Kualitas Air Analisis Kesesuaian Lokasi Untuk Budidaya Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa Barat

keberhasilan budidaya antara lain: arus, suhu, kondisi dasar substrat perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran, dan sebagainya Tabel 29. Pemilihan kriteria ekologis Berdasarkan matriks perbandingan beberapa kriteriaparameter ekologis budidaya rumput laut yang pernah digunakan di Indonesia, serta beberapa rujukan dari jurnal internasional Tabel 31 selanjutnya ditentukan kriteria atau parameter yang digunakan untuk membuat matriks yang baru. Adapun penentuan teknik budidaya ditentukan melihat kedalaman perairan. Metode tancap dasar cocok dengan perairan yang dangkal sehingga proses pemanenan lebih mudah. Adapun metode long line-dipermukaan pemanenan dengan menggunakan sampanperahu cocok untuk tipe perairan yang agak dalam. Perairan yang dalam intensitas cahaya yang sampai ke dasar perairan tidak maksimal. Sehingga posisi rumput laut lebih baik jika diikat di kolom perairan bagian atas. Tabel 31 . Beberapa parameter atau kriteria ekologis untuk budidaya rumput laut Parameter Jenis A B C D E F G H I J K L M N Total Data Tersedia Kriteria Ekologis Bio-Fisik Kedalaman 1 1 1 1 1 1 1 1 8 √ Arus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 √ Substrat Dasar 1 1 1 1 1 1 6 √ Keterlindungan 1 1 2 √ Warna 1 1 2 X Bau 1 1 1 3 X Kecerahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 √ Kekeruhan 1 1 2 √ Padatan tersuspensi total 1 1 1 3 X Gelombang 1 1 1 3 √ Suhu 1 1 1 1 1 1 1 1 8 √ Morfologi pantai 1 1 2 √ Chlorofila 1 1 X Lapisan Minyak 1 1 1 3 X Benda terapung 1 1 2 X E. Coliform 1 1 1 3 X Patogen 1 1 1 3 X Plankton √ √ √ X Epifit 1 1 X Herbivor 1 1 1 3 √ Penyakit 1 1 √ Parameter Jenis A B C D E F G H I J K L M N Total Data Tersedia Kriteria Ekologis Kimiawi Salinitas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 √ pH 1 1 1 1 1 1 6 √ NitratNO3-N 1 1 1 1 1 5 √ NitritNO2-N 1 1 1 3 X AmmoniumNH4+ 1 1 X SianidaCN 1 1 1 3 X PO4-P 1 1 1 1 1 5 √ OksigenDO 1 1 1 1 4 √ COD 1 1 2 √ BOD-5 1 1 1 3 √ Ammonia Total NH3-N 1 1 1 1 4 X Sulfida H2S 1 1 X Minyak Bumi 1 1 2 X Minyak dan Lemak 1 1 X Senyawa Fenol 1 1 X Pestisida Organoklorin 1 1 1 3 X Poliklorinated bifenil PCB 1 1 2 X SurfaktanDetergent 1 1 2 X Tributil Tin 1 1 X CO-2 1 1 X Logam berat umum 1 1 Raksa Hg 1 1 1 3 √ Parameter Jenis A B C D E F G H I J K L M N Total Data Tersedia Chrom Heksavalen Cr6+ 1 1 1 3 √ Arsen As 1 1 1 3 √ Selenium Se 1 1 2 X Cadmium Cd 1 1 1 3 √ Tembaga Cu 1 1 1 3 √ Timbal Pb 1 1 1 3 √ Seng Zn 1 1 1 3 √ Nikel Ni 1 1 1 3 √ Perak Ag 1 1 2 X Pencemaran umum 1 1 1 3 √ Keterangan: A: Kep. Men. 02MenKLHI1988 Biota Laut Budidaya perikanan B: Kep. Men. 02MenKLHI1988 Biota Laut Bahan Baku dan Proses C: Kep. Men No. 51MENKLH2004 Biota Laut D: Aslan 1988, E: Bakosurtanal 2005 F: Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta et al. 2007 G: Radiarta et al. 2005 H: Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007 I: Ariyati 2007 merujuk pada Tiensongrusmee et al., 1989; Afrianto dan Liviawaty, 1993; Aslan 1998; Puja et al., 2001; Kepmen No. 51MENKLH2004 J: Sirajuddin 2008, K: J. Munoz et al 2004 L: Erick I. Ask Rhodora V. Azanza 2002 M: S.K. Rodgers Evelyn F. Cox 1999 N: SEAFDEC South East Asian Fisheries Development Center 1999 Kriteria dari Kep. Men LH No. 02 tahun 1988 maupun Kep. Men LH. No. 51 tahun 2004 yang terbaru mensyaratkan kriteria yang lebih banyak tetapi dengan tujuan lebih umum yaitu menekankan kebutuhan standart parameter yang dapat digunakan untuk biota laut dan atau kegiatan budidaya perikanan serta penanganan bahan baku dan proses dari suatu biota laut. Sehingga beberapa peneliti dan praktisi yang meneliti tentang rumput laut dan aspek budidayanya membuat kriteria yang lebih khusus. Dengan tujuan, untuk memudahkan operasional kegiatan budidaya di lapangan. Sementara itu, menurut literatur dari SEAFDEC South East Asian Fisheries Development Center tahun 1999 faktor lingkungan yang dibutuhkan meliputi: Tabel 32 . Parameter lingkungan yang digunakan oleh SEAFDEC 1999 Parameter Standart of Parameter Substrate Light Temperature Salinity Nutrients pH Quality of water Water current sand-rocky to corally full sunlight 29-34°C 32 ppt nitrogen phosphorus 7-9 clean. clear pollution-free 20-40 mmin Kriteria ekologis yang bersifat kimiawi yang paling banyak digunakan oleh para peneliti yaitu salinitas, pH, nitrat NO3-N, phosphate PO4-P dan DO selengkapnya pada Tabel 33. Parameter seperti Nitrit, Ammonium, Sianida CN, BOD dan COD tidak banyak digunakan oleh para peneliti budidaya rumput laut. Begitu pula dengan parameter seperti Sulfida H2S, Minyak Bumi, Minyak dan Lemak, Senyawa Fenol, Pestisida Organoklorin, Poliklorinated bifenil PCB, SurfaktanDetergent, Tributil Tin, dan CO-2 serta jenis-jenis logam berat seperti Raksa Hg, Chrom Heksavalen Cr6+, Arsen As, Selenium Se, Cadmium Cd, Tembaga Cu, Timbal Pb, Seng Zn, Nikel Ni, Perak Ag tidak digunakan oleh peneliti sebagai kriteria untuk meneliti tingkat kesesuaian lahan. Biasanya kriteria yang digunakan hanya kriteria yang bersifat pokok seperti substrat, penetrasi cahaya, suhu, salinitas, nutrien phosphate dan nitrat, pH, arus, serta parameter morfologi pantai keterlindungan, kedalaman dan jenis substrat. Adapun kriteria biofisik seperti kecerahan, arus, kedalaman, dan substrat dasar merupakan kriteria yang banyak dipilih untuk menilai kesesuaian lokasi untuk aktivitas budidaya rumput laut. Kriteria lain seperti keterlindungan, morfologi pantai lebih sedikit yang menggunakan, karena secara logis sudah terwakili oleh keempat kriteria tersebut. Hal ini diduga dilakukan untuk memudahkan teknis penilaian kualitas perairan dan kecocokan lokasi untuk aktivitas budidaya perairan. Dalam hal ini bukan berarti indikator yang terdapat dalam matrik tidak bisa digunakan. Kandungan logam berat yang terlalu tinggi misalnya menurut penelitian sebelumnya oleh Villares et. all. 2001 dapat diketahui dari jenis alga Ulva dan Enteromorpha. Analisis terhadap konten logam berat terhadap rumput laut jenis Ulva lactuca oleh G. Apaydin et. all. 2010 menunjukkan bahwa daerah yang terkontaminasi limbah berpotensi untuk ditemukan logam berat dalam jaringan alga. Data yang diperoleh G. Apaydin 2010 tidak menunjukkan nilai yang signifikan dari logam berat yang dianalisis menggunakan teknik EDXRF. Paramater logam berat dalam matriks yang digunakan oleh Radiarta et. all. 2004 dimasukkan dalam indikator dari parameter pencemaran. Bukan menjadi parameter tersendiri dalam tabel matriks. Begitu pula halnya dengan matriks yang digunakan oleh Mubarak et. all. 1990. Tabel 33 . Kriteria ekologisparameter lingkungan yang banyak digunakan untuk budidaya rumput laut No. Parameter Jumlah Sumber pustaka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kecerahan Salinitas Arus Suhu Kedalaman Substrat Dasar pH NitratNO3-N PO4-P OksigenDO Ammonia Total NH3-N 12 11 10 8 8 6 6 5 5 4 4 A, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, N A, B, C, D, E, G, H, I, J, L, N A, D, F, G, H, I, J, L, M, N A, C, D, E, I, K,L, N A, D, E, F, G, H, J, M A, D, G, H, M, N A, B, C, E, I, N C, D, I, K, N C, D, I, K, N A, C, E, I A, C, K, N Keterangan: Kode sumber pustaka mengikuti Tabel 35 Hasil kajian terhadap literatur yang memuat kriteria ekologis untuk biota laut dan budidaya perikanan menunjukkan bahwa pembuatan matriks kesesuaian ekologis budidaya rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii dapat dilakukan dengan penelaahan terhadap kriteria baku dari kementerian lingkungan hidup yang dimuat dalam Kepmen KLH No. 2 Tahun 1988 dan Kepmen KLH No. 51 Tahun 2004. Dalam aturan tersebut kriteria lingkungan alami yang diinginkan oleh biota laut sudah cukup mewakili untuk digunakan dalam matrik. Terdapat sedikit modifikasi untuk membuat range pada beberapa parameter dan penggunaan literatur lain sebagai rujukan seperti kedalaman dan gelombang. Penilaian kriteria kesesuaian menggunakan kedua parameter tersebut disesuaikan berdasarkan kondisi lingkungan yang menjadi daerah penelitian. Parameter kedalaman depth merupakan parameter yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan teknik budididaya yang akan digunakan pada Tabel 34 dan 35 berikut: Tabel 34. Matriks kesesuaian lokasi budidaya Kappaphycus alvarezii berdasarkan teknologi budidaya tancap dasar di Kabupaten Sumbawa Barat Parameter Satuan Skor S Bobot Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai 1 2 3 Arus cms 10 atau 35 10-15 atau 30-35 15-30 13 Kecerahan M 3 3-5 5 15 Suhu C 24 atau 30 24 - 28 28-30 10 Kedalaman m 1 atau 7 1-2 atau 6-7 ≥2 - ≤6 10 Salinitas ppt 28 atau 34 28-33 33-34 14 pH ≤6,5 atau ≤9,0 6,5-7,0 atau 8,5-9,0 7,0-8,5 8 Nitrat mgl 0,01 atau 1,0 0,8-1,0 0,01-0,07 6 Phosfat mgl 0,01 atau 0,30 0,21-0,30 0,10-0,20 6 Ammonia NH3-N mgl 0,3 0,3 0,3 5 DO mgl ≤4 4-5 ≥5 5 Substrat - Lumpur Pasir sedikit lumpur Coralcoral campur pasir 8 Jumlah 100 Tabel 35. Matriks kesesuaian lokasi budidaya Kappaphycus alvarezii berdasarkan teknologi budidaya mengapung, rakit bambu, dan long line di Kabupaten Sumbawa Barat Parameter Satuan Skor S Bobot Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai 1 2 3 Arus cmdetik 10 atau 35 10-15 atau 30-35 15-30 13 Kecerahan M 3 3-5 5 15 Suhu C 24 atau 30 24 - 28 28-30 10 Kedalaman m 6 atau 20 6-10 10-20 10 Salinitas ppt 28 atau 34 28-33 33-34 14 pH ≤6,5 atau ≤9,0 6,5-7,0 atau 8,5-9,0 7,0-8,5 8 Nitrat mgl 0,01 atau 1,0 0,8-1,0 0,01-0,07 6 Phosfat mgl 0,01 atau 0,30 0,21-0,30 0,10-0,20 6 Ammonia NH3-N mgl 0,3 0,3 0,3 5 DO mgl ≤4 4-5 ≥5 5 Substrat - Lumpur Pasir sedikit lumpur Coralcoral campur pasir 8 Jumlah 100 Analisis Kualitas Air A. Arus Kecepatan arus yang diukur pada Stasiun 1, 2, dan 3 yang terletak di di daerah pesisir Kecamatan Tano dan sekitar alas berkisar antara 0,13 hingga 0,19 mdetik, dengan satu titik yang diukur ada kecepatan arus yang rendah yaitu 0,06 mdetik. Kecepatan arus rata-rata di Stasiun 1, 2 dan 3 yaitu 0,11±0,04 ms, 0,16- 0,17 ms dan 0,16±0,01 ms. Rata-rata kecepatan arus Stasiun 4 tepatnya di Desa Kertasari Kecamatan Taliwang yaitu 0,10±0,001 ms. Untuk Desa Labu Lalar Stasiun 5 Kecamatan Taliwang kecepatan arus rata-rata 0,10±0,06 ms. Nilai tersebut sudah masuk dalam kriteria arus optimal yang dibutuhkan untuk budidaya rumput laut. Waktu pengambilan sampel merupakan waktu surut terendah dengan kondisi arus yang tenang sehingga kecepatan arus yang terukur tidak diperoleh nilai yang maksimal. Berdasarkan kriteria Kementerian Lingkungan Hidup yang tertuang dalam Kep. Men. 02MenKLHI1988 untuk budidaya laut, kisaran arus yang diukur berada pada level yang diperbolehkan 0,15-0,50 ms. Selain itu, menurut kriteria lokasi untuk budidaya rumput laut Aslan 1988 dan Ditjekanbud 2005, kisaran arus yang diperoleh di Kecamatan Poto Tano dan sekitarnya sesuai untuk lokasi budidaya rumput laut yaitu berada pada kisaran 10-20 ms. Menurut Radiarta et al. arus yang diinginkan untuk kategori sangat sesuai 20-30 cms, 31-40 cms untuk kategori sesuai serta 20 dan 40 cms untuk kategori tidak sesuai. Pada matriks kesesuaian yang digunakan oleh Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007. Kisaran arus 20-30 cms sangat sesuai, 31-40 cms sesuai, 41-50 sesuai bersyarat serta 20 dan 50 cms kategori tidak sesuai. Pada parameter kesesuaian yang dibangun oleh Bakosurtanal 2005 arus tidak dimasukkan dalam pembobotan. Aslan 1988 memberikan bobot 8 dari skala 100 menggunakan 11 parameter. Selanjutnya Mubarak, et al. 1990 dan Tiensongrusmee 1990 dalam Radiarta, et al. 2007 memberikan bobot 0,2 20 dari skala 1 100 dalam hal ini ada 4 empat parameter yang digunakan. Radiarta et al. 2005 memberikan bobot 10 dari skala 100 dari 11 parameter yang digunakan. Dengan skala yang sama, Mubarak, et al. 1990 dalam Utojo, et al. 2007 memberikan bobot 0,09 9 pada arus. Kriteria kesesuaian untuk arus ini tidak bersifat mutlak karena hal ini bisa disesuaikan dengan teknologi budidaya yang akan digunakan. Di Stasiun 6 tepatnya di Kawasan Pantai Jelenga Kecamatan Jereweh, nilai kecepatan arus rata-rata diperoleh 0,10-0,11 mdetik. Nilai yang diperoleh masuk dalam kriteria minimal arus yang ideal untuk keperluan budidaya rumput laut. Rincian nilai hasil pengukuran terhadap arus dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 7. Grafik hasil pengukuran kecepatan arus di enam stasiun Aliran air water motion diperlukan oleh rumput laut dimana organisme tersebut memperoleh makanan nutrient melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yang cukup akan membawa nutrient yang cukup dan sekaligus mencuci kotoran yang menempel pada thallus, membantu aerasi melalui sirkulasi air, dan mencegah adanya fluktuasi suhu air yang besar. Kondisi arus perairan menggambarkan sirkulasi air dan pada gilirannya menggambarkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi kehidupan dan pertumbuhan biomasa rumput laut. Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adanya tumbuhan karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah. Secara umum tanaman dari keluarga alga euchema tumbuh dengan baik pada perairan yang bergerakberarus. Pergerakan air akan membersihkan tanaman, membawa nutrient yang segara, membuang sisa hasil metabolism dan menstimulasi pertumbuhan seaweed melalui mekanisme hydraulic forces Neish, 2003.

B. Suhu

Pengambilan sampel dan pengukuran suhu permukaan laut SPL di Kecamatan Poto Tano meliputi perairan pesisir Labu Beru, Tano, Tambak Sari, Sapekek, Sagena, Kuang Busir dan Tua Nanga. Rata-rata suhu permukaan laut di Stasiun 1 Labu Beru dan Tano 27,30±1,04 C, Stasiun 2 Tambak Sari, Sapekek 27,30-28 C, Stasiun 3 Sagena, Kuang Busir dan Tua Nanga 29,30±0,70 C. Ketiga stasiun tersebut terletak di Kecamatan Poto Tano. Perbedaan nilai suhu di Stasiun 3 dengan dua stasiun lain dikarenakan perbedaan waktu pengambilan yang dilakukan pada siang hingga sore hari. Adapun untuk suhu permukaan laut di Stasiun 4 Desa Kertasari diperoleh 28,40±0,53 C dan untuk suhu di Stasiun 5 Desa Labu Lalar nilai SPL sebesar 28,10±0,79 C. Kedua desa ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Taliwang. Suhu perairan di Stasiun 6 Desa Jelenga Kecamatan Jereweh diperoleh 29,20-30,4 C. Gambaran suhu permukaan laut di ke enam stasiun penelitian dapat dilihat pada gambar berikut. 0,16-0,17 0,10-0,11 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 1 2 3 4 5 6 Stasiun Kec. Arus ms Gambar 8. Suhu permukaan laut di enam stasiun pengamatan