Kekeruhan Kebutuhan Oksigen BiologisBiological Oxygen Demand BOD

antara 0,15-0,25 NTU dengan rata-rata 0,15-0,25 NTU. Nilai NTU berkaitan erat dengan kandungan TSS pada badan perairan. Gambar 12. Grafik nilai kekeruhan pada masing-masing stasiun pengamatan Nilai kekeruhan suatu perairan tidakdigunakan sebagai parameter dalam membangun matriks kesesuaian. Hal ini dikarenakan parameter kecerahan sudah digunakan. Pengukuran nilai kekeruhan dilakukan sebagai upaya cross-check terhadap nilai parameter lain seperti kecerahan atau TSS. Korelasi antara nilai TSS dan kekeruhan dapat dtentukan dengan menggunakan formula tertentu. Dalam aturan Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut nilai TSS yang diinginkan adalah 25 mgl dan masih diperbolehkan pada level 80 mgl. Nilai kekeruhan yang terlalu tinggi akan menghalangi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air.

H. pH

Rata-rata derajat keasaman pH di masing-masing stasiun perairan pesisir Kecamatan Poto Tano yaitu Stasiun 1 8,15±0,02, Stasiun 2 7,72-8,01, dan Stasiun 3 8,18±0,19. Nilai pH ini berada dalam kisaran yang dperbolehkan untuk budidaya rumput laut. Adapun pH di perairan Desa Kertasari Stasiun 4 Kecamatan Taliwang berkisar antara 8,10-8,28 dengan rata-rata 8,17±0,09. Di Labu Lalar Stasiun 5, pH berkisar antara 7,96-8,3 dengan rata-rata 8,14±0,17. Di Pantai Jelenga Stasiun 6 Kecamatan Jereweh pH yang terukur yaitu 8,25-8,26. Sebagai perbandingan, pengukuran pH yang coba dilakukan di Muara Sungai Taliwang diperoleh pH 7,9. Nilai pH yang terukur pada ke enam stasiun ditunjukkan oleh gambar dibawah ini. 0,30-0,45 0,15-0,25 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50 1 2 3 4 5 6 Stasiun Kekeruhan NTU Gambar 13. Grafik derajat keasaman pada masing-masing stasiun pengamatan Menurut Kadi dan Atmaja 1988, derajat keasaman pH yang baik bagi pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma sp. berkisar antara 7 – 9 dengan kisaran optimum 7,3 – 8,2. Menurut Sulistijo 1987, pH air laut berkisar antara 7,9 – 8,3. Dengan meningkatnya pH akan berpengaruh terhadap kehidupan rumput laut. Kisaran toleransi pH dimana alga ditemukan adalah sebesar 6,8 – 9,6 Luning, 1990. Menurut Luning, 1990, bahwa perubahan pH perairan, baik ke arah alkali pH naik maupun ke arah asam pH turun akan mengganggu kehidupan rumput laut dan organisme akuatik lainnya. Nilai pH sangat penting diketahui karena banyak reaksi kimia dan biokimia yang terjadi pada tingkat pH tertentu. Perairan yang menerima limbah organik dalam jumlah yang besar berpotensi memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007, Radiarta et al. 2005, Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta, et al. 2007 dan Aslan 1988 tidak memasukkan pH sebagai parameter dalam membangun matriks kesesuaian. Dalam ketentuan Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut menunjukkan bahwa kisaran pH yang diinginkan untuk aktivitas budidaya laut seperti rumput laut adalah 6,5-8,5 dan 6-9 untuk kisaran yang diperbolehkan. Bakosurtanal 2005 membagi kelas kesesuaian untuk pH dengan pH 7,5-8,5 untuk kategori sangat sesuai, kisaran 8,5-8,7 untuk sesuai, pH 6,5-7 untuk sesuai bersyarat dan pH 8,8 untuk kategori tidak sesuai. Dari ke enam stasiun yang diamati kisaran salinitas rata-rata yang diamati adalah antara 7,72-8,30, jadi dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek pH daerah kajian sesuai untuk aktivitas budidaya rumput laut.

I. Kandungan Oksigen Terlarut DO

Kandungan oksigen terlarut DO rata-rata yang diukur pada perairan pesisir Kecamatan Poto Tano untuk Stasiun 1 diperoleh 7,67±0,61 mgl. Untuk Stasiun 2 dan Stasiun 3 kandungan DO rata-rata masing-masing sebesar 7,4-7,5 mgl dan 7,63±0,15 mgl. Di Desa Kertasari Stasiun 4 Kecamatan Taliwang kandungan oksigen terlarut rata-rata diperoleh 7,43±0,23 mgl. Perairan Labu Lalar diperoleh nilai DO dengan rata-rata 7,5±0,20 mgl. Pengukuran DO di 7,72-8,01 8,25-8,26 7,8 7,9 8 8,1 8,2 8,3 8,4 1 2 3 4 5 6 Stasiun pH Pantai Jelenga Kecamatan Jereweh diperoleh kisaran 7,2-7,4 mgl. Sebagai pembanding, kandungan DO yang terukur di Muara Sungai Taliwang sebesar 7,6 mgl. Gambar 14. Grafik nilai kandungan DO yang terukur pada stasiun pengamatan Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses difusi dari udara dan hasil dari proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tanaman air lainnya. Oksigen terlarut merupakan unsur penting yang diperlukan dalam melakukan proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikroorganisme. Oksigen terlarut dissolved oxygen di dalam perairan merupakan zat yang utama bagi kehidupan akuatik, terutama ikan, mikroorganisme dan tumbuhan air termasuk rumput laut Levina, 1984. Dalam proses metabolisme, pertumbuhan dan perkembang biakan rumput laut memerlukan oksigen Rahayu, 1991. Dari enam matriks kesesuaian yang dikaji pada penelitian kali ini hanya matriks kesesuaian yang digunakan oleh Bakosurtanal 2005 yang memasukkan parameter oksigen untuk membangun matriks kesesuaian. Kelas kesesuaian dibagi menjadi empat. Dimana, kandungan oksigen 6 mgl terkategori sangat sesuai, 5-6 mgl untuk sesuai, 4-5 mgl untuk sesuai bersyarat dan 4 mgl untuk kategori tidak sesuai. Kadar yang oksigen yang terukur pada enam stasiun pengamatan diatas 7,2 mgl sehingga sangat sesuai untuk aktivitas budidaya rumput laut.

J. Kebutuhan Oksigen BiologisBiological Oxygen Demand BOD

Kandungan Biological Oxygen Demand BOD di perairan Kecamatan Poto Tano Stasiun 1 rata-rata diperoleh 1,02±0,06 mgl. Untuk Stasiun 2 dan Stasiun 3 masing-masing diperoleh 0,85-1,00 mgl dan 0,99±0,10 mgl. Perairan Desa Kertasari Kecamatan Taliwang Stasiun 4 memiliki kisaran nilai BOD 0,9- 1,15 mgl dengan rata-rata 1,03±0,13 mgl. Desa Labu Lalar Stasiun 5 memiliki nilai kisaran BOD 0,80-0,90 mgl dengan rata-rata 0,85±0,05 mgl. Kisaran nilai BOD di Pantai Jelenga Stasiun 6 0,75-0,80 mgl. Sebagai perbandingan, Nilai BOD yang diambil di muara Sungai Taliwang diperoleh 0,92 mgl. 7,4-7,5 7,2-7,4 6,80 7,00 7,20 7,40 7,60 7,80 8,00 8,20 8,40 1 2 3 4 5 6 Stasiun DO mgl Gambar 15. Grafik nilai BOD pada masing-masing stasiun pengamatan

K. Kebutuhan Oksigen KimiawiChemical Oxygen Demand COD

Kandungan COD pada Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3 di perairan Kecamatan Poto Tano masing-masing 8,39±2,13 mgl, 10,32-15,58 mgl dan 10,67±1,99 mgl. Perairan Desa Kertasari Stasiun 4 Kecamatan Taliwang rata- rata kandungan COD sebesar 9,61±2,7mgl dengan kisaran nilai 6,63-11,89 mgl. Adapun di perairan Desa Labu Lalar Stasiun 5 kandungan COD berkisar 8,21- 13,47 mgl dengan rata-rata 11,02±2,65 mgl. Untuk Pantai Jelenga Stasiun 6 Kecamatan Jereweh Kandungan COD rata-rata mencapai 12,95-14,59 mgl. Sebagai pembanding, nilai COD di muara Sungai Taliwang diperoleh 7,68 mgl. Gambar 16. Grafik nilai COD pada masing-masing stasiun pengamatan Nilai COD menggambarkan kandungan bahan organik dan anorganik di perairan. Muatan bahan organik yang ada dapat diketahui dengan menghitung konsentrasi oksigen berdasarkan reaksi dari suatu bahan oksidasi Alaerts dan Santika, 1987. Nilai COD Chemical Oxygen Demand menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik baik yang bisa didegradasi secara biologis biodegradable maupun yang sukar degradasi secara biologi non-biodegradable, menjadi CO 2 dan H 2 S. Pada 0,85-1,00 0,75-0,80 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1 2 3 4 5 6 Stasiun BOD mgl 10,32-15,58 12,95-14,59 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 Stasiun COD mgl prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam mengoksidasi air sampel Boyd, 1988. Untuk memudahkan melihat hubungan parameter DO, BOD dan COD berikut ditampilkan gabungan tabel dan grafik dari ketiga parameter. Tabel 37. Komparasi nilai DO, BOD, COD pada stasiun pengamatan Stasiun St. 1 St. 2 St. 3 St. 4 St. 5 St. 6 DO 7,67±0,61 7,4-7,5 7,63±0,15 7,43±0,23 7,50±0,20 7,2-7,4 BOD 1,02±0,06 0,85-1,00 0,99±0,10 1,03±0,13 0,85±0,05 0,75-0,80 COD 8,39±2,13 10,32-15,58 10,67±1,99 9,61±2,7 11,02±2,65 12,95-14,59

L. Nutrien

Kandungan phosphat pada semua stasiun pengamatan menunjukkan nilai lebih kecil dari 0,005 dibawah detection limit. Pada Stasiun 2 diperoleh nilai kandungan Phosphat sebesar 0,075 mgl. Rumput laut sebagai tanaman berklorofil memerlukan nutrien sebagai bahan baku fotosintesa. Unsur fosfor dan nitrogen diperlukan rumput laut bagi pertumbuhannya. Umumnya unsur fosfor yang dapat diserap oleh rumput laut dalam bentuk orthofosfat. Sedangkan nitrogen diserap dalam bentuk nitrat, nitrit maupun amonium Dawes, 1981. Adapun untuk kandungan nitrat tertinggi diperoleh pada stasiun 3 sebesar 0,27±0,19 mgl. Sedangkan kadar nitrat terendah diperoleh pada Stasiun 2 yang berkisar antara 0,056-0,154 mgl. Kandungan nitrat pada Stasiun 1, 4, dan 5 masing-masing diperoleh 0,163±0,046 mgl, 0,116±0,029 mgl, 0,212±0,055 mgl. Adapun pada Stasiun 6 diperoleh kisaran kadar nitrat 0,099-0,115 mgl. Menurut Sulistijo 1987 bahwa kandungan nitrat yang mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan rumput laut adalah lebih besar dari 0,014 ppm. Selanjutnya Law 1969 dalam Syahputra, 2005 bahwa perairan dengan kandungan fosfat di atas 0,110 ppm adalah tergolong perairan dengan kriteria subur. Matriks kesesuaian yang dibangun oleh Aslan 1988 memasukkan parameter nitrat dan phosphat. Dimana, untuk nitrat dengan kisaran 0,01 atau 1,0 mgl masuk dalam kelas tidak sesuai, 0,8-1,0 mgl untuk sesuai dan kelas sangat sesuai dengan kisaran kadar nitrat 0,01-0,07 mgl. Kandungan nitrat pada enam lokasi pengamatan menunjukkan kisaran yang layak, sangat sesuai untuk aktivitas budidaya rumput laut. Parameter nitrat dan phosphat mendapatkan bobot yang tinggi yaitu masing-masing 12 dari total 11 parameter yang ada. Untuk kandungan phosphat, menurut Aslan 1988 kelas kesesuaian untuk kategori tidak sesuai memiliki kandungan 0,01 atau 0,30 mgl, 0,21-0,30 mgl untuk sesuai, dan kategori sangat sesuai berada pada kisaran 0,10-0,20 mgl. Kandungan phosphat yang masuk dalam kelas sesuai hanya ditemukan pada Stasiun 2. Pada Stasiun 1, 3, 4, 5, 6 berada dibawah 0,005 mgl dibawah detection limit alat ukur. Diduga kandungan phospat mengalami reduksi karena waktu jeda ketika pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Matriks kesesuaian yang digunakan oleh Mubarak et al. 1990 dalam Utojo et al. 2007, Radiarta et al. 2005, Mubarak et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta, et al. 2007, Bakosurtanal 2005 dan Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut tidak memasukkan nitrat dan phosphat sebagai parameter yang perlu diukur.