; merah, ungu, pirang, cokelat dan hijau. Alga merah mengandung pigmen fotosintetik berupa karotin, xantofil, fikobilin terutama r-fikoeritin penyebab warna merah dan klorofil a dan b. Alga merah mempunyai sifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai kemampuan A B C penyesuaian proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan yang dapat menimbulkan berbagai warna thallus. Dalam dinding sel terdapat selulosa dan produk fotosintetik berupa karaginan, agar, furcelaran dan porpinan. Gambar 6. Varian dari K. alvarezii a Tambalang, b Sacol Neish, 2003 Tabel 29. Karaginan dari beberapa jenis alga Chapman Chapman 1980. No. Jenis Alga Karaginofit Fraksi Karaginan 1 Furcellia fastigiata Kappa 2 Agardhiella tenena Iota 3 Euchema spinosum Iota 4 Euchema cottonii Kappa, Lambda 5 Anatheca montagnei Iota 6 Hypnea musciformis Kappa 7 Hypnea nidifica Kappa 8 Hypnea setosa Kappa 9 Chondrus crispus Kappa, Lambda, Iota 10 Chondrus sp. Lambda 11 Gigartina stellata Lambda, Kappa, Iota 12 Gigartina acicularis Lambda, Kappa 13 Gigartina pistillata Lambda, Kappa 14 Iridea radula Iridophyean, Kappa 15 Phyllophora nervosa Phyllophoran Lambda 16 Gymnogongrus sp. Iota 17 Tichocrpus crinitus Lambda, Kappa Reproduksi Rumput laut sea weed merupakan tanaman air dari golongan alga, atau ganggang yang hidup di air laut kadar garam 30-35 ppt. Tanaman ini masuk kedalam Divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh berupa batang thallus saja, tidak berdaun, berbatang dan berakar. Rumput laut hidup dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, batu, kayu dan benda keras lainnya, sehingga disebut sebagai fitobenthos tanaman yang hidup di dasar perairan. Sebagian rumput laut hidup menempel pada tumbuhan lain secara epifitik. Reproduksi rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara kawin generatif antara gamet jantan dengan gamet betina dan secara tidak kawin dengan cara vegetatif, konjugatif dan persporaan. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan jalan penyebaran spora dan gamet serta fragmentasi thallus. Spora dan gamet umumnya tidak memiliki alat gerak seperti cambuk atau flagella. Reproduksi seksual dilakukan dengan karpogonia dan spermatangia. Pertumbuhan bersifat uniaksial dan multiaksial. Pertumbuhan vegetatif secara fragmentasi thallus yang dapat tumbuh dan berkembang. Alat pelekatpenempel holdfast terdiri dari perakaran bersel tunggal dan bersel banyak. Pada perkembangan biakan secara vegetatif, maka sebagai alga yang bersel banyak multiseluler, potongan thallusnya mempunyai kemampuan berkembang meneruskan pertumbuhan. Reproduksi melalui potongan thallus ini bisa diamati pada jenis Euchema, Gracillaria, Enteromorpha dan Polysiphonia, dan sebagainya. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan spora berupa pembentukan gametofit tetraspora yang dihasilkan dari tetrasporofit. Tipe perkembangbiakan seperti ini umumnya terdapat pada alga merah Rhodophyceae. Ekologi Rumput laut hidup di perairan laut dari kedalaman 0 permukaan air laut hingga kedalaman pencapaian cahaya matahari. Faktor oseanografis seperti fisika, kimia dan dinamika perairan dan jenis substrat dasar laut sangat menentukan pertumbuhan rumput laut. Sinar matahari merupakan faktor utama yang mutlak dibutuhkan untuk kehidupan rumput laut. Pada kedalaman yang tidak terjangkau sinar matahari maka tidak memungkinkan rumput laut dapat hidup. Rumput laut yang tumbuh di perairan yang selalu berombak dan berarus kuat mempunyai sifat dan karakteristik spora yang cepat tenggelam dan mempunyai kemampuan menempel yang kuat dan cepat pada substrat. Contoh rumput laut demikian adalah Euchema serra , E. Spinosum, Gelidium spp. dan Pterocladia spp. Rumput laut yang hidup di perairan laut tenang mempunyai spora yang ringan dan kemampuan menempel yang lemah pada substrat seperti contohnya Gracillaria, Hypnea, Acanthophora dan Padina. Tabel 30. Persyaratan ekologis untuk lokasi budidaya rumput laut Euchema cottonii berdasarkan Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut. No. Parameter Satuan Diperbolehkan Diinginkan A. Oseanografi 1 Kedalaman m 5-40 7 –15 2 Arus mdetik 0.15 - 0.50 0.25-0.35 3 Substrat Dasar - Pasir Karang 4 Keterlindungan - Terlindung Sangat terlindung

B. Kualitas Air

1 Suhu C alami alami 2 Salinitas ±10 alami 3 pH mgl 6-9 6.5-8.5 4 TSS - 80 25 Beberapa parameter ekologis penting yang berpengaruh terhadap fisiologi ekofisiologis tanaman rumput laut dan pada akhirnya bisa menentukan keberhasilan budidaya antara lain: arus, suhu, kondisi dasar substrat perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran, dan sebagainya Tabel 29. Pemilihan kriteria ekologis Berdasarkan matriks perbandingan beberapa kriteriaparameter ekologis budidaya rumput laut yang pernah digunakan di Indonesia, serta beberapa rujukan dari jurnal internasional Tabel 31 selanjutnya ditentukan kriteria atau parameter yang digunakan untuk membuat matriks yang baru. Adapun penentuan teknik budidaya ditentukan melihat kedalaman perairan. Metode tancap dasar cocok dengan perairan yang dangkal sehingga proses pemanenan lebih mudah. Adapun metode long line-dipermukaan pemanenan dengan menggunakan sampanperahu cocok untuk tipe perairan yang agak dalam. Perairan yang dalam intensitas cahaya yang sampai ke dasar perairan tidak maksimal. Sehingga posisi rumput laut lebih baik jika diikat di kolom perairan bagian atas.