Gambar 8. Suhu permukaan laut di enam stasiun pengamatan
Suhu perairan laut di Kecamatan Poto Tano, Taliwang, dan Jereweh menunjukkan nilai yang ideal sebagai lokasi untuk budidaya rumput laut. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 26-31 C, yang merupakan
suhu normal di perairan laut. Menurut Aslan 1988, suhu perairan yang cocok untuk budidaya rumput laut berkisar antara 20-30
C dan yang terbaik pada suhu 24-30
C. Suhu perairan yang tidak cocok untuk budidaya rumput laut yaitu dibawah 20
C atau diatas 30 C.
Suhu perairan dipengaruhi oleh suhu udara atmosfir, dan suhu perairan ini mempengaruhi proses fisiologis dan biokimia rumput laut serta reaksi kimia
lainnya yang terjadi dalam lingkungan perairan dimana rumput laut berada. Dalam hal pembobotan, untuk parameter suhu oleh Bakosurtanal 2005
memberikan bobot 10 dengan total 6 enam parameter yang digunakan. Aslan 1988 memberikan bobot 8 dengan 11 parameter. Radiarta 2005 dan
Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta, et al. 2007 tidak memasukkan parameter suhu sebagai bagian dari kajiannya. Demikian juga
dengan Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007.
Pemberian skor untuk parameter suhu oleh Aslan 1988 adalah 24-30 C
untuk kategori sangat sesuai, 20-24 C untuk kategori sesuai, dan 20 atau 30
C untuk kategori tidak sesuai. Kategori yang disusun oleh Bakosurtanal 2005
memberikan kisaran suhu 26-31 C untuk kategori sangat sesuai, 31-33
C sesuai , 33-35
C bersyarat, dan 35 C untuk kategori tidak sesuai.
Suhu dapat memberikan efek secara langsung terhadap proses fisiologi tanaman alga laut atau secara tidak langsung memberikan efek terhadap
perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi rumput laut. Misalnya, efek suhu terhadap pergerakan air melalui mekanisme pembentukan angin, arus, dan
ombak Neish, 2003.
Proses fotosintesis dan tingkat respirasi dari alga laut keluarga Eucheuma terlihat signifikan dipengaruhi oleh suhu. Glenn Doty 1981 dalam Neish
2003 menemukan physiological maxima untuk fotosintesis pada 25°C untuk tiga spesies dan mereka juga mengobservasi proses respirasi yang meningkat 50-60
pada suhu 15°C menuju suhu 20°C. Proses auto-oxidation meningkat tajam pada 25°C to 40°C. Dawes 1979 menemukan E. isiforme memiliki respirometric
27,30-28,00 29,20-30,4
26,00 26,50
27,00 27,50
28,00 28,50
29,00 29,50
30,00 30,50
1 2
3 4
5 6
Stasiun Suhu Permukaan
Laut ˚C
maximum pada kisaran 30-40°C. E. uncinatum and E. denticulatum pada maksimal mendekati 30°C. Untuk E. isiforme fotosintesis ditemukan maksimal
dari suhu 30-40°C Mathieson and Dawes, 1974 dalam Neish, 2003.
C. Dasar Perairan
Jenis dasar perairan di Kecamatan Poto Tano bervariasi dari mulai pasir halus dan campuran sangat sedikit lumpur di pesisir Labu Beru dan Tano Stasiun
1. Dasar perairan berpasir, pecahan karang dan sangat sedikit lumpur terdapat di Tambak Sari dan Sapekek Stasiun 2. Juga, terdapat dasar perairan dengan
asosiasi pasir dan pecahan karang di Sagena, Kuang Busir dan Tua Nanga Stasiun 3.
Adapun jenis dasar perairan di Desa Kertasari Kecamatan Taliwang Stasiun 4 secara keseluruhan terdiri dari asosiasi pasir kasar dan pecahan karang,
Perairan yang mempunyai dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar baik untuk budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii. Kondisi dasar perairan yang
demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik. Jenis dasar perairan dapat dijadikan indikator gerakan air laut.
Di Desa Labu Lalar Kecamatan Taliwang Stasiun 5 jenis dasar perairan didominasi oleh pasir berlumpur. Masukan lumpur berasal dari muara sungai
meningkatkan konsentrasi lumpur di dasar perairan. Dasar perairan yang berlumpur kurang cocok untuk budidaya rumput laut untuk jenis K. alvarezii.
Dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras menunjukkan dasar itu dipengaruhi oleh gelombang yang besar sebaliknya bila dasar perairan terdiri dari
lumpur, menunjukkan adanya gerakan air yang kurang. Pemberian skor untuk parameter jenis substrat dasar berbeda-beda.
Menurut Kep. Men. 02MenKLHI1988 tentang Kualitas Air Laut untuk Budidaya Laut substrat jenis karang adalah yang paling diinginkan untuk
budidaya diikuti oleh jenis substrat pasir. Dalam Aslan 1988, jenis substrat berlumpur terkategori tidak sesuai, pasir berlumpur sesuai, dan jenis substrat pasir
terkategori sangat sesuai. Bobot yang diberikan adalah 8 dari 11 parameter yang digunakan.
Lokasi pesisir laut Pantai Jelenga Kecamatan Jereweh Stasiun 6 cocok untuk lokasi budidaya jika dilihat dari jenis dasar perairan dengan komposisi pasir
berukuran besar dan pecahan karang. Komparasi perbandingan jenis sedimen pada stasiun pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 36.
Komparasi perbandingan jenis sedimen pada stasiun pengamatan
Stasiun St. 1
St. 2 St. 3
St. 4 St. 5
St. 6
Jenis Substrat
Pasir halus dan
campuran sangat
sedikit lumpur
Pasir, pecahan
karang dan sangat
sedikit lumpur
Pasir dan
pecahan karang
Pasir kasar dan
pecahan karang
Pasir berlumpur
Pasir berukuran
besar dan pecahan
karang.
Radiarta et al. 2005 memilih jenis substrat pasir dan pecahan karang untuk kategori sangat sesuai, kategori sesuai untuk pasir berlumpur dan tidak
sesuai untuk jenis substrat lumpur. Bobot yang diberikan untuk substrat dasar
adalah 10 dari 11 parameter yang digunakan. Mubarak, et al .1990 dalam Utojo, et al.2007 memberikan bobot 10 untuk jenis substrat dasar dengan
pembagian kategori sangat sesuai untuk jenis pasir dan pecahan karang, sesuai untuk jenis pasir sedikit berlumpur, sesuai bersyarat untuk jenis pasir berlumpur
sedang, dan kategori tidak sesuai untuk jenis substrat dasar pasir berlumpur banyak. Bakosurtanal 2005 tidak mencantumkan jenis substrat dalam parameter
kesesuaian yang digunakan.
D. Kedalaman Air
Kedalaman perairan merupakan salah satu indikator untuk menilai kelayakan suatu lokasi budidaya. Metode penanaman rumput laut biasanya
menyesuaikan kondisi kedalaman perairan.
Rata-rata kedalaman perairan di Stasiun 1, 2, dan 3 yaitu 9,67±4,04 meter, 13-13,5 meter dan 7,00±4,36 meter. Umumnya kedalaman yang terukur di
wilayah Kecamatan Poto Tano ini berkisar antara 2 hingga 14 meter. Umumnya, kedalaman yang diidentifikasi aman dari hempasan gelombang berkisar antara 6
hingga 14 meter. Tipe kedalaman seperti ini lebih cocok untuk metode budidaya rawai long-line, rakit apung atau sistem jalur.
Perairan Desa Kertasari Stasiun 4, Kecamatan Taliwang memiliki kedalaman yang lebih dangkal berkisar antara 1,5 hingga 6 meter dengan
kedalaman rata-rata 3,00±2,60 meter. Umumnya kedalaman yang sesuai untuk budidaya dengan melihat kuatnya hempasan gelombang adalah pada kedalaman 1
hingga 3 meter. Desa kertasari memiliki keunggulan dalam hal keterlindungan dari gelombang dengan keberadaan pulau kecil yang terdapat di mulut teluk.
Faktor keterlindungan suatu perairan dapat menurunkan kekuatan gelombang.
Di Desa Labu Lalar Stasiun 5 Kecamatan Taliwang, kedalaman yang terukur adalah 5 hingga 7 meter dengan rata rata 6,17±0,76 meter. Pada Pantai
Jelenga Stasiun 6 Kecamatan Jereweh menunjukkan karakter dasar perairan dan kontur kedalaman yang mirip dengan Desa Kertasari. Memiliki kisaran kedalaman
2 hingga 3,5 meter yang cocok untuk budidaya rumput laut dengan rata-rata kedalaman 3 meter. Variasi kedalaman perairan pada masing masing stasiun
selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 9. Grafik rataan kedalaman pada masing-masing stasiun
13-13,5
2-3,5 2
4 6
8 10
12 14
16
1 2
3 4
5 6
Stasiun Kedalaman m